Memuliakan Kedua Orang Tua

  • Sumo

Saat lebaran, banyak orang mudik ke kampung halaman. Seringkali mudik harus dilakukan dengan susah payah. Berebutan angkutan. Menahan suntuk akibat hebatnya kemacetan. Belum lagi beratnya barang-barang bawaan untuk sekadar oleh-oleh buat sanak keluarga. Namun semua itu rasanya bukan penghalang untuk bisa mudik. Apapun, yang penting bisa mudik. Orang mudik tentunya punya banyak tujuan. Namun, salah satu yang terpenting sepertinya adalah mengunjungi ibu dan bapak, dua orang yang sangat atau bahkan paling berjasa dalam hidup kita.

Apakah ada manusia yang lebih berjasa dalam hidup kita melebihi keduanya? Ibu adalah sosok yang telah melahirkan kita. Tanpanya kita tak pernah ada di muka bumi ini. Ibulah yang telah bersusah payah selama kira-kira sembilan bulan menahan beratnya kandungan yang ada dalam perutnya. Kemanapun ia berjalan, dibawanya pula kandungannya yang berat itu. Demikian pula proses melahirkan yang amat menyakitkan dan mempertaruhkan nyawa ia lalui dengan penuh keikhlasan. Tidak hanya sampai disitu, ia pun dengan penuh kasih sayang mendidik dan membesarkan kita, sampai kita benar-benar menjadi dewasa dan bisa hidup mandiri. Bahkan, perhatian ibu terhadap anaknya tidaklah berhenti ketika anaknya sudah dewasa dan mandiri. Sampai kapanpun, ia terus memikirkan anak-anaknya, memanjatkan doa kebaikan untuk mereka semuanya. Pepatah bilang: ‘Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang hayat’.

Karena itulah Rasulullah memberikan penghargaan kepada para ibu dengan sabda beliau: “Surga berada dibawah telapak kaki ibu.” Dan ketika beliau ditanya oleh seorang sahabat,”Siapakah yang harusnya paling saya hormati?” Beliau menjawab,”Ibumu.” Sahabat tersebut bertanya lagi,”Lalu siapa?” “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” “Ibumu.” “Lalu siapa lagi?” Baru beliau menjawab,“Bapakmu.” Tiga kali beliau menyebut ibu sebagai orang yang harusnya paling kita hormati. Ini artinya, kita memang harus betul-betul berbakti kepada ibu.

Setelah ibu, tentunya bapaklah orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Dialah sosok yang telah bekerja tak kenal lelah, membanting tulang dan memeras keringat, untuk bisa menghidupi keluarga dan membesarkan anak-anaknya. Ia rela bekerja tanpa kenal henti, terbakar teriknya panas matahari, dan menanggung beban-beban pekerjaan yang berat, agar nafkah keluarga bisa tercukupi dan anak-anaknya bisa tumbuh besar dengan mendapatkan pendidikan yang memadahi.

Ibu dan bapak adalah dua manusia yang amat mulia, yang amat berjasa dalam hidup kita semua. Karena itulah, Allah sendiri melalui Kalam-Nya yang suci seringkali menempatkan perintah berbakti kepada kedua orangtua persis setelah perintah bertauhid dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun. Misalnya dalam QS An-Nisa’ ayat 36 Allah berfirman,”Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak kalian.”

Sedemikian pentingnya berbakti kepada kedua orangtua, sampai-sampai Allah melarang kita berkata kasar kepada mereka berdua meskipun sekadar ucapan “uf”, karena hal tersebut bisa menyakiti keduanya. Dia Subhanahu wa Ta’ala juga memerintahkan kita untuk ‘merendahkan sayap kita’ dihadapan kedua orang tua. Ungkapan ‘merendahkan sayap’ tersebut bermakna bahwa kita harus benar-benar bersikap hormat, santun, dan lembut kepada kedua orangtua.

Demikian pula Rasulullah berkali-kali berpesan kepada kita semua untuk berbakti kepada kedua orangtua. Beliau bersabda,”Keridhaan Allah terletak pada keridhaan kedua orangtua, dan kemurkaan Allah terletak pada kemurkaan kedua orangtua.”

Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kedua orangtua kami, dan kasihilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah merawat aku dengan penuh kasih sayang di waktu kecil. Amin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.