Menjadi Orang Yang Sabar

  • Sumo

Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Innallaaha ma’as shobirin” (Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar). Rasulullah saw bersabda: “Ashshobru nisfu iman” (Sabar itu separo dari iman). Sabar yang dikatakan bersama Allah adalah sabar yang tidak ada batasnya. Seperti lautan tanpa tepi. Dan sabar yang benar adalah sabar yang sesuai dengan perintah Allah. Di saat Allah memerintahkan kita untuk menerima satu musibah, kita bersabar. Tidak berkeluh kesah, tidak bersedih, tidak marah, dan seterusnya.Satu waktu ada salah seorang sahabat Nabi saw yang meminta ijin pada Nabi untuk menuliskan apa-apa yang dilakukan Nabi (sunnah Nabi), kemudian si sahabat bertanya, “Ya Nabi, bolehkah aku mencatat apa-apa yang engkau lakukan?” Nabi mengangguk. Kemudian si sahabat bertanya lagi, “Baik dikala engkau senang maupun dikala engkau marah?”, Nabi mengangguk dan berkata,”Baik senangku ataupun marahku ada di dalam Haq (kebenaran)”

Perhatikanlah contoh dari Nabi Muhammad di dalam masalah kesabaran. Jika diri beliau yang disakiti, beliau tidak marah-marah. Tetapi jika agama yang dinodai, maka beliau marah karenanya. Ketika beliau dakwah di kota Thoif, penduduk Thoif tidak menerima beliau malahan beliau dilempari batu. Mendapat perlakukan seperti itu, Nabi malah berdo’a, “Ya Allah ampunilah mereka, karena mereka termasuk orang yang belum tahu”.

Sedangkan ketika salah seorang penduduk Mekkah bercerita pada Nabi tentang dosa besar yang sudah dilakukannya, yaitu menelanjangi mayat untuk dijual kain kafannya dan kemudian berzina dengan mayat, Nabi marah dan berkata, “Keluar dari sini, wahai orang fasiq!!!”

Perhatikanlah contoh dari sahabat Ali di dalam masalah kesabaran. Ketika terjadi perang, dimana Ali sudah hendak membunuh seorang kafir, tiba-tiba siorang kafir meludah pada Ali. Ali tidak jadi membunuh dia. Salah seorang yang melihat bertanya, “Kenapa ya Ali, engkau tidak jadi membunuh orang kafir itu?”, jawab Ali,”Aku takut seandainya aku membunuh orang itu, sudah bukan lagi karena memperjuangkan agama Islam, melainkan karena marah pribadiku sebab diludahinya aku”.

Maka perhatikanlah keutamaan sabar. Allah Ta’ala berfirman, “Seandainya engkau dianiaya, balaslah. Tetapi sebaik-baiknya membalas adalah bersabar”. Mengapakah sebaik-baiknya membalas adalah bersabar? Karena bersabar adalah bersama Allah. Dan orang-orang yang bersama Allah inilah yang dikatakan oleh Allah di dalam hadits Qudsi, “Barang siapa yang mengajak perang orang-orang pilihan-Ku, sama saja dengan mengajak perang AKU”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.