Mewaspadai Su’udzan

  • Sumo

Saudara sekalian, dalam perjuangan pensucian jiwa, ada dosa yang seringkali tidak terasa mengotori jiwa, bahkan tidak terasa sebagai dosa, yaitu: Sangkaan Buruk (su’udzan). Berikut ini beberapa contoh sangkaan buruk kepada orang lain:

  1. Bertemu dengan orang yang kaya raya, terbesit dalam hati: “Orang ini sepertinya penimbun harta, sombong, keji, koruptor atau penipu. Kalau dia tidak korupsi atau suka menipu, dari mana dia mendapatkan kekayaannya?
  2. Bertemu dengan wanita cantik tidak berjilbab, apalagi kalau agak “ramah”, terbesit dalam hati: “Wanita ini sepertinya suka merebut suami orang, berani berzina, atau bisa dibayar”.
  3. Melihat orang yang ada bekas sujud di dahinya, terbesit dalam hati : “Orang ini riya’, mau disebut sebagai ahli ibadah”.
  4. Bertemu dengan orang yang dermawan, senang berinfaq dan bersedekah, terbesit dalam hati : “Orang ini tentu riya’, mau disebut sebagai dermawan”.
  5. Membaca kiriman atau pembagian pelajaran dan nasehat di media sosial, termasuk selfi selfi inspiratif dan motivatif, terbesit dalam hati: Orang ini riya’, mau dipuji”.
  6. Bertemu dengan ulama atau ustadz, terbesit di hati: “Ustadz ini pasti besar nafsunya. Ustadz ini pasti genit”. Apalagi kalau ustadz itu berpoligami.
  7. Bertemu dengan janda, apalagi kalau janda itu cantik, terbesit dalam hati: “Ibu ini pasti mau cepat cepat menikah, bahkan mungkin dia mau menikah dengan siapa saja”.
  8. Menyimak ceramah ustadz yang mengisahkan pengalaman pribadinya, terbesit dalam hati: “Ustadz ini riya’, mau dipuji”.
  9. Membesuk orang sakit, apalagi yang sakitnya parah, terbesit dalam hati: “Orang ini pasti banyak dosanya, sehingga dihukum oleh Allah dengan penyakit seperti ini”.
  10. Bertemu dengan orang yang mempunyai kelebihan berat badan, apalagi kalau perutnya buncit, terbesit dalam hati: “Orang ini pasti banyak makan, rakus, malas jalan kaki, malas olah raga, banyak tidur”.
  11. Bertemu dengan orang yang sangat kurus, terbesit dalam hati: “Orang ini pasti pengkonsumsi obat, atau kikir pada dirinya, atau penderita gizi buruk”.
  12. Didatangi oleh orang miskin, terbesit dalam hati: “Orang ini pasti mau minta bantuan. Kalau tidak minta, pasti mau ngutang”.
  13. Membaca semua tulisan di atas, terbesit dalam hati: “Ini pasti pengalaman pribadi dari penulis. Dia pasti suka bersangka buruk, atau sering jadi obyek sangkaan buruk”.

Alangkah kotor hati yang selalu bersangka buruk kepada orang lain. Alangkah mudah, bahkan sangat cepat sangka buruk itu, karena ia tidak diucapkan, ia hanya dalam hati. Sangka buruk itu dosa. Sangka buruk itu dusta. Sangka buruk itu indikasi hati yang kotor. Orang yang selamat dari sangka buruk, itulah orang yang telah disucikan hatinya oleh Allah. Itulah orang mulia pilihan Allah. Ya Lathief. Ampuni kami dari dosa sangka buruk ini (@msdrehem)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.