Saudaraku, Banyak mata yang bisa memandang, tetapi hati buta. Banyak telinga yang mendengar, tetapi hati menjadi tuli. Banyak mulut yang lancar berbicara, tapi hati menjadi bisu. Akibatnya, banyak yang melakukan shalat mengucap takbir, tetapi hatinya mangkir. Banyak yang melafadz dzikir, tapi hatinya lalai dan tak tersambung seakan ada tabir. Banyak orang rajin datang ke pengajian, tapi meninggalkan hatinya di jalanan.
Banyak suami isteri yang hanya menjadikan pasangannya sebagai assesoris saja sehingga tidak sensitif terhadap isi hati pasangannya. Banyak orang tua yang tidak memandang putera puteri mereka dengan hati, walaupun ratusan kali berkata “hati hati” pada sibuah hati. Banyak atasan yang tidak membuka hati pada bawahan. Mereka lupa bahwa dirinya menjadi atasan dan sempurna karena ada bawahan. Banyak pejabat yang pandai mengambil hati saat ingin posisi, lalu tak peduli harga diri dan menutup hati setelah dirinya men”jadi”. Banyak berita derita sesama yang kita hindari, karena tidak lagi menyentuh hati. Banyak Jum’at yang berlalu tanpa kesertaan hati, hingga tak terasa waktu menjemput kita menuju mati.
Lalu kemana hati kita ? Sedang sakitkah hati kita ? Atau hanya sedang tidur dan sebentar lagi akan terbangun? Atau jangan jangan sudah menjadi jenazah ? Hasbunallah wa ni’mal-Wakiel