Adab Dalam Bertamu

  • Sumo

Agama Islam tidak hanya mengatur bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya. Tetapi juga mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, diantaranya hubungan antar sesama manusia termasuk juga hubungan kepada alam sekitarnya. Dalam kaitan hubungan sesama manusia, agama Islam mengajarkan akhlaq bagaimana berhubungan antara laki-laki dan perempuan, hubungan anak dan orangtua, hubungan dengan tetangga dan lain-lain. Terkait akhlaq sesama manusia ini, Islam mengajarkan juga bagaimana adab-adab dalam bertamu.

Memilih waktu berkunjung. Hendaknya orang yang ingin bertamu memperhatikan dengan cermat waktu yang tepat untuk bertamu. Karena waktu yang kurang tepat terkadang bisa menimbulkan perasaan yang kurang baik dari tuan rumah bahkan tetangganya. Dikatakan oleh shahabat Anas: “Rasulullah tidak pernah mengetuk pintu pada keluarganya pada waktu malam. Beliau biasanya datang kepada mereka pada waktu pagi atau sore.” (Muttafaqun ‘Alaihi) Demikianlah akhlak Nabi , beliau memilih waktu yang tepat untuk mengunjungi keluarganya, lalu bagaimana lagi jika beliau hendak bertamu/mengunjungi orang lain (shahabatnya)?

Minta izin dan mengucapkan salam. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (QS. An-Nuur [24]: 27). Karena itu janganlah masuk rumah orang tanpa minta izin terlebih dahulu meskipun pintunya terbuka. Adapun meminta izin maksimal tiga kali. Jika telah meminta izin tiga kali, tidak ada yang menjawab atau tidak diizinkan, hendaknya pergi. Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata,“Abu Musa telah meminta izin tiga kali kepada Umar untuk memasuki rumahnya, tetapi tidak ada yang menjawab, lalu dia pergi, maka sahabat Umar menemuinya dan bertanya,”Mengapa kamu kembali?” Dia menjawab,”Saya mendengar Rasululloh bersabda,”Barangsiapa meminta izin tiga kali, lalu tidak diizinkan, maka hendaklah kembali.”. Kemudian ketika kita mengetuk pintu, hendaknya dengan ketukan yang tidak mengganggu. Seringkali ketukan yang diberikan seorang tamu berlebihan sehingga mengganggu pemilik rumah, baik karena kerasnya atau cara mengetuknya. Maka, hendaknya ketukan itu adalah ketukan yang sekedarnya dan bukan ketukan yang mengganggu seperti ketukan keras yang mungkin mengagetkan atau sengaja ditujukan untuk membangunkan pemilik rumah. Sebagaimana diceritakan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu: “Kami di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetuk pintu dengan kuku-kuku.” (HR. Bukhari)

Tidak menghadap ke arah pintu masuk. Ketika tamu tiba di depan rumah, hendaknya tidak menghadap ke arah pintu. Tetapi hendaknya dia berdiri di sebelah pintu, baik di kanan maupun di sebelah kiri. Hal ini dicontohkan Rasululloh SAW. Dari Abdulloh bin Bisyer ia berkata,“Adalah Rasululloh SAW apabila mendatangi pintu suatu kaum, beliau tidak menghadapkan wajahnya ke depan pintu, tetapi berada di sebelah kanan atau kirinya dan mengucapkan”Assalamu ‘alaikum … assalamu ‘alaikum …”

Bila disuruh pulang, hendaknya pulang. Bila tuan rumah menyuruh tamu agar pulang, maka hendaknya pulang dan tidak boleh memaksa atau menawar karena izin masuk rumah bukan
perdagangan sehingga harus ditawar. Dan hendaknya tamu tidak sakit hati. “Dan jika dikatakan kepadamu “kembalilah”, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu. (QS. An-Nur: 28).

Hendaknya menyebut nama yang jelas. Ketika tuan rumah menanyakan nama, tamu tidak boleh menjawab dengan jawaban “Saya ” atau jawaban yang tidak jelas. Yang benar, hendaknya tamu menyebut namanya dengan jelas. Karena tujuan tuan rumah bertanya adalah ingin tahu siapa tamu yang mengunjunginya dan untuk menentukan sikap apakah tamu tersebut boleh masuk atau tidak.

Tidak mengintai ke dalam bilik. Jika kita hendak bertamu dan telah sampai di halaman rumah, tidak diizinkan mengintip melalui jendela atau bilik, walaupun tujuannya ingin mengetahui penghuninya ada atau tidak.

Membawa hadiah jika memungkinkan. Sebagai tamu, kita dianjurkan membawa hadiah untuk tuan rumah karena hal ini dapat mempererat kasih sayang antara sesama muslim. Rasulullah saw bersabda, “Berilah hadiah di antara kalian! Niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari)

Jangan terlalu lama bertamu karena ini memberatkan yang punya rumah, juga jangan tergesa-gesa datang karena membuat yang punya rumah kaget sebelum semuanya siap. Dan jika tamu hendak menginap, tidak boleh lebih dari tiga hari, kecuali kalau tuan rumah memaksa untuk tinggal lebih dari itu.

Mendo’akan tuan rumah. Hendaknya seorang tamu mendoakan tuan rumah atas jamuan yang diberikan, lebih baik lagi berdo’a sesuai dengan do’a yang telah dituntunkan Nabi saw (doa ma’tsur).

Hendaknya pulang dengan hati lapang dan memaafkan kekurangan apa saja yang ada pada tuan rumah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.