Al-Qur’an memang luar biasa, penuh dengan keberkahan. Membacanya saja meski tanpa memahami maknanya sudah berpahala, dengan hitungan satu pahala untuk setiap hurufnya, lalu satu pahala tersebut dilipatkan menjadi sepuluh. Namun itu tidak berarti bahwa membacanya saja sudah cukup. Lebih dari sekadar membaca, kita juga harus berinteraksi secara lebih baik lagi dengan Al-Qur’an. Setiap orang yang membaca ayat-ayat Al-Qur’an semestinya berusaha untuk bisa memahami maknanya. Membaca yang benar adalah membaca dengan disertai pemahaman akan maknanya, sebagaimana kalau kita membaca teks berbahasa Indonesia, pasti kita mengerti maksud yang kita baca.
Sebetulnya, kita sudah memiliki banyak sarana untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan disertai pemahaman akan maknanya. Kalau kita belum paham bahasa Arab, sekarang sudah ada Al-Qur’an terjemahan yang harganya juga sangat terjangkau bagi kebanyakan orang. Dengan Al-Qur’an terjemahan itu, kita bisa membaca terjemahannya disamping tentu saja ayat-ayatnya yang berbahasa Arab itu. Dengan demikian kita bisa memahami apa yang kita baca. Kita bisa memahami isi dan kandungan ayat-ayat yang kita lantunkan.
Setelah itu, yang juga penting adalah berusaha mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah kita baca. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada manusia untuk menjadi petunjuk hidup. Karena itu, jika kita tidak mengamalkannya dan menjadikannya sebagai petunjuk hidup lalu untuk apa ia diturunkan?
Nah, ketika Al-Qur’an telah diamalkan dalam kehidupan maka ketika itulah ia akan meninggalkan jejaknya di tengah-tengah kehidupan kita. Jika diri kita belum mengamalkan ajaran Al-Qur’an maka itu berarti belum ada jejak Al-Qur’an dalam diri kita, meski kita biasa membacanya. Dalam Al-Qur’an terdapat ajaran tauhid atau aqidah Islam, yang membimbing kita untuk hanya mempertuhankan Allah, hanya berserah diri kepada-Nya, dan hanya mengabdi kepada-Nya. Apakah kita semua sudah mendapati jejaknya dalam diri kita?