Jadi Hebat Tanpa Debat

  • Sumo

Nun di sebuah desa pinggiran gunung, seorang Carik menempelkan 2 lembar kertas tebal di papan pengumuman desa. Satu lembar berisi gambar maket desa yang lengkap dengan fasilitas umum, berwarna-warni sangat indah. Di bawahnya ada tulisan “Silahkan dikoreksi dengan spidol yang sudah tersedia.” Satu lembar lagi gambar maket, tetapi hanya kerangka saja tanpa warna-warni. Di bawahnya ada tulisan “Silahkan disempurnakan dengan spidol yang sudah tersedia.”

Diatas keduanya diberi judul “RENCANA PEMBANGUNAN DESA KITA TERCINTA” . Setelah tujuh hari pak Carik mengambil kedua gambar tersebut Luar biasanya, gambar pertama yang bagus berwarna-warni sudah penuh coretan, bahkan gambar aslinya sudah tenggelam oleh ratusan tangan yang memberi kesan “protes dan superior.” Sementara lembar kedua masih utuh, bersih, seolah tanpa ada respon .…hanya ada tambahan gambar balon besar diatas gedung bertuliskan “AKU BANGGA, DESAKU JAYA.” After a few years, akhirnya desa itupun jaya, desa wisata favorit, juara lomba desa nasional dan terpasanglah balon besar diatas Kantor Balai Desa dengan tulisan ikonik tersebut.

Secara umum, masyarakat kita terkena  victimhood/ victim mentality yaitu perasaan selalu menganggap dirinya sebagai korban dari berbagai situasi dan kondisi, sehingga ada persepsi bahwa situasi buruk akan terus menimpa dirinya, sehingga konsisten menyalahkan situasi atau orang lain terhadap masalah yang dihadapinya. Fenomena yang muncul adalah mudahnya orang untuk protes, mengutuk, merusak tatanan dan anti kemapanan. Semboyannya adalah “LAWAN KEMAPANAN”

Sementara sedikit orang yang mau melihat situasi dan kondisi yang kurang ideal tersebut dengan kekuatan tanggung jawab dan emosi empati untuk menyadari peluang kebaikan dalam perbaikan. Mereka tidak larut untuk “mencoret” keadaan karena sadar bahwa perbaikanlah yang menumbuhkan tanaman keindahan.

Laksana biji kecil di tumpukan batu dan sampah, memilih spirit tumbuhnya terus menggeser batu dan menyingkap sampah, sehingga ….after some time pohon rindang, berbunga indah, berbuah manis hadir di tengah-tengah keterpesonaan orang-orang yang memustahilkan perubahan.

Jadilah orang yang memiliki “growth mindset” yang terus bertumbuh dan berkembang, mengaplikasikan syukur nikmat untuk optimalisasi manfaat. Jangan menjadi orang yang “fixed mindset” yang hanya bergairah mencari “kambing hitam”, memupuk “biji dendam” dan mencabut “pohon ketenangan.” (H. Suratno Ketua IKADI Kab. Madiun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.