Mendustakan Rasul Allah

  • Sumo

Allah SWT berfirman: “Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, Yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka,  (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, Maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya Kami adalah orang-orang di utus kepadamu”.  Mereka menjawab: “Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti Kami dan Allah yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka”. Mereka berkata: “Tuhan Kami mengetahui bahwa Sesungguhnya Kami adalah orang yang diutus kepada kamu”. Dan kewajiban Kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas”.(QS Yaasiin: 13-17).

Allah Ta’ala berfirman: “Buatlah hai Muhammad, kepada kaummu yang mendustakanmu, matsalan ash-haabal qaryati idz-dzaa-ahal mursaluun (“Suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka,”) Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, Ka’ab al-Ahbar dan Wahb bin Munabbih berkata: “Yaitu kota Antokia. Rajanya dikenal dengan penyembah berhala. Lalu Allah Ta’ala mengutus kepadanya tiga orang Rasul, yaitu Shadiq, Shaduq  dan Syalum, akan tetapi mereka mendustakannya.” Diriwayatkan dari Buraidah bin al-Khashib, ‘Ikrimah, Qatadah, dan az-Zuhri, bahwa itu  adalah negeri Antakia.

Dan firman Allah Ta’ala: idz arsalnaa ilaihimutsnaini fakadzdzabuuhumaa (“Ketika kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya.”) yaitu mereka segera mendustakan keduanya. Fa’azzaznaa bitsaalits (“Kemudian kami kuatkan dengan utusan ketiga, “fa qaaluu.” (“Maka ketiga utusan itu berkata’”) kepada penduduk kota itu. Innaa ilaikum mursaluun (“Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.”) dari Rabb yang telah menciptakan kalian dengan memerintahkan kalian untuk beribadah hanya kepada-Nya Yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal itu dikatakan oleh Abul ‘Aliyah.

Qaaluu maa antum illaa basyarum mitslunaa (“Mereka menjawab: ‘Kamu tidak lain hanyalah seorang manusia seperti kami.”) yaitu bagaimana Dia memberikan wahyu kepada kalian padahal kalian adalah manusia dan kami pun manusia. Lalu, mengapa kami tidak diberi wahyu seperti kalian. Seandainya kalian adalah para Rasul, pasti kalian adalah malaikat. Ini merupakan subhat yang banyak digunakan oleh umat-umat yang mendustakan para Rasul. Sebagaimana Allah Ta’ala mengabarkan tentang mereka  di dalam firman-Nya: dzaalika bi-annahu kaanat ta’tiihim rusuluhum bil bayyinaati faqaaluu abasyaray yahduunanaa (“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah dating kepada mereka Rasul-rasul mereka [membawa] keterangan-keterangan lalu mereka berkata: ‘Apakah manusia yang akan member petunjuk kepada kami?’”) (at-Taqhaabun: 6). Mereka merasa heran tentang hal tersebut dan berusaha mengingkarinya.

Untuk itu mereka berkata: maa antum illaa basyarum mitslunaa wa maa anzalar rahmaana min syai-in in antum illaa takdzibuuna qaaluu rabbunaa ya’lamu innaa ilaikum lamursaluun (“’Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang mahapemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.’ Mereka berkata: ‘Rabb kami lebih mengetahui bahwa  sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepadamu.’”) yaitu tiga utusan itu menjawab dengan mengatakan: “Allah Maha mengetahui bahwa kami hanyalah utusan-utusan-Nya yang dikirim kepada kalian. Seandainya kami berdusta atas nama-Nya, niscaya Dia akan menghukum kami dengan hukuman yang seberat-beratnya. Akan tetapi, dia akan memperkokoh dan menolong kami atas kalian dan kalian akan mengetahui siapa yang memiliki akibat baik di akhirat.”

Wa maa ‘alainaa illal balaaghul mubiin (“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan [perintah Allah] dengan jelas.” Mereka berkata: “Kewajiban kami hanyalah menyampaikan kepada kalian risalah yang menjadi tujuan diutusnya kami kepada kalian. Jika kalian taat, kalian akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian tidak memperkenankannya, niscaya kalian akan mengetahui bahaya hal tersebut.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.