Dinamika Iman

  • Sumo

Makna iman dalam persepektif Islam bukanlah sekedar percaya melainkan harus melingkupi tiga aspek yang kesemuanya ada pada manusia yakni qolb (hati), lisan dan amal shaleh. Artinya seseorang yang beriman harus meyakini dalam hatinya dengan sesungguh-sungguhnya tentang semua hal yang harus diyakininya. Kemudian menjelaskan dengan lisannya sebagai sebuah pernyataan keimanan yang membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu. Dan akhirnya dijabarkan dan dibuktikan secara kongkrit dalam amal perbuatannya. Tidak bisa dikatakan beriman seseorang, bila ia tidak memenuhi tiga kriteria kelengkapan iman tersebut.

Dalam Al Qur’an surah Al Hujurat (49) : 14, Allah berfirman : “Berkata orang-orang Arab (Badui): Kami telah beriman. Katakanlah kepada mereka : Jangan gegabah mengatakan “kami beriman” tetapi katakanlah “kami telah Islam”, tunduk. karena keimanan belum masuk kedalam hatimu …. . ”

Dari ayat tersebut di atas kita bisa melihat bahwa masalah iman bukanlah masalah sederhana, karena dibutuhkan waktu, jihad, kesungguh-sungguhan dalam ibadah, ketabahan selain juga faktor hidayah untuk membuat keimanan seseorang benar-benar mengakar, menukik, bahkan menghunjam ke dalam lubuk hati.

Kemudian persoalan berikutnya adalah kenyataan bahwa iman itu dinamis, fluktuatif atau turun-naik. Jadi setelah iman sudah ada didalam hati, penting untuk selalu dideteksi apakah iman kita meningkat dan bertambah atau justru menurun dan berkurang. Dalam hadist Nabi shalallahu alaihi wasallam disebutkan : “Al iman yazid wa yanqush” (iman bisa bertambah atau berkurang). Karena itu seorang yang beriman harus selalu berusaha memperbaharui dan meningkatkan keimanannya. Seperti halnya tanaman, pohon, atau tumbuh-tumbuhan yang dapat kering, layu, atau bahkan mati bila tak disiram atau diberi pupuk, demikian pula halnya dengan keimanan yang dimiliki seseorang.

Begitu rentannya hati terhadap fluktuasi iman digambarkan oleh Abdullah bin Rawahah ra : “berbolak-baliknya hati lebih cepat dibanding air yang menggelegak di periuk tatkala mendidih”. Dari tinjauan etimologisnya saja; hati, qolban adalah sesuatu yang berbolak-balik sudah, nampak pula kerentanannya. Dan karena iman tempatnya di hati, seyogyanyalah kita mewaspadai berbolak-baliknya hati dan turun naiknya iman.

Karena itu dalam Al Qur’a surah Ali Imron (3) ayat  8, Allah menuntun agar kita berdoa minta diberikan hidayah, rahmat dan ketetapan hati. Demikian pula doa yang dicontohkan Nabi saw: ” Ya Allah, yang pandai membolak-balikkan hati, tetapkan hati hamba pada agamamu. ” Mengapa kita harus terus berdoa seperti itu? Karena usaha menjaga keimanan agar tetap istiqamah dan kalau bisa meningkat adalah hal yang sangat berat, apalagi sampai membuat iman itu berbuah.

Syaikh Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah pernah mengungkapkan kata-kata bijak: ”Dunia adalah ladang tempat menanam kebajikan yang hasilnya akan kita tuai, panen di akhirat kelak”. Menurut Ibnul Qoyyim pula, iman yang dimiliki seseorang adalah modal berupa bibit. Dan agar bibit itu tumbuh dan berbuah ia harus senantiasa disiram dan dipupuk oleh ketaatan kepada Allah.

Kita memang tidak bisa mengukur atau memprediksikan besar kecilnya kadar keimanan seseorang, namun paling tidak kita bisa melihat bias dan imbas keimanannya dari libasut taqwa, pakaian taqwa yang dimilikinya dan implementasi iman berupa ibadah, amal shaleh dan ketaatan yang dilakukannya. Seberapa besar dan banyak bibit yang dimiliki seseorang dan sejauh mana ia merawat, menjaga, menyirami dan memberinya pupuk dengan ketaatannya kepada Allah, maka sebegitu pulalah buah yang akan dituainya kelak diakhirat.

Rasulullah shalallahu alaihi wasalam-pun menegaskan : “Al iman yaazidu bi thoat wa yanqushu bil maksiat”. Iman akan bertambah /meningkat dengan ketaatan dan akan berkurang atau menurun dengan kemaksiatan yang dilakukan.

Merujuk kepada hadist Nabi saw diatas, jelas nampak bahwa sebab utama bertambahnya keimanan seseorang adalah jika ia berusaha selalu taat kepada Allah. Allah akan mencintai dan merahmati orang-orang yang taat kepadaNya dan RosulNya (QS 3: 31, 32, 132). Semakin besar ketaatan yang diberikan seseorang kepada Allah apakah itu dalam rangka menuruti perintahNya dan menjauhi laranganNya maka akan semakin meningkatlah kadar keimanannya.

Sebab-sebab yang lainnya yang juga bisa menjaga dan meningkatkan kadar keimanan adalah bila seseorang selalu mengingat Allah dan banyak bersyukur kepadaNya. Atau bila diberi cobaan berupa musibah tetap sabar dan bersandar pada Allah serta tak pernah berburuk sangka padaNya (QS 29 : 2) karena cobaan memang secara sunatullah terkait dengan pengujian kadar keimanan.

Ada sebuah siklus positif yang bisa terjadi pada diri seorang mu’min yakni bila ia memiliki keimanan, iman akan mendorongnya taat, menjalankan ibadah kepada Allah sesuai dengan yang dikehendakiNya (QS 51 : 56). Kemudian ibadah akan menghasilkan ketaqwaan dan ketaqwaan dengan sendirinya akan meningkatkan keimanan seseorang.

Sedangkan sebab menurun atau berkurang dan bahkan hilangnya keimanan seseorang adalah maksiat yang dilakukannya. Semakin banyak kemaksiatan kepada Allah yang dilakukan seseorang akan semakin menurun kadar keimanannya. Bahkan jika seseorang terjerumus melakukan dosa besar, pada saat ia melakukan maksiat itu dikatakan iman nya habis sama sekali. Imam Ghozali mengumpamakan hati seseorang seperti lembaran putih bersih. Dosa yang disebabkan maksiat yang dilakukannya akan menyebabkan titik hitam dilembaran putih itu. Semakin banyak dosa kemaksiatan yang dilakukannya, maka lembaran itu akan hitam kelam. Dan hati yang pekat seperti itu tidak lagi sensitif terhadap dosa-dosanya. Artinya tidak ada perasaan takut atau menyesal pada saat atau sesudah melakukan kemaksiatan.

Apabila kemaksiatan yang dilakukan seseorang masih terkatagori as sayyiat atau dosa kecil, maka kebajikan-kebajikan yang kita lakukan insya Allah akan mengkompensasi dosa dosa kecil tersebut. Dalam hadist Nabi SAW dikatakan :”Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.“ Sementara itu didalam QS 3 : 135 disebutkan ciri orang beriman dan bertaqwa adalah :bila melakukan kekejian atau menzolimi diri sendiri (dengan berbuat dosa ) mereka cepat-cepat ingat Allah dan mohon ampunan atas dosa-dosanya Allah SWT memang menyuruh kita bersegera bertaubat memohon ampunan dan syurgaNya (QS 3: 133).

Hal yang harus dipenuhi dalam taubat adalah adanya unsur menyesali maksiat yang dilakukan, kemudian berhenti dan ketika berjanji sungguh-sungguh tidak akan mengulanginya lagi. Bukti keimanan seseorang yang paling nyata tentu saja adalah amal shaleh yang dilakukannya dan libasut taqwa (pakaian taqwa) yang dikenakannya. Yang membedakan seorang muslim dari kufri adalah keimanannya kepada hal yang ghaib. Kemudian juga shalat karena dalam hadist dikatakan : bainal abdi wal kafir tarkus shalat, bainal abdi was syirik tarkus shalat (batas antara seorang hamba Allah dengan yang kafir adalah meninggalkan shalat dan batas seorang hamba Allah dengan kemusyrikan adalah meninggalkan shalat.)

Di dalam QS 49 :15 disebutkan orang yang beriman ialah yang tak pernah sedikitpun ragu terhadap yang diimaninya. Kemudian mampu mengatasi ujian-ujian keimanan dari Allah (QS 29 :2). Dan ada satu surat didalam Al Quran yang berjudul Al-mukminun (orang-orang beriman) Surat itu merinci karakterikristik orang -orang yang beriman yakni khusyu dalam shalat, menjauhi perbuatan dan perkataan yang sia-sia, menunaikan zakat, menjaga kemaluannya, menjaga amanah-amanah dan menepati janji serta menjaga shalat-shalatnya. Orang yang beriman dengan memenuhi kriteria-kriteria di atas akan mewarisi syurga Firdaus dan kekal di dalamnya selama-lamanya.

Ciri mu’min yang lain ada pada QS 48 :29, yang bahkan ciri keimanannya itu tampak pula secara fisik berupa dahi yang hitam /berbekas karena selalu bersujud kepadaNya. Dan akhirnya orang yang istiqomah dalam keimanannya akan selalu memiliki sikap at tafa’ul (optimis), as syajaah (berani), dan ith mi’nan (tenang ) dalam kehidupan ini. Wallahu A’lam bish Showab.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.