Ibu Tidak Suka Dengan Istri

  • Sumo

Ada pertanyaan: assalamualaikum wr wb. Saya duda anak 1 nikah dengan janda anak 1, dikenalkan oleh bapak. Waktu perkenalan dengan calon istri, ada dua kejadian yang bikin ibu kecewa, tapi saya terus melangkah hingga direstui untuk menikah. Setelah pernikahan, ibu berharap kekecewaan tadi akan hilang, namun malah sebaliknya, makin menjadi-jadi, banyak usaha kami untuk mengambil hati ibu, tapi malah ditanggapi dengan persangkaan negatif, hingga saya sebagai suami untuk ketemu, waktu bersama istri aja terasa sulit, karena ketika saya ketemu istri di kontrakan, ibu saya bergejolak tidak tenang. Saya kasihan dengan Ibu, maka saya tinggal dengan ortu, tidak ketemu dengan istri, padahal jarak rumah dekat. Saya jadi bersalah, suami kurang tanggung jawab, karena waktu saya lebih banyak di rumah ortu, demi ibu tenang. Terkadang ketika ibu bergejolak, menantang saya untuk pilih istri atau ibu. Saya harus bagaimana ya ustadz? untuk memahamkan ibu mengenai masalah ini, dari pakdhe, budhe, semua tidak diterima.

Jawaban: Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuhu.

Alhamdulillah Anda telah kembali berkeluarga, semoga keluarga yang Anda bina semakin hari semakin baik. allahumma aamiin.

Bila terjadi kekecewaan, pasti ada sebabnya. Sebab itu bisa jadi sesuatu yang wajar dan biasa saja bagi kebanyakan orang, karena bukan norma yang dilanggar tapi tidak bisa diterima oleh orang lain karena faktor suka dan tidak suka atau faktor selera, dan bisa jadi penyebab kekecewaan itu adalah sesuatu kesalahan yang melanggar norma ataupun aturan.

Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah ibu Anda kecewa dengan istri Anda karena dia melanggar norma atau karena sebab yang lain. Jika penyebabnya adalah sikap istri Anda yang melanggar norma maka hendaknya dia memperbaiki sikapnya agar kekecewaan ibu Anda bisa berubah. Tetapi jika penyebabnya hanyalah karena sikapnya yang tidak cocok dengan selera ibu Anda maka berilah pengertian bahwa orang itu berbeda-beda dan selera serta gaya orang tidak bisa dipaksa harus sama dengan dirinya. Dalam mensikapi hal seperti itu yang diperlukan adalah adaptasi dan penyesuaian diri saja.

Posisi Anda adalah suami bagi istri Anda dan anak dari ibu Anda. Anda sebagai suami ada kewajiban yang wajib Anda tunaikan seperti memberikan nafkah lahir dan batin, melindungi keluarga dan menjaganya setiap saat dan berkumpul dengan keluarga, sebagai tanggung jawab sebagai suami. Istri Anda dan anak menjadi tanggung jawab penuh Anda. Dan Anda wajib memperlakukan istri dengan perlakukan yang makruf dan baik.  Allah swt berfirman:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Dan bergaullah dengan mereka secara patut…” (An-Ni-saa’/4: 19)

Meninggalkan istri sendirian di rumahnya tentu bukan hal yang ma’ruf. Jika Anda meninggalkan istri Anda dan mengabaikan hak-haknya maka Anda telah berbuat dzalim. Sebaik-baik suami adalah yang paling baik kepada keluarganya. Rasulullah saw bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Sementara Anda sebagai anak dari seorang ibu wajib taat kepada perintah dan kehendaknya selama tidak menyuruh untuk yang melanggar syariat Allah, jika perintah atau kehendak dia menyebabkan Anda melanggar perintah Allah maka tidak ada ketaatan kepadanya. Rasulullah bersabda:

لَا طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

Tidak ada ketaatan di dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf” (HR Bukhari dan  Muslim)

Dan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dengan melaksnakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya harus lebih didahulukan daripada cintanya kepada selain keduanya. Rasulullah saw bersabda:

ولا يُؤمِنُ أحَدُكم حتى أكونَ أحَبَّ إليه من وَلَدِهِ، ووَالِدِهِ والنَّاسِ أجْمعينَ

Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga aku (Rasulullah) menjadi yang paling dicintainya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia” (HR. Bukhari dan Muslim).

Akan tetapi Anda harus tetap memperlakukan ibu anda dengan perlakukan yang baik dan sopan, meskipun sikap Anda tidak sesuai dengan keinginan ibu Anda. Allah swt berfirman:

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Lukman: 15)

Agar Anda tidak mendholimi istri Anda dan tidak melanggar hak ibu Anda, maka hiduplah Anda dengan istri Anda dan jadilah suami yang baik, karena sebaik-baik laki-laki adalah yang paling baik kepada keluarganya. Dan perlakukan ibu Anda dengan pelakukan yang baik dan taatilah kehendaknya selama kehendaknya itu tidak menyebabkan Anda melanggar perintah Allah swt. wallahu a’lam bishowab. (Amin Syukroni, Lc)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.