Jejak Al Quran

  • Sumo

Al-Qur’an begitu sering kita baca dan bahkan kita khatamkan. Al-Qur’an memang luar biasa, penuh dengan keberkahan. Membacanya saja meski tanpa memahami maknanya sudah berpahala, dengan hitungan satu pahala untuk setiap hurufnya, lalu satu pahala tersebut dilipatkan menjadi sepuluh. Namun itu tidak berarti bahwa membacanya saja sudah cukup. Lebih dari sekadar membaca, kita juga harus berinteraksi secara lebih baik lagi dengan Al-Qur’an. Setiap orang yang membaca ayat-ayat Al-Qur’an semestinya terus berusaha untuk bisa memahami maknanya. Jika tidak, maka ia lebih layak dikatakan melafalkan atau membunyikan bacaan. Membaca yang benar adalah membaca dengan disertai pemahaman akan maknanya, sebagaimana kita memahami ketika membaca teks berbahasa Indonesia

Sebetulnya, kita sudah memiliki banyak sarana untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan disertai pemahaman akan maknanya. Kalau toh kita belum paham bahasa Arab, sekarang kan sudah ada Al-Qur’an terjemahan yang harganya juga sangat terjangkau bagi kebanyakan orang. Dengan Al-Qur’an terjemahan itu, kita bisa membaca terjemahannya disamping tentu saja ayat-ayatnya yang berbahasa Arab itu. Dengan demikian kita akan benar-benar memahami apa yang kita baca. Kita bisa memahami isi dan kandungan ayat-ayat yang kita lantunkan.

Setelah itu, yang juga penting adalah berusaha mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an yang telah kita baca. Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan kepada manusia untuk menjadi petunjuk hidup. Karena itu, jika kita tidak mengamalkannya dan menjadikannya sebagai petunjuk hidup lalu untuk apa ia diturunkan? Al-Qur’an bukanlah sekadar karya sastra yang bisa kita nikmati. Lebih dari itu, ia adalah petunjuk hidup bagi kita semua.

Nah, ketika Al-Qur’an telah diamalkan dalam kehidupan maka ketika itulah ia akan meninggalkan jejaknya di tengah-tengah kehidupan kita. Jika diri kita belum mengamalkan ajaran Al-Qur’an maka itu berarti belum ada jejak Al-Qur’an dalam diri kita, meski kita biasa membacanya. Jika sebuah masyarakat belum mengamalkan ajaran Al-Qur’an maka itu berarti belum ada jejak Al-Qur’an di tengah-tengah masyarakat tersebut, meski disana berkali-kali diadakan musabaqah tilawah Al-Qur’an. Jejak Al-Qur’an inilah yang sekarang ini kita cari, dalam diri kita dan di tengah-tengah masyarakat kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.