Seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apa pendapatmu bila saya melaksanakan shalat-shalat wajib, berpuasa Ramadlan, menghalalkan sesuatu yang halal, dan mengharamkan sesuatu yang haram, namun aku tidak menambahkan suatu amalan pun atas hal tersebut, apakah aku akan masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya.” Dia berkata, “Demi Allah, aku tidak akan menambahkan atas amalan tersebut sedikit pun.” (HR. Muslim).
Hadits diatas menunjukkan semangat para sahabat dalam menuntut dan memperdalam agama sekaligus semangat beribadah dan gairah yang besar agar bisa menjadi penghuni surga. Semangat ya semangat. Barangsiapa kehilangan semangat berarti ia siap kehilangan masa depan. Perkara kecil saja hanya bisa diraih dengan semangat. Mana mungkin Surga bisa dicapai dengan kemalasan dan modal loyo. Karena itulah Rasulullah selalu berdoa setiap pagi dan sore berlindung dari rasa lemah dan loyo:
أَلَلهُمَ اني أَعُوْذ بِكَ مِنَ العَجزِ وَالكَسَل
“ Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari rasa loyo dan malas”
Mengapa sahabat Rasul saw begitu semangat? Kerinduan kepada surga telah menyulut dan membakar semangat mereka. Inilah pertanyaan-pertanyaan yang sering ditanyakan para sahabat dengan cara yang berbeda-beda. Mereka ingin mengetahui dan memastikan amalan yang bisa menghantarkan mereka ke Surga. Seperti dalam hadits riwayat Muslim: “Tunjukkanlah kepadaku perbuatan yang bisa mendekatkanku ke Surga dan menjaukanku dari neraka?”
Penanya diatas menanyakan perihal shalat wajib yang menunjukkan keyakinan para sahabat dengan gamblang akan sangat pentingnya shalat itu. Ini tidak lain karena shalat itu adalah tiang agama dan tanda utama bagi keislaman seseorang. Hal ini semakin kita fahami ketika Rasulullah saw mengingatkan bahwa ibadah yang pertama kali dihisab di hari Kiyamat adalah shalat dan menentukan selamat atau celakanya seorang Muslim. “Pada hari kiamat pertama kali yang akan Allah hisab atas amalan seorang hamba adalah shalatnya, jika shalatnya baik maka ia akan beruntung dan selamat, jika shalatnya rusak maka ia akan rugi dan tidak beruntung. Jika pada amalan fardlunya ada yang kurang maka Rabb ‘azza wajalla berfirman: “Periksalah, apakah hamba-Ku mempunyai ibadah sunnah yang bisa menyempurnakan ibadah wajibnya yang kurang?” lalu setiap amal akan diperlakukan seperti itu.”( HR. Tirmidzi )
Sementara puasa merupakan salah satu rukun Islam dan sesuatu yang fundamental dalam Islam karena banyak hadits yang menunjukkan hal itu. Jika shalat selalu berulang lima kali sehari dalam kehidupan seorang Muslim, maka puasa hanya cukup setahun sekali selama sebulan. Saat itu seorang Muslim menahan diri dari rasa lapar dan dahaga, menahan munculnya sifat-sifat tercela dan melatih diri memenangkan akhlak terpuji menghiasi nafas-nafas kehidupan, diantaranya: kesabaran, kemauan yang kuat untuk menggapai ridha Allah, membersihkan diri dari belenggu syahwat dan materi, turut merasakan penderitaan orang-orang yang tidak mampu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang dan sikap membantu. Maka layak bila puasa itu bisa menghantarkan seorang hamba menuju Surga. Sangat dapat difahami jika Rasulullah saw mengingatkan bahwa pintu Surga dibuka setiap datang Ramadhan dan pintu neraka ditutup rapat.
Jawaban Rasulullah saw yang ada dalam hadits diatas, yang menjamin Surga ketika menjawab pertanyaan sahabatnya menunjukkan kemudahan Islam dan Allah tidak akan pernah memberikan beban yang menyulitkan dan membebani hamba-Nya.
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu (QS. Al Baqarah: 185)