Rasulullah SAW mengingatkan bahwasanya “Agama itu adalah nasehat”. Agama itu adalah ketulusan. Firman Allah SWT mengingatkan bahwasanya “Pada asalnya semua manusia itu dalam keadaan merugi kecuali mereka yang beriman mereka yang melakukan amal sholeh dan mereka yang mau saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran”.Berbicara tentang nasehat, Apakah yang dimaksud dengan nasehat? Nasehat adalah ketulusan, nasehat adalah menambal yang kurang ataupun yang berlubang. Jadi orang yang memberikan nasehat itu adalah orang yang selalu berusaha melihat yang dinasehati dalam kebaikan dan tidak mengiginkan orang yang dinasehati itu terjebak dalam perbuatan yang buruk. Orang yang memberikan nasehat dia telah menunjukkan rasa cintanya kepada orang yang dinasehati itu. Maka orang yang menerima nasehat juga menunjukkan cinta dari orang yang memberikan nasehat.
Nasehat adalah bukti cinta, bukti ukhuwah dan bukti persaudaraan. Nasehat menjadi penting karena dia adalah merupakan penompang kebaikan masyarakat kebaikan agama. Bisa kita bayangkan seandainya dalam suatu masyarakat itu tidak tegak apa yang disebut dengan nasehat. Ada orang yang melukan kemaksiatan kemudian yang lain mendiamkan, ada orang yang membuang sampah sembarangan kemudian yang lain mendiamkan, atau ada penjahat yang melakukan kejahatan dijalanan kemudian tidak ada yang mencegahnya, bisa kita bayangkan bagaimana kondisi masyarakat tersebut. Karena itulah Allah SWT melalui lisan bani israil, melalui lisan Nabi Dawud melalui lisan Isa mereka dilaknat karena meraka tidak peduli dengan apa yang terjadi di masyarakatnya.
Berbicara tentang nasehat sesungguhnya ada adab-adab yang mesti di lakukan agar supaya orang yang menerima nasehat itu bisa menerima nasehat itu. Kadang-kadang tidak semua kebaikan itu ditanggapi dengan baik, bukan karena sesuatu yang disampaikan itu tidak baik, kadang-kadang hanya masalah cara yang tidak baik sehingga orang menerimanya dengan yang sebaliknya. Ada beberapa hal atau adab jika kita memberikan nasehat kepada orang lain antara lain :
1. Hendaklah kita sampaikan nasehat itu dengan sopan dan tidak menggurui, karena kecenderungan orang adalah tidak mau digurui, apalagi jika seandainya yang kita ingin kita nasehati itu secara usia lebih tua ataupun secara jabatan lebih senior, ini sering kali menjadi titik tolak orang untuk menerima nasehat.
Ada sebuah kisah tentang hal ini seperti yang dilakukan oleh cucu Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen ketika keduanya melihat ada salah seorang laki-laki tua yang sedang berwudhu, dilihatnya wudhunya tidak sesuai dengan tuntunan maka keduanya berusaha ingin menasehati. Akan tetapi keduanya juga berfikir seandainya dia langsung menasehatinya tampaknya pasti akan tertolak maka keduanya berusaha mencari jalan. Jalannya adalah dengan meminta kepada orang yang sudah tua itu untuk menjadi juri lomba berwudhu antara Hasan dan Husen.
Maka keduanya menampilkan cara berwudhu yang pertama menampilkan cara wudhu yang tidak benar yang asal-asalan, kemudian yang kedua menampilkan cara wudhu yang baik yang bagus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW maka keduanya bertanya kepada orang tersebut, “Wahai paman siapakah yang terbaik diantara kami”, maka orang tersebut menyadari bahwasanya dia sedang diajari sedang disindir oleh kedua bahwasanya wudhu yang barusan tadi dilakukannya itu kurang baik. Maka dia mengatakan, “Nak sesungguhnya wudhu kalian sudah baik, maka wudhu sayalah yang sesungguhnya perlu diperbaiki”. Ini adalah adab yang pertama yang kita perhatikan.
2. Menasehati dengan cara rahasia. Artinya ketika kita memberikan nasehat kepada orang lain maka usahakanlah orang yang kita nasehati itu tidak terlihat oleh orang lain. Cukup kita berdua. Karena bagi sebagian orang yang namanya nasehat adalah mengungkap aib mengungkap kekurangan dan tidak semua orang siap untuk menerima perlakukan seperti itu dan memang kita dituntun oleh Rasulullah SAW untuk menyembunyikan aib orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menutupi aib orang lain, maka nanti ia akan ditutupi aibnya diakherat kelak oleh Allah SWT”. Siapa yang memberikan nasehat secara rahasia itulah nasehat yang sebenarnya. Dan siapa yang melakukan nasehat didepan umum, khalayak ramai sesungguhnya ia telah menghinakan dan menjelekkan. Inilah yang harus kita hindari.
3. Sebelum kita menyampaikan nasehat kita harus memastikan terlebih dahulu, bahwasanya yang dilakukan oleh orang lain itu yang ingin kita nasehati adalah benar kesalahannya. Benar-benar salah. Harus kita kros cek. Jangan sampai kita menasehati orang karena dugaan dia telah melakukan kesalahan. Akan tetapi kita harus pastikan kesalahannya itu apa, dan karena apa, dan kondisinya seperti apa. Karena kalaupun dia benar-benar melakukan kesalahan, kadang-kadang situasi kondisi itu bisa jadi menjadi hal yang bisa kita jadikan perhatian untuk tepatnya nasehat yang kita sampaikan.
Kepada sesama muslim hendaknya kita dahulukan husnuzon yaitu berbaik sangka kepada orang lain, mendahulukan praduga tak bersalah. Ini penting sekali agar supaya tidak merasa orang yang dinasehati itu telah di abaikan kebaikan-kebaikannya.
4. Nasehat itu dilakukan dengan lemah lembut bukan dengan kasar, bukan perkataan yang keras atau perkataan atau kosa kata yang tidak baik. Yang justru itu akan menghinakan bagi orang yang dinasehati. Orang ketika dinasehati dengan lembut itu lebih suka dan lebih bisa menerima dibandingkan dengan jika disampaikan dangan keras. Dan demikianlah Rasulullah SAW menyuruh kepada kita untuk berlaku lembut.
Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan oleh Iaman Al Buqori bersabda, “Sesungguhnya Allah itu maha lembut dan menyukai kelembutan dalam segala perkara, termasuk dalam hal menasehati kita lakukan dengan cara yang lembut”. Sebab jika orang diperlakukan dengan hati yang kasar dan keras justru dia akan lari dari kita dan tiada bergunalah nasehat yang kita sampaiakan. Kita diingatkan juga dengan firman Allah SWT. Ini adalah nasehat Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang patut kita ikuti dan kita contoh dimana Allah SWT mengatakan, “Seandainya engkau berbuat kasar kepada orang-orang disekelilingmu hai Muhammad, pastilah mereka akan lari darimu”.
5. Janganlah kita dalam memberikan nasehat itu mencari-cari kesalahan, kemudian berusaha untuk memata-matai orang. Nah ini tidak diperbolehkan. Kita tidak diperbolehkan oleh Allah untuk memata matai dari mencari-cari kesalahan, cukuplah apa yang tampak dihadapan kita itulah yang akan menjadi panduan kita untuk memperlakukan orang lain karena kita kepada Allah SWT untuk mengomentari, mensikapi hal-hal yang dhohir saja. (@ust. Amin Syukroni)