Berusaha agar tidak dikendalikan hawa nafsu membutuhkan perjuangan yang sungguh-sungguh. Perjuangan sungguh-sungguh itu disebut dengan mujahadah. Mengapa harus sungguh-sungguh mengendalikan hawa nafsu ini. Karena apabila dilakukan dengan semata untuk mencari ridho Allah, maka Allah telah berjanji akan menunjukkan jalan kebaikan baginya, Allah berfirman: “Dan orang-orang yang bermujahadah untuk (mencari keridhaan) Kami, benart-benar akan Kami tumjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al Ankabut: 69)
Mengapa perlu bersungguh-sungguh dalam mengendalikan hawa nafsu. karena ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari hawa nafsu ini:
- Hawa nafsu mempunyai kecenderungan untuk senantiasa mendorong seseorang untuk melakukan kemunkaran, sebagaimana Allah firmankan: “Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya hawa nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku, sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang ” (QS. Yusuf : 53)
- Syetan yang senantiasa menggoda manusia untuk memperturutkan hawa nafsunya, sehingga lupa kepada Allah. Tentang hal ini Allah mengingatkan: “Sesungguhnya syetan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya syetan-syetan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni neraka yang menyala.” (QS. Fathir : 6)
- Kecintaan terhadap dunia yang berlebihan sehingga mengalahkan kecintaannya kepada akhirat yang bisa menyebabkan takut mati dan tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya, terhadap orang seperti ini Allah berfirman:“Wahai orang-orang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu : “Berangkatlah untuk berperang pada jalan Allah “, kamu merasa berat dan ingin tingal ditempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di Akhirat? padahal kenikmatan hidup di dunia ini ( dibandingkan dengan kehidupan ) di Akhirat hanyalah sediki ” (QS. At Taubah : 38 )
Kita harus bersungguh-sungguh dan berusaha secara optimal untuk mengendalikannya hawa nafsu, sehingga kita bisa dengan optimal untuk mendekatkan diri kepada Allah dalam seluruh aspek kehidupan kita. Oleh karenanya kita harus selalu sadar dan memahami akan keberadaan hawa nafsu dan pengaruh-pengaruhnya yang ada dalam diri kita. Caranya dengan:
- Memahami dan menyadari, bahwa hawa nafsu apabila dikelola dengan baik, akan menjadi faktor positif bagi upaya perbaikan diri, yaitu dengan mengendalikannya dan menundukkannya. Rasulullah bersabda :”Tidak beriman seorang diantara kalian sebelum hawa nasunya mengikuti ajaran yang aku bawa.” (hadits shahih, Imam Nawawi berkata : Hadits shahih yang kami riwayatkan dari kitab “Al Hujjah” Karya Abu Alfath Al Maqdisi )
- Menyadari dan senantiasa mengingat bahwa syetan tidak pernah berhenti untuk mengganggu kita. Kemudian kita berupaya untuk menghadapinya dengan sungguh-sungguh, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah, Allah berfirman : “Orang-orang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang kafir berperang di jalan thaghut, maka perangilah kawan-kawan syetan itu, karena sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah.” (QS. An Nisa : 76)
- Menyadari, bahwa kenikmatan dunia tidak ada artinya apabila dibandingkan dengan kenikmatan akhirat, Allah berfirman : “Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Ia kehendaki dan membatasi bagi yang Ia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan (yang sedikit) dibanding kehidupan akhirat ” ( QS. Ar Ra’d : 26 )
- Menyadari, bahwa kemunkaran dan kemaksiatan kalau dibiarkan akan dapat merusak sendi-sendi kehidupan masyarakat dan menghancurkan segala kebaikan yang sudah bersusah payah dibangun
- Berupaya optimal untuk melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya, baik yang wajib dan yang sunnah dan berusaha untuk melakukan semuanya dengan istiqomah
- Berusaha untuk senantiasa berinteraksi dan berteman dengan orang-orang yang shalih
Dan sesunggunhnya semua hasil kesungguhan (mujahadah) kita itu hanya akan kembali untuk kebaikan diri kira senidiri, sedangkan Allah tidak pernah membutuhkan apapun dari makhluk-Nya, Allah berfirman: Dan barang siapa yang bermujahadah, maka sesungguhnya mujahadahnya itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” (Qs. Al Ankabut : 6)