Hidup Bersama Al Qur’an

  • Sumo

Orang yang hidup bersama Al-Qur’an hidup dan beraktivitas di dunia ini sebagaimana juga manusia pada umumnya. Hanya saja yang membuat ia berbeda adalah bahwa ia memiliki orientasi ukhrawi. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qashash (28) ayat 77 : Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.

Hidup duniawi dengan orientasi ukhrawi (hayatun dunyawiyatun ukhrawiyah)

Dalam ayat diatas, Allah memerintahkan agar yang kita cari dan kita tuju adalah kehidupan ukhrawi. Hanya saja pada saat yang sama, hendaknya kita tidak melupakan kehidupan duniawi. Karena itu, dalam setiap gerak hidup ini, kita tidak boleh hanya memikirkan dampaknya bagi kehidupan kita di dunia ini saja, tetapi juga – bahkan yang lebih penting – memikirkan dampaknya bagi kehidupan kita di akhirat nanti. Segala yang kita lakukan di dunia ini mesti kita orientasikan untuk akhirat. Ukuran baik dan buruk, untung dan rugi, bahagia dan susah, tidak hanya diukur dengan kepentingan duniawi semata, tetapi harus diukur dengan kepentingan ukhrawi. Terkadang bahkan kebahagiaan ukhrawi harus dicapai dengan mengorbankan sebagian dari kebahagiaan duniawi kita.

Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan agar kita lebih menonjolkan perhatian kita terhadap akhirat daripada dunia. Allah menyatakan bahwa sikap kita terhadap dunia hendaknya hanya sebatas “walaa tansa (jangan melupakannya)”. Yang demikian ini memang karena tanpa diperintahkan memperhatikan kehidupan dunia pun, manusia pasti akan memperhatikannya karena kehidupan dunia itu tampak didepan matanya. Arahan Allah dalam ayat tersebut kalau kita sadari bahkan berseberangan dengan petuah yang sering disampaikan oleh banyak orang : “Kejarlah kesuksesan di dunia, tapi jangan lupa shalat, jangan lupa ibadah, jangan lupa akhirat …”. Ketika akhirat diposisikan sebagai “jangan dilupakan” itulah, akhirat itu akan sangat rawan untuk benar-benar terlupakan.

Saking pentingnya orientasi ukhrawi dalam kehidupan, iman kepada Hari Akhir – disamping iman kepada Allah – merupakan rukun iman yang paling banyak dinyatakan dalam Al-Qur’an. Bahkan cukup banyak surah-surah dalam Al-Qur’an yang dinamai dengan Hari Akhir, seperti Al-Qiyamah, Al-Zalzalah, Al-Infithar, Al-Insyiqaq, At-Takwir, An-Naba’, Al-Qari’ah.

Hidup yang disiplin, penuh komitmen dan istiqomah secara Islami (hayatun multazimatun mustaqimah)

Seseorang yang hidup bersama Al-Qur’an akan menjalani segenap sisi kehidupannya – kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan sosial dan bermasyarakat, kehidupan politik, dan sebagainya – dengan disiplin, penuh komitmen dan istiqamah berdasarkan standar Islam. Disinilah kita, umat Islam baik sebagai pribadi-pribadi ataupun sebagai komunitas, harus melakukan introspeksi. Betapa karakter disiplin ini banyak diabaikan, apakah itu disiplin dalam memanfaatkan waktu, disiplin dalam bekerja, dan sebagainya. Padahal Al-Qur’an sangatlah menekankan sikap disiplin, penuh komitmen dan istiqamah. Para sahabat Nabi yang merupakan “Al-Qur’an yang berjalan” benar-benar memiliki sikap tersebut dalam kehidupan mereka, sehingga mereka bisa menjadi khairu ummah (ummat yang terbaik).

Tentang perintah untuk bersikap istiqamah dalam kehidupan ini, Allah swt berfirman antara lain dalam Al Qur’an Surat Huud (11) : 112 : Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Dan juga dalam Al Qur’an Surat Fushshilat (41) : 30 : Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” Kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu”.

Hidup yang mulia dan bermartabat (hayatun ‘azizatun karimah)

Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah meninggikan dengan Al-Qur’an kaum-kaum tertentu dan merendahkan dengannya pula kaum-kaum yang lain”. Ketika suatu kaum berpegang teguh kepada Al-Qur’an, Allah akan meninggikannya. Sebaliknya, ketika suatu kaum meninggalkan dan melawan Al-Qur’an maka Allah akan merendahkannya.

Kita, umat Islam, akan ditinggikan oleh Allah ketika kita mau berpegang teguh kepada Al-Qur’an. Allah menegaskan hal ini antara lain dalam QS Ali ‘Imran (3) : 110 : Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.

Dan juga pada ayat 139 dalam surah yang sama : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

Namun ketika kita meninggalkan Al-Qur’an, maka kita pun berubah dari umat yang tertinggi menjadi umat yang terendah, dari umat yang mulia menjadi umat yang terhina, dari umat yang memimpin menjadi umat yang dipimpin, dari umat saksi dan hakim menjadi umat terdakwa dan tersangka yang tidak bisa membela diri sama sekali. Padahal, semestinya kita menjadi umat saksi dan hakim, yang berhak untuk menilai dan memutuskan diantara segenap umat yang ada di muka bumi ini, sebagaimana yang Allah nyatakan dalam Al Qur’an Surat Al-Baqarah (2) ayat 143 : Dan demikian (pula) kami Telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Hidup yang penuh barakah dengan bimbingan taufiq Allah Ta’ala (hayatun mubarakatun muwaffaqah)

Jika kita berpegang teguh kepada Al-Qur’an, Allah pasti akan memberikan bimbingan dan taufik-Nya kepada kita, dan akan melimpahkan barakah-Nya dalam kehidupan kita. Allah berfirman dalam Al Qur’an Surat Al-An’am (6) : 155 : Dan Al-Quran itu adalah Kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.

Dalam ayat diatas Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an penuh dengan barakah. Membaca, mendengarkan, menghafal, mengkaji dan mempelajari Al-Qur’an akan mendatangkan barakah. Dan barakah yang terbesar akan kita dapatkan jika kita mengikuti dan mengamalkannya, sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat diatas : fattabi’uuhu (ikutilah dia). Demikianlah, semakin kuat interaksi kita dengan Al-Qur’an, semakin besar berkah yang akan kita dapatkan. Sehingga jangan sampai kita hanya menyimpan mushaf Al-Qur’an didalam rak dan enggan memegang, membaca, dan mempelajarinya, lalu berharap mendapatkan barakahnya.

Hidup yang bahagia dan tenteram (hayatun sa’iidatun muthma-innah)

Hal ini sebagaimana yang terkandung dalam doa yang diajarkan oleh Rasulullah untuk kita ucapkan : “Ya Allah, saya adalah hamba-Mu. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hati saya, cahaya dalam hati saya, penghilang kegelisahan saya, dan pelenyap masalah yang menghimpit saya”. Demikian pula, Al-Qur’an akan bisa menjadi pelindung bagi kita dari segenap gangguan dan kejahatan. Allah swt berfirman dalam Al Qur’an Surat Thaha (20) : 123 – 124 : Allah berfirman: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan sengsara. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.

Allah juga berfirman dalam surat Ar-Ra’d (13) : 28 : (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

Dzikir yang dimaksud dalam ayat-ayat diatas tidak lain terutama adalah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an merupakan salah satu dzikir yang paling utama.

Hal ini juga dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Muslim bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah berkumpul sekelompok orang di rumah-rumah Allah untuk membaca Kitab Allah dan mengkajinya diantara mereka, kecuali mereka akan mendapatkan empat keutamaan : 1) Akan turun kepada mereka ketenangan dan ketenteraman, 2) Mereka akan diliputi oleh rahmat Allah, 3) Mereka akan dinaungi oleh para malaikat, 4) Mereka disebut-sebut dan dibanggakan oleh Allah dihadapan para malaikat yang ada di sisi-Nya. (amj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses