Saudaraku, semua kita pasti ingin merasakan nikmatnya khusyu’ dalam beribadah. Agar kita bisa khusyu’ ada baiknya perhatikan sepuluh panduan berikut ini : (1) Berniat untuk khusyu’. Karena khusyu’ itu memerlukan kesadaran, kemauan, persiapan dan perjuangan. (2) Berniat ikhlas dalam khusyu’. Karena khusyu’ itu amal hati yang memerlukan niat ikhlas. (3) Menghadirkan rasa cinta kepada Allah dengan merasakan betapa besar cinta Allah kepada kita. Allah mencintai kita karena Allah memberikan hidayah kepada kita. (4) Menghadirkan rasa takut kepada Allah dengan menghadirkan keyakinan pada betapa besar murka dan adzab Allah jika Allah tidak mengampuni kita. Hidup yang tidak diberkahi oleh Allah adalah salah satu bentuk murka Allah.
(5) Menghadirkan rasa harap kepada Allah dengan menghayati keyakinan bahwa Allah Maha Pemurah, Maha Penyayang, Maha Kuasa. Semakin besar harapan kepada Allah, niscaya semakin kecil rasa mengandalkan selain Allah. (6) Menghadirkan rasa dilihat oleh Allah dengan menghayati keyakinan bahwa Allah melihat kita, mendengar apa yang kita ucapkan, mengetahui isi hati dan isi kepala kita, mengetahui segala sesuatu. Semakin tinggi penghayatan muraqabatullah, setinggi itu pula keterarahan hidup kita. (7) Menghayati rasa butuh kepada Allah. Karena kita tak punya kekuatan sama sekali melainkan hanya dari Allah semata. Semua yang kita butuhkan hanya ada di dalam kekuasaan Allah semata.
(8) Menghayati rasa rendah di hadapan Allah. Semakin kita merendah di hadapan Allah, semakin tinggi penyembahan kita kepadaNya. Semakin kita merendah kepada Allah, semakin optimal ketaatan kita kepadaNya. (9) Menghayati pensucian hati dan taubat yang sungguh sungguh. Karena sesungguhnya semua amal ibadah yang kita persembahkan kepada Allah adalah gerakan kembali kepada kesadaran imani dan penyesalan imani atas segala dosa, serta pensucian jiwa dari segala noda. (10). Menghayati mengingat kematian. Mengingat kematian adalah kiat efektif untuk khusyu’ dan menikmati khusyu’. Ketika kita merasakan bahwa kematian itu sangat dekat sekali, bahkan lebih dekat dari semua rencana kita dalam hidup ini. Ketika itu kita menghayati amal ibadah sebagai persiapan dan bekal untuk kematian yang sangat membahagiakan