Merenungi peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 78 tahun ini. Di tengah gebyar peringatan dan hebohnya keramaian berbagai macam lomba-lomba. Ada sentilan dan renungan dalam hati, benarkah kita sudah merdeka dalam konteks pribadi. Mari kita tanyakan dalam diri kita masing-masing secara jujur tentang 8 hal ini:
- Sudah merdekakah kita dari rasa TAKUT, perasaan yang membuat kita tidak nyaman karena membayangkan suatu misteri yang belum terjadi, yang abstrak dan kadang hanya ilusi belaka. Ayo merdekakan diri dengan keyakinan bahwa masa depan kita akan baik-baik saja sebagaimana etape kehidupan kita yang sudah kita lewati. Tetap tegarkan hati, rancang langkah secara matang, mujahadah dalam ibadah dan sandarkan diri dengan do’a dan tawakal kepada Allah.
- Sudah merdekakah kita dari rasa SEDIH, perasaan yang membuat kita terbebani dengan masa lalu yang kelam, gagal, sakit dan seterusnya. Ayo merdekakan diri dengan keyakinan bahwa masa lalu adalah sejarah dan takdir yang tidak bisa diputar ulang, kita ambil pelajaran dan hikmahnya untuk menjelajah kehidupan yang penuh warna. (Persering nyanyi lagu Lihat Kebunku, bukan Balonku ada Lima ).
- Sudah merdekakah kita dari PESIMIS, perasaan under capacity, menutup potensi diri dengan tembok keraguan dan beragam alasan. Ayo merdekakan diri dengan keyakinan bahwa kita MAMPU, kalau ditambah dengan MAU/ optimis maka tidak ada yang bisa menghalangi kita untuk MAJU. “Anda tidak dapat pergi dari tanggungjawab esok hari dengan menghindarinya hari ini” (Abraham Lincoln)
- Sudah merdekakah kita dari rasa MALAS, perasaan yang menghambat produktifitas karena kebiasaan menunda-nunda dan mengandai-andai. Ayo merdekakan diri dengan afirmasi diri serta aktualisasi diri bahwa diri kita unggul, waktu kita mahal, potensi kita tinggi, yang layak untuk hidup hebat, sukses dan bahagia. “Keberhasilan bukanlah milik orang yang pintar. Keberhasilan adalah kepunyaan mereka yang senantiasa berusaha.” (B.J. Habibie).
- Sudah merdekakah kita dari sifat PENGECUT, takut resiko, lari dari medan amal dan menghindarkan diri dari tanggungjawab serta mudah mencari kambing hitam. Ayo merdekakan diri dengan kedewasaan bersikap, kesiapan menanggung resiko dan tunjukkan jati diri kita sebagai pribadi yang tegar, kuat dan bertanggungjawab. “Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang Merdeka”.(Bung Karno).
- Sudah merdekakah kita dari sifat TAMAK/BAKHIL, sifat yang menjerat kita dari sisi harta/dunia sehingga kita gagal dalam mensikapinya. Ayo merdekakan diri dengan memahami sifat harta/dunia yang hanya sementara dan fana, yang hanya akan bersambung dengan syurga bila kita alokasikan dalam kebaikan, serta makin bertumbuh dan berkembang bila diinvestasikan dalam kemanfaatan untuk kemanusiaan.
- Sudah merdekakah kita dari HUTANG, diawali dari jeratan harta tetapi akhirnya mengungkung harga diri bahkan kehormatan diri yang korelasi tanggungjawabnya sampai ke akhirat. Ayo merdekakan diri dalam menjaga muru’ah/wibawa dengan pola hidup sederhana, jangan memaksakan diri dengan gaya hidup mewah hanya pingin dianggap wah. “Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bistik tapi budak.”(Bung Karno).
- Sudah merdekakah kita dari DOMINASI/penguasaan orang lain/pihak lain, yang menyebabkan hak-hak kita tersandera dan kebebasan kita terdikte oleh pihak lain. Ayo merdekakan diri dengan berdikari dalam berbagai segi, duduk sama rendah berdiri sama tinggi di khalayak pergaulan semesta. Bukan jamannya lagi ada perundungan/pembullyan atas kehormatan, pemaksaan kehendak dalam hak berpendapat dan memilih. “Manusia merdeka adalah manusia yang secara lahiriah dan batiniah tidak bergantung pada orang lain. Hal ini berarti adalah manusia yang otonom, berdiri sendiri, dan mandiri.(Ki Hajar Dewantoro). Ayo ….merdekakan diri, merdekakan keluarga, merdekakan bangsa dan negara, merdeka yang sejati merdeka. Tepat di 78 tahun Indonesia Merdeka “Terus Melaju Untuk Indonesia Maju.” (IKADI Kab, Madiun/H. Suratno)