Kolaborasi Pendidikan Anak

  • Sumo

Pendidikan anak adalah proses yang sangat menentukan dalam mempersiapkan generasi penerus yang akan melanjutkan etape kehidupan dengan situasi dan kondisi yang tidak sama dengan era orang tuanya. Oleh karena itu dalam melaksanakan pendidikan anak memahami hal-hal berikut.

  1. Butuh proses panjang berkelanjutan. Pendidikan anak dimulai dari sejak dalam kandungan, bayi, anak-anak sampai mandiri dewasa dalam tahapannya. Perlu waktu yang panjang dalam mengiringi proses tumbuh dan kembang anak dengan berbagai pernik perubahan jasad dan jiwanya.
  2. Banyak ragam aspeknya. Dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
  3. Banyak ragam seginya. Segi jasmani, rohani, pemikiran, sifat, temperamen dan karakter.
  4. Banyak pihak-pihak terkait. Mulai kedua orangtuanya, saudaranya, kakek neneknya dan lingkup keluarga terdekatnya sampai lingkungan sekolah dan pergaulannya.

Peran Ayah

Peran ayah atau bapak adalah sangat mendasar/ fundamental dalam pendidikan anak, karena membentuk struktur yang berposisi terdalam dan terpenting dalam kepribadian anak. Dalam sejarah para Nabi yang tercantum Al-Qur’an terbukti bahwa peran ayah sangat dominan dalam membentuk karakter anak. Cerita Nabi Ya’kub, Nabi Dawud, Nabi Ibrahim, Lukmanul Hakim dan masih banyak cerita lagi. Maka dalam proses interaksi dan komunikasi ayah kepada anak dibutuhkan :

Bahasanya yang lugas, jelas, tegas, dan sentuhan kuat pada akal/ logikanya. Penekanan berupa doktrin, dogma, pasti, dan tidak ada keragu-raguan. Targetnya mengarah kepada kuatnya keyakinan/ aqidah, jelasnya visi dan misi hidupnya, terbentuknya kemandirian, tanggungjawab, dan keberanian, serta kemampuan/ seni dalam menghadapi tantangan hidup.

Peran Ibu

Sementara peran seorang ibu adalah peran pelengkap/ accesoris dalam mewarnai arsitektural kepribadian yang akan muncul dalam posisi tampilan perilaku/ sulukiyah. Maka dalam proses interaksi dan komunikasi ibu kepada anak dibutuhkan : Bahasanya yang lembut, banyak ragamnya, cair, dan sentuhan lembut pada hati/ kalbunya. Penekanan berupa arahan, nasihat, cerita/ dongeng, dan adanya banyak alternatif/ pilihan. Targetnya mengarah kepada tumbuhnya kelembutan, keindahan, keluwesan, dan seni komunikasi dalam pergaulan.

Kolaborasi Antar Keduanya

Dibutuhkan suatu kolaborasi yang kompak, kreatif dan inovatif antara bapak dan ibu untuk mengawal tumbuh kembang si buah hatinya. Anak adalah “plagiat”/ peniru ulung dari keseharian bapak dan ibunya, sekaligus “paparazzi”yang mumpuni dari tindak tanduk kedua orangtuanya.

Pantangan kedua orangtua dalam pendidikan anak:  Tidak konsisten. Misalnya hari ini bilang “Kamu anak yang pintar”, besok bilang “Koq kamu jadi anak bodoh”). Tidak komitmen Misalnya: “Kamu mesti jadi anak yang sabar”, tapi orangtuanya sering marah. Cekcok di depan anak. Sehingga menjadikan persepsi negatif dalam melihat ikatan pernikahan dalam rumah tangga. Melibatkan anak dalam pertengkaran. Mengkritik anak tanpa penjelasan dan solusi. Membandingkan dengan anak yang lain.

Pendidikan Berbuah Surga

Proses yang panjang, sulit dan membutuhkan berbagai pengorbanan, tentu kita niatkan agar hasil akhirnya nanti akan berkumpul di syurga seluruh keluarga besar kita.

Allah swt berfirman:  “Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)

Ibnu Katsir mengatakan: “Allah memberitahukan tentang keutamaan, kemurahan, dan nikmat-Nya kepada makluk-Nya, bahwa orang yang beriman, jika keturunannya juga mukmin maka Allah kumpulkan keturunannya bersama orang tuanya dalam satu kedudukan, meskipun amal keturunannya ini tidak sebanyak amal bapaknya. Agar lebih menyenangkan si bapak, dengan kehadiran anaknya di sisi mereka.

Allah kumpulkan mereka dengan wajah yang sangat indah, Allah angkat orang yang kurang amalnya dan Allah gabungkan bersama orang yang lebih sempurna amalnya. Namun hal ini sama sekali tidak mengurangi amal orang tua dan kedudukan orang tua, karena kesamaan antara keduanya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7:432)

Dari Said bin Jubair, bahwa Ibnu Abbas pernah menafsirkan ayat ini dan mengatakan:

“Mereka adalah keturunan orang yang beriman. Mereka mati dengan membawa iman. Jika kedudukan bapaknya lebih tinggi dari pada derajatnya maka Allah kumpulkan mereka bersama bapaknya, tanpa mengurangi sedikit pun amal bapaknya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7:433). H. Suratno/Ketua IKADI Kab,. Madiun

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.