Ibadah Sholat Kita

  • Sumo

Tanggal 27 Rajab adalah momen peristiwa dimana Rasulullah saw diperjalankan oleh Allah dalam peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Dalam peristiwa yang luar biasa itu, Allah SWT mewajibkan ibadah sholat lima waktu kepada umat Rasulullah saw. Sudah berabad-abad lamanya peristiwa Isra’ dan Mi’raj meninggalkan kita. Itu berarti sudah berabad-abad pula umat Rasulullah saw – dari generasi ke generasi – menunaikan ibadah sholat dalam keseharian mereka. Pernahkah kita merenungi dimana letak pentingnya sholat?

Sholat adalah satu-satunya ibadah yang harus selalu dilakukan dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Meskipun kita sedang bepergian jauh, sedang sakit, sedang berada dalam suasana yang menakutkan dan mencekam, atau sedang dalam peperangan, kita tetap harus melakukan sholat. Hanya wanita yang sedang haidh dan nifas saja yang tidak wajib melakukan sholat.

Coba kita bandingkan dengan ibadah-ibadah yang lainnya, misalnya puasa Ramadhan. Mereka yang sedang sakit boleh meninggalkannya, lalu menggantinya secara leluasa ketika sudah sembuh. Bahkan jika sakitnya berlangsung terus-menerus, ia boleh tidak berpuasa tanpa harus mengganti puasanya pada kesempatan lain, dan ia cukup membayar fidyah sebagai penggantinya. Demikian pula, seorang jompo yang sudah tidak kuat berpuasa boleh meninggalkan puasa dengan membayar fidyah.

Ada apa sebenarnya dengan sholat? Mengapa ia sedemikian penting?

Allah SWT menegaskan bahwa tidaklah manusia dan jin diciptakan kecuali untuk beribadah kepada-Nya (QS Adz-Dzariyat: 56). Ini artinya, setiap waktu kita harus selalu beribadah kepada Allah SWT. Salah satu bentuk ibadah yang dimaksud adalah sholat, disamping ibadah-ibadah lainnya dalam pengertian yang luas – yaitu apapun yang mendatangkan ridha Allah SWT.

Adapun hikmah dari diwajibkannya sholat setiap hari tanpa adanya hari libur, yang jumlahnya lima kali dalam setiap harinya, adalah agar kita tidak pernah lepas dari keadaan bersujud kepada Allah SWT, dimana sujud adalah ibadah yang paling utama, simbol ketundukan hamba kepada Tuhannya, dan juga keadaan dimana seorang hamba paling dekat dengan Tuhannya.

Disamping itu, kita juga harus selalu menunaikan sholat, lima kali setiap hari, agar hubungan kita dengan Allah SWT tidak pernah terputus. Agar kita senantiasa ingat kepada-Nya. Setiap sekian jam kita berurusan dengan dunia harus di-break dengan sholat, agar kita ingat kembali kepada Sang Pencipta dan Sang Penguasa.

Itulah mengapa kita harus menunaikan sholat setidak-tidaknya lima kali setiap hari. Bagi orang-orang yang tidak beriman dan tidak paham, sholat akan dianggap sebagai beban yang berat. Mereka berpikir, lima kali setiap hari adalah jumlah yang sangat memberatkan. Padahal kalau kita ingat peristiwa Isra’ dan Mi’raj, Rasulullah saw sudah menawar frekuensi sholat wajib dari lima puluh kali setiap hari menjadi lima kali saja.

Orang-orang yang tidak beriman dan tidak paham mungkin juga berpikir bahwa sholat hanya akan mengurangi efisiensi dan produktivitas. Lagi asyik-asyiknya bekerja, kenapa harus berhenti untuk sholat? Jumlah jam kerja juga bisa berkurang gara-gara sholat. Inilah yang ada dalam pikiran mereka. Mereka hanya berpikir secara sempit. Mereka lupa atau mungkin tidak mengerti bahwa manusia itu diadakan dengan tujuan asasi untuk beribadah kepada Allah SWT. Seandainya mereka memahami kehidupan secara lebih holistik seperti ini, niscaya pandangan sempit mereka akan berubah.

Lagipula, pikiran dan jiwa manusia itu butuh istirahat. Dan sholat adalah salah satu sarana terbaik untuk itu. Rasulullah saw berkata kepada muadzinnya, Bilal ra, “Wahai Bilal, rehatkanlah kami dengan sholat.” Ya, dengan sholat pikiran dan jiwa akan kembali menjadi segar. Lalu dengan pikiran dan jiwa yang segar, kita justru akan bisa bekerja dengan lebih baik, lebih efisien, dan lebih produktif.

Penting untuk bertanya kepada diri kita masing-masing, apakah kita masih merasa berat untuk menunaikan sholat? Apakah kita masih melakukan sholat karena semata-mata memandangnya sebagai kewajiban yang harus ditunaikan? Ataukah kita sudah bisa melakukan sholat tidak hanya karena itu wajib, tetapi karena kita memandangnya sebagai sebuah kebutuhan dan kenikmatan, sehingga kita tidak cukup hanya sholat lima waktu, tetapi ingin melakukan sholat-sholat sunnah sebanyak mungkin?

Berbahagialah kita jika sudah bisa menikmati sholat, karena dengan demikian kita tidak pernah lagi merasa berat untuk melakukan sholat. Sebaliknya, kita akan merasa senang, riang, dan bahagia ketika melakukan sholat. Itulah yang dicontohkan oleh Nabi saw yang menganggap sholat sebagai rehat. Betapa tidak, bukankah ketika sholat kita ‘bercakap-cakap’ dan ‘bercumbu’ dengan Yang Maha Besar, Maha Kuasa, Maha Pengasih, dan Maha Indah? Adakah sesuatu yang lebih besar, lebih penting, dan lebih menyenangkan daripada hal itu? [Abdur Rosyid]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.