Mewujudkan Keluarga Bahagia

  • Sumo

Kita semua tentu mendambakan terwujudnya keluarga bahagia, sakinah, mawaddah wa rahmah. Yaitu sebuah keluarga yang diridloi Allah SWT, yang tenang, bahagia, harmonis, penuh cinta dan kasih sayang. Tetapi kita juga harus menyadari bahwa keluarga seperti itu tidak mungkin akan tercapai tanpa usaha yang terus-menerus dan adanya kebersamaan peran seluruh anggota keluarga di dalam rumah tangga. Keluarga yang terdiri dari dari ayah, ibu dan anak, masing-masing mempunyai peranan yang sama-sama besarnya dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Dan proses untuk menuju terwujudnya keluarga tersebut harus dimulai dari awal proses pernikahannya.

Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses yang agak panjang . Diantaranya adalah dalam memilih pasangan. Pilihlah pasangan yang shaleh atau shalihah yang taat menjalankan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SWT. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya daripada kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya. Dan pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya. Berikutnya niatkan bahwa menikah itu adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari hubungan yang dilaran Allah SWT

Dalam menjalankan bahtera rumah tangga suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan didikan islami pada anak istrinya. Memberikan sandang pangan, papan yang halal, menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju ridha Allah dan surga –Nya. Serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dari siksa api neraka. Kemudian Istri juga harus berusaha menjalankan kewajibannya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentang agama islam dan ilmu pengetahuan. Mendidik mereka dengan akhlak yang mulia, menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan berusaha untuk senantiasa menciptakan suasana yang membuat damai suaminya.

Kemudian suami istri harus saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya. Saling menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai, saling mempercayai kesetiaan masing-masing. Saling keterbukaan dengan merajut komunikasi yang intens. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam mengarungi badai dan gelombang kehidupan. Suami mengajak anak dan istrinya untuk ibadah bersama-sama. Seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah. Mendidik istrinya agar lebih banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri membaca al-qur’an, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain. 

Suami istri juga harus selalu memohon kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah.  Untuk terus memperbaiki rumah tangganya. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya. Dan kata kunci yang perlu disepakati agar semua bisa ditegakkan bersama adalah Komunikasi dan saling memahami.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.