Para salafus shalih dahulu berusaha mempergunakan waktunya semaksimal mungkin, dan berusaha untuk meningkatkan dari satu situasi ke siatuasi yang lebih baik. Hari ni harus lebih baik dari kemarin. Dalam hal ini ada sebagian mereka yang mengatakan: “Barangsiapa yang hari ini seperti (sama) kemarin maka ia benar-benar tertipu, Barangsiapa yang hari ini lebih jelek dari kemarirn berarti ia terlaknat.”
Hasan Al`Bisri pernah berkata: Wahai anak cucu adam, Anda hanyalah himpunan hari-hari yang terbatas. Bila satu hari lewat berarti hilanglah sebagianmu dan bila sebagian hari telah pergi maka tidak lama semuanya akan pergi (mati).anda tahu hal ini maka beramallah.
Mereka berusaha mempergunakan waktu seoptimal mungkin, tidak ada suatu waktu walaupun sebentar, kecuali untuk membakali diri dengan ilmu beermanfaat, amal sholeh, atau menolong orang lain sehingga tidak ada waktu yang berlalu sia-sia. Ibnu Mas’ud r.a pernah berkata: “Tidaklah pernah aku menyesal seperti penyesalanku terhadap hari saat terbenam matahari, dimana umurkau berkurang sedangkan aku tidak menambah amalku.”
Ciri-ciri Waktu: Cepat berlalu. Waktu itu berlalu laksana awan, ia berlari bagaikan angin baik di kala kita senang ataupun sedih. Meskipun seorang dalam hidup ini berumur panjang, sebenarnya pendek belaka selama mati merupakan akhir dari kehidupan. Ketika Nabi Nuh a.s ditanya malaikat: “Wahai Nabi yag mempunyai umur terpanjang! bagaimana kamu dapati dunia ini?” Nabi Nuh a.s menjawab, “Dunia ini laksana rumah yang mempunyau dua pintu saya masuk dari pintu yang satu dan keluar dari pintu yang lain.”
Allah swt menyatakan dalam surat An Nazi’at ayat 46 yang artinya: “Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal di dunia melainkan sebentar saja di waktu sore atau pagi hari.”
Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali dan tidak bisa diganti. Setiap jam atau setiap kesempatan yang lewat tidak mungkin akan kembali dan tidak akan dapat digantikan. Hal ini identik dengan ucapan Hasan Al Basri sebagai berikut: “Tidaklah fajar hari ini terbit , kecuali ia akan memanggil, “Hai anak adam, aku adalah ciptaan yang baru dan aku akan menjadi saksi atau pekerjaanmu, maka mintalah bekal kepadaku, karena aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat apabila aku telah berlalu”
Waktu adalah yang termahal yang dimiliki manusia. Dikarenakan waktu itu berlalu dengan cepat dan tidak akan kembali maka ia adalah harta milik manusia yang paling mahal. Waktu merupakan saat dan kesempatan untuk bekerja dan merupakan modal utama bagi manusia. Waktu bukanlah semahal emsa semata atau sebagai uang seperti yang dikatakan orang Barat, namun ia lebih mahal dari pada emas, intan ataupun berlian. Waktu adalah kehidupan. Menyaia-nyiakan waktu sama dengan membunuh diri secara perlahan. Bukankah kita ini terdiri dari himpunan waktu saja, bila habi kita akan mati?
Kewajiban Muslim Terhadap Waktu
Menjaga Manfaat Waktu. Kewajiban utama tiap muslim adalah menjaga waktunya agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan dunia dan akhiratnya. Hasan al Basri pernah mengatakan: “aku pernah bertemu dengan kaum yang perhatiannya terhadap waktu lebih besar daripada perhatiannya terhadap harta bendanya.” Sebagian ulama mengatakan: “Waktu adalah bagikan pedang bila kamu tidak menggunakannya dengan baik maka ia akan memenggalmu.”
Tidak Menyia-nyiakan Waktu. Para ulama Salaf sangat besar perhatiannya terhadap waktu , karena mereka faham bahwa umur yang kita nikmati dari Allah, akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hari kiamat. Setiap detik dan jam yang kita lewati akan ditanyakan untuk apa dihabiskan. Menyia-nyiakan waktu sama seja dengan menyia-nyiakan diri sendiri.
Mengisi kekosongan waktu. Rasulullah saw bersabda: “Pergunakanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara…, waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu…” Waktu yang kosong tidak akan berlalu begitu saja, sudah berangtentu akan terisi oleh kebaikan atau keburukan . Barangsiapa yang jiwanya tidak disibukkan dengan kebaikan dan kebenaran ia akan terisi dengan keburukan dan kebatilan. Para ulama salaf sangat membenci orang yang menganggur atau tidak bekerja untuk kehidupannya atau memperjuangkan agamanya.
Berlomba-lomba dalam kebaikan. Setiap mukmin mengtahui nilai waktu maka aia akan senantiasa menggunakan waaktunya untuk beramal sholeh, bahkan ia selalu berlomba dalam kebaikan. Allah memerintahkan kita dengan firmanNya , yang artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi.” ( Al Hadid 133)
Belajar dari perjalanan hari-hari sebelumnya. Setiap muslim selalu megambil pelajaran dari semua kejadian termasuk perjalanan waktu yang lampau. Dalam perjalanan waktu itu, anak kecil menjadi pemuda, orang yang muda menjadi tua, yang hidup menjadi mati dan lain-lain Allah berfirman dalam QS Ali Imron 190 yang artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang aerakal”
Mengatur waktu. Seorang muslim harus mengatur waktu secara baik dimulai dengan menyusun skala prioritas pekerjaan: Yang wajib, yang sunnah dan yang mubah . Yang terpenting harus didahulukan dari yang penting dan seterusnya. Rasulullah saw perenah meriwayatkan teks dari Shuhuf Nabi Ibrahim yang artinya: “Orang yang berakal dan dapat mengendalikannya seharusnyalah memiliki empat waktu: Pertama, waktu untuk bermunajat kepada Rabbnya. Kedua, waktu untuk mengintrospeksi didi. Ketiga, waktu untuk memikirkan ciptaan Allah. Keempat, waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani dari minum dan makan.” (HR. Ibnu Hibban)
Di dalam membagi waktu kerja sebaiknya harus ada waktu yang terluang meskipun sedikit untuk sekedar beristirihat melepaskan lelah supaya tidak tertimpa kejenuhan atau kebosanan. Ali bin Ani Tholib r.a pernah berkata: “Berilah hatimu waktu sekedar untuk beristirahat karena hati itu kalau dipaksa menjadi buta.”
Membagi waktu. Seorang yang beriman harus mengerti bahwa waktu itu menuntut akatifitas hati, lisan dan perbuatan untuk kepentingan jiwa dan raganya. Abu Bakar dalam wasiatnya kepada Umar mengatakan: “ Ketahuilah! Bagi Allah, ada amalan untuk siang hari yang tidak ditermia di malam hari dan ada amalan untuk malam hari yang tidak diterima bila dilakukan siang hari. Kita tahu bahwa setiap shalat punya waktu tersendiri, puasa ada waktunya, zakat ada waktunya dan haji ada waktunya.
Memilih waktu-waktu Istimewa. Seorang muslim harus selalu berlomba-lomba dalam kebaikan dan mencari saat-saat yang diistimewakan Allah dan jelas kelebihannya dari waktu lainnya. Rasulullah pernah bersabda: “Sesungguhnya pada waktumu ada pemberian-pemberian dari Rabbmu , maka berusahalan untuk mendapatkannya.” Keistimewaan-keistimewaan ini datangnya dari Allah semata karena Dia dengan rahmatNya menentukan siapa yang dikehendaki dan apa yang dikehendaki. Contoh waktu-waktu istimewa:
- tengah malam untuk tahajjud
- waktu menjelang sahur untuk beristighfar
- Bulan romadlon
- Sepulu hari terakhir dari bulan Romadlon
- Malam lailatul qodar dan seterusnya