Kebahagiaan hati orang beriman itu bersumber dari kebaikan dan ketaatan yang dilakukannya sebagai bukti keimanan hatinya. Semakin tinggi tingkat dan nilai ketaatannya, maka semakin besar pula kebahagiaan yang dirasakannya. Dan berzakat menempati peringkat yang sangat tinggi dalam skala prioritas amal ketaatan. Karena ia merupakan salah satu ibadah wajib utama yang diposisikan sebagai rukun Islam ketiga, sehingga dengan berzakat berarti seorang mukmin telah turut andil dalam upaya menegakkan tiang dan pilar penyangga utama bangunan Islam.Diantara kebahagiaan utama seorang mukmin adalah dengan mengeluarkan sebagian harta kita untuk orang lain. Kebahagiaan karena berzakat semakin sempurna dirasakan oleh seorang mukmin karena disebutkan dalam hadits qudsi riwayat Imam Al-Bukhari, bahwa mengamalkan ketaatan berupa kewajiban – seperti zakat dan lain-lain – merupakan sarana terbaik untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) dan jalan terdekat untuk meraih mahabbatullah (cinta dan kasih sayang Allah).
Dari Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Allah berfirman; Siapa yang memusuhi wali-KU, maka Aku umumkan perang terhadapnya, dan hamba-Ku tidak bisa mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada yang telah Aku wajibkan. Dan hamba-Ku terus menerus berusaha mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah, sampai Aku mencintai dia. Dan jika Aku sudah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya untuk ia mendengar, dan penglihatannya untuk ia melihat, dan tangannya untuk ia memukul (beraktifitas), dan kakinya untuk ia berjalan. Lalu jika ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi …” (HR. Al-Bukhari).
Dan ini adalah derajat kebahagiaan puncak yang dicita-citakan oleh setiap mukmin sejati. Ya, siapa orang beriman yang tidak berbahagia dan berbunga-bunga hatinya dicinta dan disayangi oleh Dzat Yang Maha Penyayang ? Disamping itu, orang yang taat membayar zakat tentu juga dicintai dan disayangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum mukminin, dimana hal ini juga menjadi sumber kebahagiaan tersendiri bagi seorang mukmin.
Zakat merupakan wujud dan bukti syukur seorang hamba atas limpahan karunia harta yang diterimanya dari Allah Ta’ala. Dan orang yang bersyukur adalah orang yang berbahagia. Maka berbahagialah para muzakki. Disamping itu, salah satu fungsi utama zakat adalah membersihkan diri dan mensucikan hati sang muzakki.
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dimana dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS At-Taubah : 103). Dan disini pula tersimpan rahasia dibalik kebahagiaan orang yang berzakat. Karena zakat yang ditunaikannya akan membersihkan dirinya dari dosa-dosa yang membebani dan mensucikan hatinya dari sifat-sifat kikir, cinta harta dan penyakit-penyakit hati yang lain yang biasa menjadi penghalang utama bagi seseorang untuk menikmati kebahagiaan dan ketenangan dalam hidupnya.
Disisi lain lagi, zakat bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi seorang mukmin, karena zakat yang diambil dari sebagian hartanya akan diserahkan kepada orang-orang yang membutuhkan diantara para mustahiq (penerima zakat). Ini tentu akan sangat membahagiakan mereka. Dan kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan para muzakki.
Hal terakhir namun justru barangkali terpenting yang harus dicatat disini adalah bahwa, dengan berzakat, seseorang akan terbebas – dengan izin Allah – dari ancaman siksa pedih di Neraka, sebagaimana dinyatakan oleh Allah Ta’ala dalam banyak ayat, dan – dengan taufiq Allah pula – akan menikmati kebahagiaan hakiki dalam kehidupan abadi di Surga Allah Yang Maha Tinggi. Semoga !