Jurus Mengubah Nasib

  • Sumo

Manusia sebagai makhluk yang terbaik dalam penciptaannya (ahsani taqwim) dan dimuliakan oleh Allah, diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam menentukan arah dan arus hidupnya. Bahkan diberikan hak pilih dan hak pilah untuk mengubah nasibnya. Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri.” (QS Ar-Ra’ad : 11)

Sebuah langkah, tahapan, bahkan jurus rahasia yang sangat monumental dalam perjalanan hidup kita di dunia hingga akhirat kelak. Proses yang tidak “sim salabim abracadabra”, atau mengalir seperti air, tetapi seperti “membentangkan arah layar kapal” atau “mengendalikan kemudi kehidupan”. Langkah gagah dan berani untuk mengarungi dahsyatnya gelombang dan badai samudera kehidupan sampai selamat di pantai pulau tujuan.

Tahapan yang berlangsung terus menerus, sepanjang hayat di kandung badan, dan bersebab akibat, serta bertanam tuai demi tercapainya sebuah perubahan dan pembaharuan akhlaq dan nasib. Sebagaimana misi diutusnya Rasulullah SAW, sosok tauladan abadi yang dijamin kemuliaan akhlaqnya. “Dan tidaklah aku diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlaq manusia.” (HR Imam Baihaqi)

Jurus rahasia dalam rangka mengubah nasib sebagai berikut :

Ilmu/Knowledge. Ya dasar/pondasi perubahan dilandasi dan diawali dari ilmu pengetahuan sebagai pembuka cakrawala berpikir. Sehingga menuntut ilmu menjadi perintah wajib personal (fardhu ‘ain) dan berlangsung sepanjang hidup mulai dari ayunan sampai liang lahat (minal mahdi ilal lahdi). Bahkan wahyu pertama yang turun juga perintah “iqra”….bacalah, pelajarilah. Proses yang mengubah dari tidak tahu menjadi tahu (aspek kognitif)

Paham/Understand. Setelah mempunyai dasar ilmu, maka akan tumbuh dan berkembang pemahaman. Bukan cuma mengumpulkan teori /collecting theory, tetapi pemaknaan teori/ meaning theory. Contohnya, bukan hanya punya ilmu banyak tentang sholat, tetapi paham makna dari perintah sholat tersebut. Proses yang mengubah dari tahu menjadi mampu (aspek afektif)

Niat/Motivation. Setelah paham dengan pemahaman yang benar dan shahih, (bukan paham yang salah apalagi salah paham), maka akan tumbuh dorongan batin untuk meresponnya dengan niat/ motivasi. Proses yang mengubah dari mampu menjadi mau (aspek psikomotorik). Niat berbuat kebaikan sudah masuk wilayah balasan/ reward berupa pahala.

Amal/Action. Dari niat yang menjadi awal atau embrio perubahan dan penilaian amal, maka akan tergeraklah sebuah langkah riil pengejawantahan / realisasi dalam bentuk aplikasi nyata. Proses yang mengubah dari mau menjadi laku/amal.

Kebiasaan/Habits. Amal yang dilakukan secara terus menerus/istimrariyah akan menjadikan suatu kebiasaan yang membuat irama/ritme yang indah dalam kehidupannya. Dia akan mengubah irama dari perintah menjadi tuntutan, dari kewajiban menjadi kebutuhan, dari terpaksa menjadi leluasa, dari tertatih menjadi terlatih, dari pamrih menjadi spontan, dari statis menjadi otomatis.

Aktor laga terkenal bernama Jet Li (berguru kepada seorang Muslim bernama Ma Xianda dari Hebei China) mengatakan,”Seseorang yang menguasai 1 jurus dan diulang-ulang 1.000 kali, lebih aku segani daripada orang yang menguasai 1.000 jurus tapi hanya diulang 1 kali.”

Akhlak/Character. Kebiasaan yang dijaga dan dinikmati terus menerus akan membuahkan akhlaq yang menjadi puncak proses perubahan dan pembaharuan manusia sebagaimana misi Rasulullah SAW sebagai penyempurna akhlaq. Akhlak menurut Imam Al-Ghazali (Hujjatul Islam) adalah sesuatu yang menetap dalam jiwa dan muncul dalam perbuatan dengan spontanitas tanpa memerlukan pemikiran terlebih dahulu.

Nasib. Tahapan inilah yang akan menentukan perubahan nasib kita, baik atau buruk, sukses atau gagal, selamat atau celaka, di dunia maupun akhirat.

Saatnya kita terus memahami dan memaknai betapa Allah mempersilahkan kita sebagai sang empunya nasib, sang manajer kehidupan untuk meraih pencapaian tujuan hidup, agar menjadi terbaik dalam kemanfaatan, dan termulia dalam ketaqwaan.

Kesadaran berpadu dengan kesabaran terhadap perintah Allah inilah yang akan menjaga asa untuk terus berproses melangkah yakin tanpa ragu. Kesuksesan akan menjadikan rendah hati/ tawadhu’, karena merasakan kebesaran dan keagungan Allah tidak pernah lepas dari proses tersebut. Pun kegagalan tidak akan menjadikan patah hati/putus asa karena meyakini bahwa bersama kesulitan ada kemudahan dan pertolonganNya.

Selamat mencoba. Jurus Rahasia Mengubah Nasib di atas, dan karena sudah dipaparkan secara jelas dan terbuka, berarti bukan lagi “Jurus Rahasia” tapi “Tantangan Terbuka.” Berani? (H. Suratno Ketua IKADI Kab, Madiun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.