Membahas ibadah kurban tidak cukup dibahas dari aspek pekurban ditinjau dari dimensinya dengan Allah swt, tapi juga harus dibahas dari aspek pekurban dan dimensi sosialnya.Kurban adalah ibadah harta, karena faktor terbesar yang dilibatkan dalam ibadah ini adalah harta. Ibadah harta selalu membawa dua dimensi yaitu dimensi pelaku dengan Allah dan dimensi pelaku dengan masyarakat/dimensi sosial. Keduanya memiliki tolak ukur yang berbeda.
Dimensi pekurban dengan Allah diukur dengan ketulusan dan keikhlasan hatinya dalam melaksanakan ibadah berkurban dan kesesuaiannya dengan tuntunan syariat.Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Rasulullah saw juga bersabda: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.” (HR. Muslim no. 2564).
Adapun ibadah kurban dari dimensi sosial, diukur dengan besarnya manfaat yang diterima oleh masyarakat sekitar, fakir miskin yang membutuhkan dan syiar yang ditimbulkannya. Semakin besar manfaat dan syiar yang dirasakan maka ibadah kurban itu semakin baik. Manfaat itu berupa daging kurban yang dibagikan dan syiar yang dirasakan masyarakat. Dalilnya, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam memerintahkan dia untuk mengurusi unta-unta hadyu. Beliau memerintah untuk membagi semua daging qurbannya, kulit dan jilalnya (kulit yang ditaruh pada punggung unta untuk melindungi dari dingin) untuk orang-orang miskin. Dan beliau tidak diperbolehkan memberikan bagian apapun dari qurban itu kepada tukang jagal (sebagai upah).(HARI. Bukhari dan Muslim)
Dan Allah berfirman: Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syi’ar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan untua-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (al hajj:36)
Agar manfaat dan syiar kurban lebih besar maka hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut:
- Memperbanyak daging yang dibagikan dengan cara menyembelih jenis hewan kurban yang lebih banyak dagingnya dan gemuk. Seekor sapi lebih banyak dagingnya daripada seekor kambing. Jika satu ekor sapi seharga 21 juta dan lebih banyak dagingnya daripada tujuh ekor kambing seharga 21 juta, maka memilih menyembelih sapi lebih bermanfaat bagi masyarakat.
- Memperbanyak orang yang diajak berkurban agar lebih banyak hewan dan daging kurban yang bisa disembelih dan dibagi.
Idul adha yang artinya hari raya berkurban akan lebih terasa gaungnya jika semua muslim yang memiliki uang dua-tiga juta mau mengeluarkannya untuk berkurban, baik secara pribadi maupun kolektif. Sudah bisa dibayangkan berapa banyak hewan dan daging kurban yang disembelih dan dibagi.
Untuk memperbanyak calon pekurban dan meringankan biaya berkurban, tabungan kurban bisa jadi alternatif. Semoga para pekurban dapat memenuhi standar kemuliaan dalam ibadah kurbannya dari aspek dimensi dengan Allah maupun sosial. Dan semoga Allah menerima ketakwaanya serta masyarakat senang menerima manfaat darinya. Wallahu a’lam bishowab. (AS)