Kemukjizatan Al-Qur’an menurut sebagian ulama terletak pada keindahan susunan kalimatnya dalam hal balaghah, fashahah dan keindahan ungkapannya. Namun sebagian ulama juga berpendapat bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada kesesuaian prinsip-prinsip Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia. Kalau seandainya prinsip-prinsip ajaran itu dari produk manusia atau produk masyarakat tertentu pasti tidak akan cocok untuk diterapkan sepanjang masa.
Salah satu kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada pemberitannya tentang hal-hal ghaib. Misalnya dalam QS Ali Imran disebutkan: “Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: Kalian pasti akan dikalahkan di dunia ini dan akan digiring ke dalam neraka jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya. Sesungguhnya telah ada tanda bagi kalian pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lainnya kafir yang dengan mata kepala seakan-akan melihat orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati.” (QS Ali Imran: 12-13)
Al-Qur’an telah memberitakan akhir dari masyarakat di Jazirah Arabia dengan kemenangan umat Islam atas orang-orang kafir. Padahal saat diturunkannya ayat tersebut orang kafir Quraisy berada dalam kondisi luar biasa kuat baik dari segi kualitas dan kuantitas dan kaum mukminin berada dalam kondisi lemah. Dan akhirnya, umat Islam benar-benar mengalahkan orang-orang kafir tersebut.
Dalam QS Ar-Ruum Allah berfirman, ”Alif laam miim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat (yaitu Syam) dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allahlah urusan sebelum dan sesudah mereka menang. Dan di hari kemenangan Romawi itu bergembiralah orang-orang yang beriman.” (QS Ar-Ruum: 1-4)
Ternyata, pemberitaan Al-Qur’an ini benar-benar terjadi. Romawi mendapatkan kemenangan atas Persia pada masa pemerintahan Heraklius, 6 tahun sesudah Nabi berhijrah ke Madinah. yaitu pada tahun 622 M. Pada sat itu Heraklius merayakan kemenangannya di Konstantinopel pada tahun 628 M.
Kemenangan itu menjadi kabar gembira bagi kaum mukminin. Karena kemenangan itu akan disusul dengan kehancuran suatu umat. Kemenangan ada di pihak Romawi akan tetapi kemenangan itu akan disusul dengan kehancuran Imperium Romawi di Timur dan juga di utara Afrika yang kemudian akan diwarisi oleh umat Islam.
Perang antara Persia dan Romawi adalah pendahuluan bagi kemenangan umat Islam di Jazirah Arabia dan sekitarnya. Kemenangan umat Islam ini adalah kemangan yang diraih oleh umat Islam sendiri, bukan hasil peperangan kedua imperium adidaya tersebut. Mulai dari kemenangan di Badar, kemudian terus ke luar jazirah Arabia, ke Persia dan akhirnya sampai ke Romawi.
Al-Qur’an memberitahukan dua hal yang terbukti setelah beberapa tahun kemudian. Pertama, kemenangan Romawi atas Persia. Kemenangan ini baru terwujud 6 tahun sesudah hijrahnya Nabi ke Madinah. Kedua, umat Islam akan bergembira dengan memenangkan pertempuran atas orang-orang materialis di Mekkah, Persia dan Romawi.
Kebenaran pemberitaan Al-Qur’an tentang hal-hal ghaib ini merupakan bukti kebenaran Rasulullah saw. Rasulullah bukanlah seorang ahli di bidang ini. Al-Qur’an bukanlah dari Rasulullah akan tetapi dari Allah SWT.
Lain daripada itu ada sebagian ulama yang menyatakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada keindahan bahasanya yang amat mampengaruhi hati sanubari manusia. Banyak orang yang masuk Islam karena mendengarkan bacaan Al-Qur’an, seperti Umar Bin Khattab, Raja Najasyi, dan sebagainya.
Kemukjizatan Al-Qur’an juga bisa dilihat dari segi kandungan keilmuan di dalamnya. Al-Qur’an telah menyebutkan berbagai hakikat ilmiah yang belum ditemukan para ilmuwan saat itu seperti bulatnya bumi, bergeraknya semua benda-benda angkasa, dan sebagainya