Setiap tahun umat Islam merayakan hari raya Iedul Fithri dengan penuh kegembiraan dan keceriaan. Setelah satu bulan umat Islam berpuasa, dan beribadah di bulan Ramadhan, maka pada tanggal 1 Syawwal umat Islam berhenti berpuasa dan diperbolehkan makan dan minum serta merayakan hari kemenangan tersebut. Bagaimana sesungguhnya makna dari perayaan Iedul Fithri yang setiap tahun kita rayakan? Semoga uraian di bawah ini bisa menjadi renungan.
‘Iedul Fithri dan ‘Iedul Adha adalah dua hari raya dalam Islam yang ditetapkan langsung oleh Allah sebagai pengganti hari-hari raya yang pernah dikenal oleh masyarakat Arab sebelum Islam datang (HR An-Nasa’i, Abu Dawud dan Ibnu Hibban). Maka ‘Iedul Fithri – dengan demikian – merupakan salah satu hari dan syi’ar Allah yang harus kita sambut dan rayakan dengan sikap penuh rasa ibadah, pemuliaan dan pengagungan sebagai bukti ketaqwaan hati kita. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),”Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah maka sesungguhnya itu termasuk ketaqwaan hati” (QS Al-Hajj : 32).
Semua kita bergembira dan bersuka ria saat ber‘Iedul Fithri. Memang, dibenarkan dan bahkan disunnahkan kita merayakan ‘Idul Fithri dengan hal-hal yang menyenangkan dan menggembirakan, termasuk misalnya dengan tampilan beragam permainan yang syar’i. Tapi yang perlu menjadi perenungan dan introspeksi kita adalah bahwa kegembiraan yang kita rasakan merupakan buah syukur kita kepada Allah yang telah mengkaruniakan taufiq kepada kita untuk mengoptimalkan pengistimewaan Ramadhan dengan amal-amal yang serba istimewa, dalam rangka menggapai taqwa. Dan bukan kegembiraan yang muncul karena merasa telah lepas dari Ramadhan yang disikapi sebagai bulan beban yang mengekang dan membelenggu!
Dalam merayakan ‘Iedul Fithri, disunnahkan bagi kita untuk banyak mengumandangkan takbir, tahlil, tasbih dan tahmid sebagai bentuk penegasan dan pembaharuan deklarasi iman dan tauhid. Itu berarti bahwa identitas iman dan tauhid harus selalu kita perbaharui dan kita tunjukkan, termasuk dalam momen-momen kegembiraan dan perayaan, dimana biasanya justru kebanyakan orang lalai dari berdzikir dan mengingat Allah.