5 Kekuatan Menahan Diri

  • Sumo

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu. Kaum Muslimin Yang Berbahagia Setelah Ramadhan berakhir, bila kita memang berpuasa dan ibadah lainnya dengan baik, maka sekarang seharusnya kita punya kekuatan, diantaranya kekuatan menahan diri, sesuatu yang sangat penting untuk kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa. Ibarat kendaraan, kita punya rem yang pakem, bukan rem yang blong. Terjadi begitu banyak kendaraan yang mengalami kecelakaan karena rem blong, akibatnya tidak hanya harta yang jadi korban, tapi juga nyawa.

Kalau kita sukses ibadah Ramadhan, setidaknya ada lima kekuatan menahan diri yang harus kita tunjukkan dan kita punya kekuatan atau kemampuan. Pertama, kekuatan menahan diri dari bicara dan komentar yang tidak benar. Berbicara merupakan suatu keharusan, melalui bicara informasi bisa kita sampaikan, ilmu bisa kita ajarkan, dan gagasan bisa kita sampaikan. Tapi dengan bicara, keburukan bisa disebarkan, penghinaan dan permusuhan bisa dikobarkan. Karena itu, tahanlah bicara dan menulis kecuali untuk sesuatu yang baik dan benar, Allah swt berfirman:

وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia (QS Al Isra [17]:53).

Di dalam hadits, disebutkan bahwa bila kita hanya bicara untuk kebaikan, maka itu menjadi kunci mengalahkan godaan syaitan, karena segala sesuatu dimulai dari pembicaraan, Rasulullah saw bersabda:

 إِخْزَنْ لِسَانَكَ إِلاَّ مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّكَ بِذَالِكَ تَغْلِبُ الشَّيْطَانَ

Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena sesungguhnya dengan demikian kamu dapat mengalahkan syaitan (HR. Thabrani dan Ibnu Hibban).

Kedua, kekuatan menahan diri dari pelampiasan hasrat seksual yang tidak halal. Seks itu sangat mulia karena menyangkut kelangsungan hidup manusia. Tapi, halalnya hanya satu, yakni akad nikah. Karenanya tidak ada orang yang dilarang untuk menikah, termasuk orang yang mau menjadi tokoh agama, tidak seperti pada agama lain yang mensyaratkan tokoh agamanya tidak boleh punya isteri atau suami. Tidak jadi halal hubungan seksual dengan suka sama suka. Tidak jadi halal seks dengan cara membayar, apalagi memperkosa. Ibadah puasa sudah mengajarkan kita bahwa hubungan seksual hanya boleh dilakukan kepada isteri atau suami, itupun hanya dimalam hari, Allah swt berfirman:

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ

Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan Puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu (QS Al Baqarah [2]:187)

Kalau orang mau menikah, maka, didahului dengan meminang atau melamar, sesudah lamaran diterima, itu bukan berarti sudah resmi jadi suamiisteri, setengah resmipun tidak. Lalu mengapa menikah belum, melamar tidak, tapi sudah menjadi seperti suami isteri?. Kalau bukan isteri atau suami, hubungan seksual itu masuk kategori zina yang sangat nista dan tercela, karenanya harus dijauhi, Allah swt berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS Al Isra [17]:32)

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia.

Ketiga, kekuatan menahan diri dari mendapatkan rizki yang tidak halal. Kita memang punya banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, memenuhinya dengan harta yang harus dicari dengan cara yang halal saja. Karena itu, jangan sampai yang bukan punya kita masih diklaim sebagai punya kita, apalagi sampai dicari legalitas hukumnya agar sesuatu yang tidak halal itu seolah-olah menjadi halal, padahal sekalipun hakim sudah memvonis, tetap saja harta itu bukan milik kita karena memang bukan milik kita, ini semua karena orang ke pengadilan bukan mau cari keadilan, tapi mencari pembenaran, karenanya sogok-menyogok biasa dilkakukan, Allah swt berfirman:

وَلا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالإثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).

Keempat, kekuatan menahan diri dari amarah. Ada saat kita dipicu oleh kemarahan, bisa marah kepada isteri atau suami, anak atau orang tua, tetangga, pemimpin kepada rakyat atau rakyat kepada pemimpinnya dan seterusnya. Sikap terbaik adalah menahan amarah itu dari tindakan yang tidak benar, ini merupakan salah satu ciri orang taqwa. Bila amarah bisa ditahan, maka kita akan menjadi pribadi yang pemaaf dan Allah swt sangat menyukainya, sebagaimana firman-Nya:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ. الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran [3]:133-134)

Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Kekuatan Kelima, adalah menahan diri dari berlebihan dalam hal yang baik. Dalam hidup ini kita punya banyak kewajiban yang harus ditunaikan, kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat, agama dan bangsa. Karena itu, dalam kebaikanpun kita tidak boleh berlebihan. Ibadah saja tidak boleh berlebihan hingga menambah-nambah dari ketentuannya, atau terlalu banyak sehingga terkesan memaksakan diri. Dulu, ada sahabat yang shalat malam begitu lama hingga harus pasang tali sebelum shalat untuk jadi penyangga agar tidak jatuh saat ngantuk dan telapak kaki mereka ada yang sampai melebar karena lamanya berdiri, ini dinilai oleh Allah sudah sampai pada tingkat berlebihan, maka diturunkan firman-Nya:

 فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ  

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS At Thagabun [64]:16).

Sedekah juga tidak boleh berlebihan karena kita punya kewajiban kepada diri dan keluarga dalam kaitan harta, jangan sampai isteri dan anak kecewa karena tidak bisa masak dan tidak makan, karena uangnya disedekahkan, tapi juga jangan kikir untuk bersedekah karena mengutamakan keluarga, Allah swt berfirman:

وَلَا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ وَلَا تَبْسُطْهَا كُلَّ الْبَسْطِ فَتَقْعُدَ مَلُومًا مَحْسُورًا

Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. (QS Al Isra [17]:29)

            Dengan demikian, bila kekuatan menahan diri bisa kita miliki, maka kita termasuk orang yang sukses dalam ibadah Ramadhan, bila tidak, kita hanya mendapatkan lapar, haus dan lelahnya saja.

            Demikian khutbah Id kita hari ini, semoga bermanfaat bagi kita bersama, marilah kita akhiri dengan berdoa:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.

 رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Sumber: Khutbah Idul Fitri 1446 H, ustadz Drs. H. Ahmad Yani (Sekretaris Dewan Syuro PP IKADI)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses