Menyikapi Musibah Dan Ujian Hidup

  • Sumo

Hidup ini penuh ujian. Dan ujian hidup bermacam-macam. Bahkan segala sesuatu yang terjadi dan dialami setiap manusia di dalam hidupnya, apapun bentuknya, sebenarnya adalah ujian. Meskipun umumnya orang menganggap hanya hal “buruk’ sajalah, seperti sakit, miskin, tidak berkedudukan dan semacamnya, yang merupakan ujian. Sedang yang “baik”, seperti sehat, kaya, berkedudukan dan semacamnya, bukanlah ujian apalagi musibah.

Padahal pada hakekatnya, semuanya merupakan ujian dan “musibah” dari Allah. Sehingga ada ujian “baik” dan ada ujian “buruk”. Meskipun pembedaan baik dan buruk itu hanyalah dalam pandangan dan anggapan mausia saja. Sementara itu dalam pandangan Islam, sangat boleh jadi yang umumnya dianggap buruk dan tidak disukai itu justru yang sebenarnya baik. Dan sebaliknya, yang biasanya dianggap baik dan disuka, sangat boleh jadi, justru itulah yang buruk. Allah swt berfirman: ”Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS Al-Mulk: 2)

”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (QS Al-Baqarah: 155).

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan” (QS. Al-Anbiyaa’: 35).

Selanjutnya Islam telah membimbing ummatnya agar menyikapi setiap ujian dengan benar, masing-masing sesuai jenis dan macamnya. Dan berikut ini adalah sebagian petunjuk Islam khusus dalam menyikapi setiap peristiwa dan kejadian yang biasa disebut sebagai ujian, musibah dan bahkan bencana:

  1. Mengimani dan menerima setiap ujian, bencana dan musibah dengan segala konsekuensi pengorbanannya sebagai takdir dan ketentuan Allah. Di dunia ini segala sesuatu tidak mungkin terjadi kecuali dengan takdir Allah Ta’ala. “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS At-Taghabun: 11).

Namun perlu dipahami bahwa iman kita pada takdir tidak berarti menghapus kesalahan orang yang salah, tidak menutup dan menghilangkan hak para korban dan tidak menghentikan tuntutan terhadap pihak-pihak yang harus bertanggung jawab!

  1. Menjaga dan meningkatkan kesabaran, ketabahan dan tawakkal kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.; (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (QS. Al-Baqarah: 155-156).

”Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini akan memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS Az-Zumar: 10)

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ”

Dari Abdurrahman bin Abu Laila dari Shuhaib berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Perkara orang mukmin itu sungguh mengagumkan. Sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin. Bila beroleh kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.” (HR. Muslim).

  1. Meyakini bahwa setiap musibah yang terjadi pasti memiliki hikmah dan pelajarannya. Karena itu kita harus berusaha mencari dan mendapatkan hikmah dan pelajaran sebesar-besarnya dan sebanyak-banyaknya dari musibah dan ujian yang kita alami. Musibah-musibah yang terjadi, jika kita sikapi dan terima dengan sabar dan tawakkal, akan menghapuskan dosa, melipatgandakan pahala, menambah iman, meningkatkan derajat kita di sisi Allah, dan fadhilah-fadhilah besar yang lainnya. Dan bagi seorang mukmin, musibah justru menjadi tanda kebaikannya dan kecintaan Allah terhadapnya. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:

“من يـرد الله به خـيرا يصب منه” (رواه البخاري و أحمد)

“Barangsiapa yang Allah kehendaki untuknya kebaikan maka Allah justru akan memberikan musibah kepadanya” (HR Al-Bukhari dan Ahmad).

“إذا أحبّ الله قـوما ابتلاهـم” (رواه الترمذي و أحمد و البيهقي)

”Apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan memberikan ujian dan cobaan kepada mereka” (HR At-Turmudzi, Ahmad dan Al-Baihaqi).

  1. Melakukan muhasabah dan introspeksi diri. Jangan-jangan karena selama ini kita kurang berkorban atau bahkan enggan berkorban secara sukarela, maka Allah ”menjewer” kita dengan terjadinya musibah-musibah dan bencana-bencana yang memaksa kita berkorban dengan berbagai bentuk pengorbanan, yang kadang-kadang menghabiskan seluruh milik kita. Padahal sebelumnya barangkali kita keberatan untuk berkorban dengan sebagian kecil saja dari yang kita miliki, yang pada hakikatnya adalah milik Allah.
  2. Dalam menghadapi musibah dan bencana serta mencari solusi dan jalan keluar, kita harus kembali dan mengembalikan semuanya kepada Allah dan kepada syariat Allah. Kita harus lebih dekat kepada Allah, dengan meningkatkan iman dan tawakkal kepada Allah. (AMJ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.