Pertanyaan: Mohon izin untuk konsultasi. Umur saya 36 tahun, saya sudah menikah 8 tahun, alhamdulillah dikaruniai 4 anak, dan istri umur 38 tahun. Mohon izin sedikit menumpahkan unek-unek yang sangat bikin dada terasa sesak setiap hari. Sebagai suami saya banyak kurangnya, saya tukang gorden, dengan penghasilan yang tak pasti, sedangkan istri seorang apoteker yang sangat tempramen, dari keluarga yang kaya.Dulu semua baik baik saja, kami berkomitmen membangun keluarga yang samawa bersama sama, masalah penghasilan dan sikap istri tidak jadi penghalang niat kami untuk menikah, kami sepakat “apa yg jadi kewajiban suami adalah hak istri, dan yg menjadi kewajiban istri adalah hak suami. Saya sadar sebagai suami masih banyak memiliki kekurangan, maka dari itu sejak awal menikah saya terus berusaha memperbaiki diri saya, untuk menutupi semua kekurangan tersebut saya hampir tiap hari, selama 7 tahun sebelum dan sesudah kerja, saya mengerjakan 80% pekerjaan rumah & pekerjaan seorang istri (karena dia sibuk kerja).
Namun ternyata, maksud baik saya ini memperingan pekerjaan rumah tangga & pekerjaan istri, malah bikin istri semakin lupa diri akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang istri dan ibu, jika di ingatkan & dinasehati baik baik, selalu tidak terima, dan tidak jarang kalimat merendahkan dan menghina suami, sering terlontar dari mulut dan chat WA yang dia kirim, dan tak jarang makian kotor pun dengan mudahnya dia lontarkan, walaupun pemicunya hanya masalah sepele.
Pemicu lainnya karena penghasilan saya yang tidak pasti sedangkan pengeluaran sangat besar, saya sadar dan sangat paham nafkah dalam keluarga itu ada 2 jenis, nafkah untuk keluarga & nafkah untuk istri, dan saya sangat paham penghasiln istri adalah punya istri dan istri tidak wajib membantu keuangan keluarga. Tapi kondisi keuangan saya untuk sementara baru cukup untuk bertahan hidup menafkahi keluarga saja, tapi istri tidak mau tahu dia selalu menuntut nafkahnya tiap bulan dengan tuntutan yang sudah jelas diluar kemampuan saya saat ini. Berdasarkan hal inilah istri selalu merendahkan dan menghina saya, bahkan pernah merendahkan kedua orangtua saya, dan kejadian sperti ini akan selalu dia lakukan bukan saja saat kita sedang ribut saja, bahkan saat dia sedang ada masalah dengan anak anak, kerjaan, orang tua, saya hampir selalu jadi pelarian marahnya, dia cari cari kesalahan dan kekurangan saya dan marah sejadi jadinya, dan kejadian ini tidak cm sekali dua kali, seminggu bisa 2-3 kali.
Yaaa Allah… Ya Rabb kuatkanlah jiwa dan batin ini. Pernah beberapa kali kalau marah minta cerai, tapi saya abaikan, yang saya pikirkan cuma anak anak saya Yang masih kecil kecil, kalau tidak karena iman dan anak-anak mungkin sudah saya talak 3. Entah sampai kapan saya bisa bertahan dengan keaadaan seperti ini, hanya bisa berikthiar dan berdoa aja memohon yang terbaik buat keluarga kami. Mohon masukkan pak ustadz untuk menguatkan jiwa ini yang kadang kadang rapuh dan sempat putus asa, Terima kasih
Jawaban: Menanggapi curhat yang anda sampaikan, dapat kami berikan tanggapan seperti berikut:
- Anda sudah menyadari kekurangan anda. Kekurangan anda adalah penghasilan sedikit, tidak mencukup kebutuhan rumah tangga anda.
Itulah masalah yang harus anda selesaikan, cara menyelesaikannya yaitu berusaha untuk menambah penghasilan. Apapun pekerjaan anda tidak akan dipermasalahkan selama anda memiliki penghasilan yang cukup untuk menafkahi keluarga. Tukang gorden bisa lebih kaya dari apoteker. Lihatlah orang-orang yang seprofesi dengan anda. Apa yang membedakaan anda dan mereka.
- Isteri anda tidak melihat anda berusaha meningkatkan penghasilan. Karena itu berubahlah sikapnya. Dulu awal menikah, sedikitnya penghasilan anda masih dapat di toleransi. Dengan bertambahnya anak dan kebutuhan,-sementara anda tidak berubah penghasilannya-maka dia tidak lagi sesabar dulu. Batas toleransinya sudah diambang penghabisan.
- Untuk menutupi kelemahan dan kekurangan anda, anda membantu menyelesaikan 80% pekerjaan rumah isteri anda. Anda berharap dengan membantunya, dia akan berterimakasih dan memaklumi anda. Tapi apa balasan dia? tidak ada. Dia tetap tidak menghargai anda. Karena dia tidak merasa butuh bantuan anda. Dia ingin melihat anda bekerja lebih keras di luar rumah, bukan menghabiskan waktu dan tenaga untuk pekerjaan rumah yang tidak akan menambah penghasilan keluarga.
- Isteri anda menuntut anda nafkah yang lebih besar. Dia tidak mau tahu pekerjaan anda apa. Dia tidak mau memaklumi anda dengan penghasilan kecil. Sikap isteri anda seperti itu anda sikapi dengan negative. Anda menilai isteri anda tidak mau memaklumi dan tidak qonaah. Pada sisi yang lain dia juga tidak mau memakai uangnya sendiri untuk memenuhi keperluan dirinya sendiri. Dia tetap meminta uang kepada anda meskipun penghasilan dia lebih besar.
Cobalah ubah sikap anda dengan sikap positif. Anda bisa menganggap, bahwa itu adalah cara isteri anda mendorong anda untuk bekerja keras. Dengan dia menuntuk sedemikian rupa anda akan terdorong untuk bekerja lebih keras.
- Jangan anda mengadu kepada Allah, sebelum anda berikhtiar dengan sungguh-sungguh. Allah tidak akan mengubah keadaan seseorang sampai orang itu berusaha mengubahnya.
- Allah telah membagi peran suami dan isteri. Suami penanggung jawab keluarga dan isteri penanggung jawab urusan rumah tangga.
- Jika anda tidak mengubah keadaan anda, maka terimalah perlakuan isteri anda itu sebagai sebuah kenyataan dan resiko beristerikan wanita yang lebih kaya daripada anda.Sabar adalah sikap terbaik untuk menundukkan kemadharatan yang menimpa. kesabaranlah yang membuat orang bisa bertahan. Sabar saat ditimpa kemadharatan adalah sikap seorang mukmin sejati.
Demikian yang bisa disampaikan. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bishowab. — Amin Syukroni, Lc
Sumber: www.konsultasisyariah.net