Ada pertanyaan: assalammualaikum. Saya perempuan usia 28 tahun. Baru tiga tahun menjalani rumah tangga. Alhamdulillah sudah dikaruniai seorang putra usia 2 tahun. Saat ini saya ingin sekolah lagi mengambil gelar master karena saya rasa putra saya sudah mulai besar. Saya ingin melanjutkan cita cita saya untuk bisa menjadi dosen. Suami saya mendukung. Masalahnya adalah apakah saya harus keluar negeri atau di dalam negeri, karena saya mendapat beasiswa keluar negeri, sementara kondisi saya, saya tidak bisa jauh dari anak dan suami saya, karena beasiswa hanya untuk saya sendiri. Jika saya ambil di dalam negeri saya harus bayar sendiri karena belum ada beasiswa. Bagaimana seharusnya sikap saya? Terimakasih
Jawaban ustadz:
Wa’alaikumussalam wr.wb.
Yang jelas prioritas yang paling prioritas bagi Anda adalah keluarga dengan status sebagai istri dan ibu. Tidak ada kepentingan dan kemaslahatan lain apapun yang bisa menyamai atau apalagi mengungguli kepentingan dan kemaslahatan untuk bisa tetap bersama keluarga secara fisik. Artinya kepentingan apapapun yang lain tidak boleh diambil dengan cara yang sampai berdampak mengorbankan kepentingan paling vital tersebut.
Dengan kata lain, jika ada kepentingan lain apapun itu, maka wajib dicari opsi yang bisa memadukannya dengan kepentingan paling inti diatas. Sementara jika benar-benar tidak bisa dipadukan, maka yang harus dimenangkan adalah kepentingan dan kemasalahatan prioritas pertama atau utama tetap bersama keluarga, dan bukan kepentingan yang lain, sepenting apapun ia.
Atas dasar itu, maka urutan prioritas opsi terkait kondisi Anda adalah sebagai berikut:
Pertama, mengupayakan beasiswa untuk bisa belajar di dalam negeri;
Kedua, melanjutkan studi di dalam negeri dengan upaya beaya sendiri;
Ketiga, mengambil opsi memanfaatkan beasiswa keluar negeri dengan mengajak serta anak dan suami, wallahu a’lam bagaimana caranya. Yang jelas harus bisa begitu.
Keempat, lebih mementingkan kemaslahatan mengemban peran sebagai istri dan ibu yang bersifat sangat primer sekali, dengan terpaksa menunda mengejar cita-cita yang berstatus skunder.
Semoga Allah Ta’ala memberikan petunjuk taufik untuk solusi dan opsi terbaik.
— Ahmad Mudzoffar Jufri, MA