Berinteraksi Dengan Al Quran

  • Sumo

Saat kita banyak berada di rumah karena terjadinya wabah. Maka banyak-banyak berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah jalan untuk menemukan ketentraman jiwa. Karena Al Quran adalah sumber hidayah dan petunjuk, Al Quran sebagai cahaya dan rahmat bagi orang-orang beriman. Al Quran juga merupakan  kunci pembuka kebahagiaan dan ketentraman bagi orang-orang yang berinteraksi dengannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah meninggikan dengan Al-Qur’an ini derajat kaum-kaum tertentu (karena berinteraksi dengannya secara baik), dan merendahkan dengannya pula derajat kaum-kaum yang lain lagi (karena mengabaikan, menjauhi dan meninggalkannya)”Berikut ini hal-hal yang harus kita lakukan dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an:

Pertama, memperbaharui (tajdid) kualitas iman kepadanya. Beriman kepada Al-Qur’an dengan benar, jujur, dan sungguh-sungguh berarti beriman kepadanya dengan memenuhi segala konsekuensinya, yakni dengan mengikutinya, menjadikannya petunjuk dan pedoman, memenuhi larangan dan perintahnya, dan sebagainya. Tidak cukup dengan hanya mengetahui atau mengakui bahwa Al-Qur’an itu wahyu Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya

Kedua, menjadikan Al-Qur’an sebagai wirid. Wirid disini berarti aktivitas yang kita lakukan secara kontinyu dan terjadwal. Sebagian wirid Qur’ani tersebut bisa jadi dilakukan setiap saat, seperti membacanya, mendengarkannya, dan menjadikannya dzikir. Ada 5 jenis wirid Qur’ani yang harus kita lakukan:

  1. Wirid membaca (wirdut-tilawah)

Sebagaimana telah sering disebutkan, membaca Al-Qur’an memiliki banyak sekali keutamaan. Sekedar membaca saja ayat-ayat Al-Qur’an sudah merupakan suatu ibadah tersendiri yang pahalanya dihitung huruf demi hurufnya. Dan yang lebih esensial, membaca ayat-ayat Al-Qur’an merupakan pintu masuk untuk bisa berinteraksi lebih jauh dengan Al-Qur’an. Karena itu, kita harus banyak-banyak melakukannya.

  1. Wirid mendengarkan (wirdul-istima’)

Rasulullah sendiri telah mencontohkan bahwa ada saat-saat dimana beliau lebih suka mendengarkan Al-Qur’an dari bacaan orang lain. Ketika suatu saat Rasulullah meminta salah seorang sahabat membacakan Al-Qur’an untuk beliau, sahabat tersebut bahkan sampai bertanya,”Apakah saya akan membacakannya untuk engkau, wahai Rasulullah, sementara Al-Qur’an diturunkan kepada engkau?” Beliau menjawab,”Saya suka mendengarkannya dari orang lain”.  Wirid mendengarkan ini juga sangat ditekankan kepada para wanita pada saat mereka sedang sangat disibukkan oleh urusan rumahnya atau pada saat sedang berhalangan sehingga – menurut pendapat jumhur ulama – tidak mungkin membacanya langsung. Dengan demikian, pada saat berhalangan pun seorang wanita tetap akan memiliki wirid yang bisa menjadi penjaga dirinya.

Dengan sering mendengarkan Al-Qur’an, kita akan lebih mudah menghafalnya. Sebagai contoh, dahulu ada seorang shahabiyah Nabi yang bisa menghafal Surah Qaaf karena mendengarkannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang sering membacanya di dalam khutbah.

  1. Wirid menghafal (wirdul-hifzh)

Memiliki jadwal menghafal Al-Qur’an, Sebagai generasi yang mencintai Al-Qur’an, sudah semestinya ada usaha untuk bisa menghafal ayat-ayat Al-Qur’an.

  1. Wirid tadabbur (wirdut-tadabbur)

Ayat-ayat Al-Qur’an tidaklah sekedar untuk dilafalkan huruf-hurufnya. Lebih dari itu, ayat-ayat yang kita baca dengan lisan hendaknya berusaha kita pahami, kita hayati dan kita renungkan. Dengan demikian, ayat-ayat yang kita baca tidak hanya keluar dari tenggorokan dan mulut kita tetapi juga masuk kedalam hati kita, mencerahkan pikiran dan mempertebal iman yang ada dalam dada.

  1. Wirid dzikir Qur’ani (wirdudz-dzikr al-qur’ani)

Meskipun keseluruhan ayat-ayat Al-Qur’an adalah dzikir, akan tetapi yang terutama dimaksudkan disini adalah melakukan wirid dengan ayat-ayat dzikir yang dikhususkan, seperti Al-Fatihah, Ayat Kursi, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, tiga ayat terakhir Surah Al-Baqarah, dan sebagainya. Kita melakukannya pada setiap pagi dan petang, setiap seusai shalat fardhu, dan sebagainya, sesuai dengan yang telah dituntunkan oleh Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.

Ketiga, mengikuti, mengamalkan, berakhlaq, berhujjah dan berhukum dengannya. Apapun yang diperintahkan oleh Al-Qur’an harus kita laksanakan, dan apapun yang dilarang oleh Al-Qur’an harus kita tinggalkan. Demikian pula hendaknya kita berakhlaq dengan akhlaq Al-Qur’an. Ketika Aisyah ditanya tentang akhlaq Rasulullah, beliau mengatakan, ”Akhlaq beliau adalah Al-Qur’an”. Ini artinya Rasulullah benar-benar mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari ajaran akhlaq yang dinyatakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Ajaran akhlaq dalam Al-Qur’an telah terinternalisasi dalam diri beliau.

Keempat, mengajarkannya nilai-nilai dan ajaran-ajarannya. Kita tidak boleh merasa cukup dengan diri kita sendiri. Apa yang sudah kita ketahui mengenai Al-Qur’an hendaknya kita ajarkan kepada orang lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.