Saudaraku, Ada saat dimana kita sedang futur atau lelah menjadi orang baik, setelah sebelumnya semangat menjadi yang terbaik selalu sangat nyata dan menyala nyala. Futur ibarat pisau yang sebelumnya sangat tajam, lalu menjadi tumpul hampir tak berfungsi, dan ibarat fisik yang sebelumnya sekuat baja, lalu menjadi lunglai menuju mati. Futur akan terjadi, baik dalam urusan agama maupun dunia, dan akan menimpa pada para da’i, pencari ilmu, guru, ustadz, ahli ibadah, serta semua orang yang menempuh jalan kebaikan.
Saat kita malas beramal, yang akhirnya banyak lalai, saat itu juga kita mudah cenderung pada dosa, lupa bersyukur, tak kuat berasabar, dan kurang yakin untuk tawakkal. Dalam amal kebaikan, ada waktu semangat dan jenuhnya. Ketika jenuh atau futur terjadi, upayakan ada pengelolaan diri agar tetap atau tak keluar dari lingkaran kebaikan. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ لِكُلِّ عَمَلٍ شِرَّةً وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ فَمَنْ كَانَتْ شِرَّتُهُ إِلَى سُنَّتِي فَقَدْ أَفْلَحَ وَمَنْ كَانَتْ فَتْرَتُهُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ فَقَدْ هَلَكَ
“Sesungguhnya setiap amalan itu ada waktu semangatnya, dan setiap masa semangat ada masa jenuhnya, maka barangsiapa semangatnya cenderung kepada sunahku dia beruntung, dan barangsiapa masa jenuhnya cenderung kepada selain itu maka ia celaka.” (HR. Ahmad, 6473)
Futur sindrom terkadang bukan sekedar petaka hilangnya gairah (jenuh) beramal ibadah, sebab jika futur tak teratasi akan menjadi sebab datangnya penyakit berbahaya, ditandai dengan lepaskan ikatan agama (ibadah) satu persatu hingga tanggal semuanya, karena menjadi benci pada ibadah bahkan benci beragama. (naudzubillah min dzalik)
Sebab-sebab terjadinya Futur :
- Sedikit ilmu yang bisa memotivasi amal.
- Tidak atau kurang ikhlas dalam beramal, sehingga terasa tak nikmat bahkan terpaksa melakukan amalan tersebut.
- Masih lebih mencintai dunia dari pada akhirat.
- lingkungan tak memotivasi untuk menjadi baik dan semangat beramal baik.
- Mudah atau sering melakukan ma’siyat sehingga menjadi kehilangan sensitifitas pada kema’siyatan.
- tidak realistis dalam melakukan kebaikan atau tidak mampu mengukur kemampuan diri. Padahal Nabi Saw, bersabda bahwa Allah dan RasulNya lebih menyukai amal baik yang sedikit tetapi rutin dialkukan atau istiqomah
Ikhtiar Menghindari Futur :
- Selalu memperbaharui iman dengan mendekat pada Allah dan dzikrullah
- Memaksakan diri melakukan kebaikan, utamanya banyak bersedekah dan berlama lama di masjid.
- Memahami fiqih prioritas sebagai ikhtiar untuk fokus pada yang pokok dan energi tak habis oleh pekerjaan yang boleh ditunda.
- Memiliki manhaj realistis /washatiyah dan dikuatkan dengan menemukan guru yang benar.
- Berjamaah (berkelompok dengan orang yang shalih)
- Beragam dalam melakukan amal ibadah atau kebaikan agar tak bosan dengan satu jenis amal.
- Banyak berdoa.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْكَسَلِ وَالْهَرَمِ وَالْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, kepikunan, kesalahan dan terlilit hutang.” (HR. al-Bukhari, 5891).
Selamat menikmati i’tikaf di 10 terakhir Ramadhan dengan semangat tanpa future. Ya Rahman, Ampuni kami. (@msdrehem)