Tersebarnya berita masuk Islamnya sekelompok penduduk Yatsrib (Madinah), membuat orang-orang kafir Quraisy semakin meningkatkan tekanan kepada orang-orang Mukmin di Makkah. Lalu Nabi Muhammad Saw memerintahkan mereka agar hijrah ke kota Madinah. Sahabat segera berangkat menuju Madinah secara diam-diam, agar tidak dihadang oleh musuh. Namun Umar bin Khattab justru mengumumkan terlebih dahulu rencananya untuk berangkat ke pengungsian kepada orang-orang kafir Makkah. Beliau mengatakan: “Siapa di antara kalian yang bersedia benpisah den gan ibunya, silahkan hadang aku besuk di lembah anu, besuk pagi saya akan hijrah.” Tidak seorang pun berani menghadang Umar.
Mengetahui kaum Muslimin yang hijrah ke Madinah itu ternyata disambut baik dan mendapat penghormatan yang memuaskan dari penduduk, bermusyawarahlah kaum kafir Quraisy di Darun Nadwah, untuk merumuskan cara-cara yang akan diambil untuk membunuh Rasululah Saw, yang diketahui belum berangkat bersama rombongan sahabat. Rapat memutuskan untuk mengumpulkan seorang algojo dan setiap kabilah guna membunuh Nabi Saw. bersama-sama. Pertimbangannya ialah, keluarga besar Nabi (Bani Manaf) tidak akan berani berperang melawan semua suku yang telah mengutus algojonya masing-masing. Satu-satunya pilihan yang mungkin mereka ambil ialah rela menerima diat (denda pembunuhan) manakala ternyata jiwa Nabi Saw dapat mereka renggut nantinya. Keputusan bersama ini segera dilaksanakan dan para algojo tadi berkumpul di sekeliling rumah Nabi Saw. Mereka mendapat instruksi: “Keluarkan Muhammad dari rumahnya dan langsung penggal tengkuknya dengan pedangmu.”
Pada malam pengepungan itu Nabi Saw tidak tidur. Kapada keponakannya, Ali bin Thalib Ra. beliau memerintahkan agar tidur (berbaring) ditempat tidur Nabi dan menyerahkan kembali semua harta titipan penduduk Makkah yang ada di tangan Rasulullah Saw. kepada masing-masing pemiliknya. Nabi keluar dan rumahnya tanpa diketahui oleh seorang pun di antara mereka, yang sejak senja sudah bersiap-siap untuk membunuhnya. Beliau pergi menuju rumah Abu Bakar yang sudah menyiapkan dua tunggangan (kendaraan) lalu segera berangkat Abu Bakar mencarter Abdullah bin Uraiqith Ad-Daily untuk menunjukkan jalan pintas menuju Madinah.
Rasulullah dan Abu Bakar berangkat pada hari kamis tangal 1 Rabi’ul Awwal tahun kelima puluh tiga dan kelahiran Nabi Saw Hanya Ali dan keluarga Abu Bakar saja yang tahu keberangkatan beliau berdua malam itu. Sebelumnya Aisyah dan Asma binti Abu Bakar telah menyiapkan bekal secukupnya. Kemudian beliau berdua berangkat, bersama penunjuk jalan, menelusuri jalan Madinah – Yaman, hingga sampai di Gua Tsur. Nabi dan Abu Bakar berhenti di situ dan penunjuk jalan disuruh kembali secepatniya guna menyampaikan pesan rahasia Abu Bakar kepada Putranya, Abdullah. Tiga malam lamanya Nabi dan Abu Bakar bersembunyi di gua itu, tetapi setiap malam mereka ditemani oleh Abdullah bin Abu Bakar yang bertindak sebagai pengamat situasi dan pemberi informasi.
Lolosnya Nabi dan kepungan yang ketat itu membuat kalangan Quraisy hiruk pikuk mencarinya. Jalan Makkah – Madinah sudah dilacak, tetapi gagal menemukannya. Kemudian ditelusurmnya jalan Yaman – Madinah, dengan dugaan Nabi pasti bersembunyi di Gua Tsur. Setibanya tiem pelacak itu di sana, alangkah bingungnya mereka ketika meithat mulut gua itu tertutup jaring laba-laba dan sanang bunung, hal mana menunjukkan tidak ada onang yang masuk ke dalam gua itu. Mereka tidak dapat melihat apa yang ada dalam gua itu, tetapi orang yang di dalamnya dapat melihat jelas rombongan yang berada di luar. Waktu itulah Abu Bakar merasa sangat khawatir akan keselamatan mereka bendua, tetapi Rasulullah mengatakan kepadanya: “Hai Abu Bakar, kita ini bendua dan Allah-lah yang ketiganya.”
Kalangan kafir Quraisy mengumumkan kepada seluruh kabilah : “Siapa saja yang dapat menyerahkant Muhammad dan kawannya (Abu Bakar) kepada kami hidup atau mati, maka kepadanya akan diberikan hadiah yang bernilai jutaan.” Bangkitlah Suraqah bin Ja’syam mencari dan mengejar Nabi, dengan harapan akan menjadi hartawan dalam waktu singkat.
Sungguhpun jarak antara Gua Tsur dengan rombongan Nabi sudah begitu jauh, namun Suraqah ternyata dapat menyusulnya. Tatkala sudah begitu dekat, tiba-tiba tersungkurlah kuda yang ditungganginya, sementara pedang yang telah diayunkannya ke arah Nabi tetap terhunus di tangannya. Tiga kali ia melibaskan pedangnya ke arah tubuh Nabi, tetapi pada detik-detik itu pula kudanya tiga kali tensungkur sehingga tak terlaksanalah maksud jahatnya. Kemudian ia menyarungkan pedangnya dalam keadaan diliputi perasaan kagum dan yakin, dia benar-benar berhadapan dengan seorang Nabi yang menjadi Rasul Allah. Ia mohon kepada Nabi agar berkenan menolongnya yakni mengangkat kudanya yang tak dapat bangun karena kakinya terperosok ke dalam pasir. Setelah ditolong oleh Nabi, ia meminta agar Nabi berjanji akan memberinya hadiah berupa gelang kebesaran raja-raja. Nabi menjawab: “Baiklah.” Kemudian kembalilah ia ke Makkah dengan berpura-pura tak menemukan seseorang dan tak pernah mengalami kejadian apa pun.
Rasulullah dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabi’ul awal. Kedatangan beliau telah dinanti-nantikan masyarakat Madinah. Pagi hari mereka berkerumun di jalanan, setelah tengah hari barulah mereka bubar. Begitulah penantian mereka beherapa han sebelum kedatangan Nabi. Pada han kedatangan Nabi dan Abu Bakar, masyarakat Madinah sudah menunggu berjubel di jalan raya yang akan dilalui Nabi lengkap dengan regu genderang. Mereka mengelu-elukan Nabi dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang Sengaja di gubah untuk keperluan penyambutan itu.Bulan purnama telah muncul di ten gah-tengah kita, dan celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bensyukun, atas ajakannya kepada Allah. Wahai onang yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu yang ditaati.”
Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah Saw singgah di Quba’. Sebuah desa yang terletak dua mil di selatan Madinah. Dibangunnyalah sebuah Masjid, dan merupakan Masjid pertama dalam sejarah Islam. Beliau singgah di sana selama empat han untuk selanjutnya meneruskan perjalanan ke Madinah. Pada Jum’at pagi beliau berangkat dari Quba’ dan tiba di perkampungan Bani Salim bin Auf, persis pada waktu shalat Jum’at, lalu shalatlah beliau di sana. Inilah Jum’at pertama dalam Islam, dan karena itu khutbahnya pun merupakan khutbah yang pertama.
Kemudian Nabi berangkat meninggalkan Bani Salim. Program pertamanya sesampainya di Madinah ialah menentukan tempat, dimana akan dibangun Masjid. Tempat itu ialah tempat di mana ontanya berhenti setibanya di Madinah. Ternyata tanah dimaksud milik dua orang anak yatim. Untuk itu Nabi minta supaya keduanya sudi menjual tanah miliknya, namun mereka lebih suka menghadiahkannya. Tetapi beliau tetap ingin membayar tanah di maksud seharga sepuluh dinar. Dengan senang hati Abu Bakar menyerahkan uang kepada mereka berdua.
Pembangunan Masjid segera dimulai dan seluruh kaum Muslimin ikut ambil bagman, sehingga berdiri sebuah Masjid berdinding bata, berkayu batang korma dan beratap daun korma. Kemudian Nabi mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dengan Anshar. Setiap orang Anshar mengakui orang Muhajirin sebagai saudaranya sendiri, mempersilahkannya tinggal di rumahnya dan memanfaatkan segala fasilitasnya yang ada di rumah bersangkutan.