Ketertarikan hati seseorang untuk menghafal al-Qur’an merupakan nikmat Allah swt yang tak terhingga besarnya yang harus disyukuri dan dijaga. Bahkan anugerah Allah swt seperti ini, merupakan jenis nikmat yang dapat dijadikan sebagai cermin bukti kuat hidupnya hati seseorang. Hanya hati yang hiduplah satu-satunya yang dapat mendatangkan rasa nikmatnya kebaikan dan pahitnya keburukan. Sebagaimana diriwayatkan dalam Sunan al-Turmudzi dari Ibnu Umar bahwa Umar bin al-Khattab ra. berkata: Barang siapa yang dapat merasakan nikmatnya kebaikan dan pahitnya keburukan, maka itulah (tanda dan ciri) orang yang beriman.
Dari pernyataan Amirul Mukminin Umar bin al-Khattab ra di atas dapat kita ambil pelajaran bahwa adanya rasa ketertarikan dalam menghafalkan al-Qur’an pada hati seseorang merupakan bukti keimanan hati ini kepada al-Qur’an. Hal ini disebabkan, karena amal seseorang itu hanya bisa digerakkan dan ditentukan oleh hati yang ada di dalam dada ini. Jika hati ini hidup dan beriman, maka amal perbuatannya pun akan hidup untuk membuktikan keimanannya kepada al-Qur’an, dalam hal ini adalah menghafalakannya untuk diamalkan dalam keseharian. Sekurang-kurangnya ada dua syarat utama yang harus kita lakukan untuk mendapatkan kemudahan dalam menghafal al-Qur’an sebagai bukti tetap eksisnya nikmat Allah swt di dalam hati:
- Menjaga hati untuk tetap bersih dan suci. Karena dengan bersihnya hati, maka kesucian al-Qur’an ini akan terjadi keserasian dan kecocokan dengannya. Sehingga al-Qur’an menjadi lebih betah tinggal bersama dengannya dan tidak mudah meninggalkannya. Yang dimaksud dengan hati bersih adalah tidak mengotori dan menodai hati dengan perbuatan maksiat dari jenis apapun kepada Allah swt, yang mana kemaksiatan itu bersumber dari tidak mengingat Allah yang dapat melahirkan dua bencana. Yaitu (hanya) mengetahui lahirirah dunia dan hati yang lalai dari kehidupan akhirat. Sehingga karenanya, hati ini menjadi kotor yang dapat mengakibatkan pada sakitnya hati yang berujung pada kematian atau mati rasa sebagaimana peringatan Rasulullah saw dalam sabda Rasululah saw.:
Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya apabila seorang mukmin melakukan perbuatan dosa, maka bintik (noda) hitam akan menempel (menodai) hatinya. Jika ia bertaubat, meninggalkan dan menyesali (perbuatannya), maka bersihlah hatinya. (tapi) jika menambah kemaksiatannya, maka bertambahlah noda hitam itu sampai tinggi (menebal) pada hatinya, maka itulah yang disebut dengan al-Ran yang ada dalam firman Allah (sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka).
Dari hadits di atas, dapat memberikan petunjuk bagi penghafal al-Qur’an bahwa, selama hati kita dalam keadaan bersih dan suci maka al-Qur’an sebagai Kalamullah yang suci ini akan betah tinggal untuk tersimpan di dalam hati ini. Sehingga hafalan al-Qur’an kita tetap kuat tidak mudah lepas dan lupa. Tapi jika hati kita kotori dan kita biarkan ternoda, maka jangan harap al-Qur’an yang suci ini, bisa bertahan lama di dalam hati. Sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir al-Tabari: Rasulullah saw. bersabda: sesungguhnya dosa itu apabila dilakukan terus menerus maka akan melekat dalam hati dan hati itupun akan dapat menutupinya. Dan apabila hati telah tertutupi, maka akan didatangkan kunci dari sisi Allah swt, sehingga tidak ada jalan masuk bagi keimanan, dan kekufuranpun tidak akan bisa keluar.
- Menambah ketaqwaannya kepada Allah swt. Tambahnya taqwa yang dimaksud disini adalah mensyukuri nikmat Allah dengan menggunakan anggota fisik kita untuk mengamalkan isi hati yang beriman. Isi hati yang dimaksud adalah melaksanaan semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Maka hal itu akan dapat menambahkan ketaqwaan kita kepada allah swt dan sebagai bukti rasa syukur atas nikmat Allah. Karena hanya dengan bersyukur, nikmat Allah itu akan bertambah, dan sebaik-baik tambahan nikmat adalah taqwa. Karena dengan taqwa maka selamat dan bahagialah hidup kita di dunia dan akhirat.
Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah Hadith Qudsi dalam sebuah riwayat dari Makhul Rasulullah saw. bersabda: (Allah SWT berfirman: “Wahai manusia, Aku telah mengkaruniai kalian kenikmatan yang banyak sekali, tidak terhitung jumlahnya, dan kamu tidak akan bisa mensyukuri semuanya. Dan diantara kenikmatan yang telah kuberikan yaitu Kuberikan kalian mata untuk melihat, dan kuberikan pada keduanya penutup, maka pergunakanlah ia untuk melihat sesuatu yang kuhalalkan. Apabila kamu melihat sesuatu yang tidak kuhalalkan, maka tutuplah kedua matamu dengan penutupnya (kelopak mata). Aku telah memberi kamu lidah dan penutupnya (bibir), maka berbicaralah dengan apa yang aku perintahkan dan kuhalalkan. Apabila engkau berhadapan dengan sesuatu yang kuharamkan, maka tutuplah lisanmu (dengan kedua bibirmua). Dan aku telah memberimu kemaluan, dan kuberikan penutup untukmu, maka pergunakannlah pada sesuatu yang kuhalalkan. Jika kamu dihadapkan dengan apa yang aku haramkan, maka tutupilah auratmu (dengan pakaianmu). Wahai manusia, sesungguhnya engkau tidak akan mampu menahan kemarahanku, dan tidak pula mampu menerima azabku.”
Syarat kedua ini merupakan syarat utama bagi penyempurna keberhasilan kita dalam menghafalkan al-Qur’an. Hal ini disebabkan, karena diantara tanda dan bukti hidupnya jiwa adalah jika ada keinginan dalam hatinya untuk menambah sesuatu yang telah dirasakan nikmat karenanya. Oleh sebab itulah, mengapa Allah swt. memerintakan kepada Nabi Muhammad saw. untuk meminta kepadaNya agar ditambahkan ilmu (al-Qur’an). Sebagaimana dalam firman Allah swt.:
فَتَعَالَى اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا (طه:114)
Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan Katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
Dari amalan-amalan di atas dapat kita simpulkan bahwa metode menghafal dan murojaah yang tepat dan mudah untuk orang mukmin antara lain:
- Selalu menyertakan niat yang ikhlas dalam menghafal dan murojaah (al-Ikhlas, al-Bayyinah:5)
- Menggunakan mushaf pojok & sedia pensil/stabilo untuk membuat catatan dan mengingat ayat-ayat yang serupa atau dianggap sulit.
- Minta pertolongan kepada Allah dengan sabar & sholat agar mudah dalam menghafal al-Qur’an (al-Baqarah:45. 63, 93 / Fussilat:30. al-’Ankabut:45)
- Mengutamakan al-Qur’an dan menomor duakan yang lainnya (al-Qamar:17, 22, 32 & 40 / Fussilat:39)
- Membaca al-Qur’an di waktu sholat, khususnya dalam qiyamullail. (Ali Imran:113, al-Isra’: 79)
- Memgumpulkan hafalan dan membacanya sekaligus tuntas dalam satu majlis.
- Menyetorkan/menyimakkan hafalan dan Siap dievaluasi dan dikoreksi oleh guru atau pembimbing yang hafidz (al-’Ankabut:2-3)
- Muraja’ah/mengulang terus-menerus seluruh hafalan secara merata dan tidak pilih kasih (al-Syarh:7, al-Nisa’:103, & Ali Imran:191)
- Simakkan 5 sampai 10 halaman atau kurang dari 1 juz kepada teman & ustadz Jangan hanya menyimakkan satu halaman saja.
- Mendengarkan bacaan al-Qur’an dari qari’ lain melalui kaset-kaset murottal. (Al-A’raf:204 ,al-Anfal:2, al-Zumar:18
- Selalu membasahi lidah dengan al-Qur’an dan dzikir (Ustadz Mudawi Ma’arif Al Hafidz)