Menurut pengertian bahasa, kata At-taubah berarti ar-rujuu’ yang artinya kembali. Sedangkan menurut istilah kata taubat adalah kembali dari kondisi jauh dari Allah subhanahu wata’ala menuju kedekatan kepada Allah swt. Atau pengakuan atas dosa, penyesalan, berhenti, dan tekad untuk tidak mengulanginya kembali di waktu yang akan datang.
Mengapa manusia harus bertaubat ?
- Karena manusia pasti berdosa.
- Karena dosa adalah penghalang antara kita dan Sang Kekasih (Allah swt), maka lari dari hal yang membuat kita jauh dari-Nya adalah kemestian.
- Karena dosa pasti membawa kehancuran cepat atau lambat, maka mereka yang berakal sehat pasti segera menjauh darinya.
- Jika ada manusia yang tidak melakukan dosa, pasti ia pernah berkeinginan untuk melakukannya. Jika ada orang yang tidak pernah berkeinginan melakukan dosa, pasti ia pernah lalai dari mengingat Allah. Jika ada orang yang tidak pernah lalai mengingat Allah, pastilah ia tidak akan mampu memberikan hak Allah sepenuhnya. Semua itu adalah kekurangan yang harus ditutupi dengan taubat.
- Karena Allah swt memerintahkan kita bertaubat (QS. At Tahrim: 8
- Karena Allah mencintai orang yang bertaubat (QS. Al Baqarah: 222).
Karena Rasulullah saw senantiasa bertaubat padahal beliau seorang nabi yang ma’shum (terjaga dari dosa). Beliau bersabda : “Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR. Bukhari). Dalam riwayat Muslim disebutkan bahwa beliau beristighfar seratus kali dalam sehari
Bersegera bertaubat hanya dilakukan oleh mereka yang berakal sehat. Orang-orang yang menunda taubat ibarat seseorang yang ingin mencabut pohon yang mengganggu, namun karena merasa sulit mencabutnya ia menundanya hingga esok atau lusa, atau minggu depan, dan seterusnya tanpa ia sadari bahwa semakin hari akar pohon itu makin menghunjam di tanah, sedangkan ia semakin tua dan lemah.
Jangan menunda-nunda taubat karena mengandalkan rahmat dan ampunan Allah swt. Orang seperti itu ibarat seorang laki-laki yang menghabiskan seluruh hartanya dengan sia-sia dan meninggalkan keluarganya dalam kefakiran, lalu ia mengharapkan harta karun datang kepadanya tanpa bekerja. Mungkin harta karun itu ada, tapi orang ini jelas kurang sehat akalnya. Mengapa kita dapat berpikir logis dalam masalah keduniaan namun tidak demikian dalam urusan akhirat? Nabi saw bersabda :Abu Musa, Abdullah bin Qais Al-Asy’ari r.a. berkata bahwa Nabi saw. Bersabda : “Allah membentangkan tangan-Nya di malam hari agar orang yang berbuat keburukan di siang hari bertaubat, dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar orang yang berbuat keburukan di malam hari bertaubat. (Ini akan terus berlaku) hingga matahari terbit dari arah barat.” (HR. Muslim)
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari arah barat, maka Allah akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim)
Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Khaththab r.a. berkata bahwa Nabi saw. Bersabda : “Allah yang Mahamulia dan Maha Agung menerima taubat hamba-Nya selama belum sekarat.” (Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini hasan shahih.”)