Obat hati adalah perkara-perkara yang bisa menjaga hati kita tetap hidup dan sehat, berlawanan dengan racun hati yang justru membuat hati kita menjadi sakit dan bahkan mati. Obat hati yang pertama adalah dzikrullah, yakni senantiasa berdzikir dan mengingat-Nya. Seorang ulama menggambarkan dzikir bagi manusia seperti air bagi ikan. Apakah yang akan terjadi bila seekor ikan dikeluarkan dan dipisahkan dari air? Tentu ia akan menggelepar dan akhirnya mati. Demikian pula dzikir merupakan kebutuhan yang niscaya bagi setiap manusia. Tanpa dzikir, hati manusia akan menjadi keras dan akhirnya mati. Karena sedemikian pentingnya dzikir ini, Al-Qur’an dalam banyak ayat-ayatnya senantiasa memerintahkan kita untuk gemar berdzikir.
Demikian pula Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah memberikan kepada kita tuntunan dzikir dalam hampir semua perbuatan dan muamalah kita, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mau makan ada dzikirnya, demikian pula selesai makan. Masuk dan keluar kamar kecil, masuk dan keluar rumah, memakai dan melepas pakaian, berangkat dan pulang dari bepergian, serta hampir semua gerak hidup kita, telah ada tuntunan dzikirnya.
Mengenai manfaat dzikir, Imam Ibnu Qayyim menulis dalam kitabnya Al-Waabil Ash-Shayyib: ”Dzikir itu menguatkan hati dan ruh. Jika dzikir hilang dari diri seseorang maka hilanglah pula kekuatan hati orang tersebut. Diantara manfaat dzikir adalah: 1) mengusir dan menghancurkan syetan, 2) menjadikan pelakunya diridhai oleh Allah, 3) menghilangkan kegundahan dan kegelisahan, 4) mendatangkan kebahagiaan, ketenangan, ketenteraman dan kegembiraan, 5) membuat hati dan wajah pelakunya menjadi terang dan bersinar, 6) pelakunya akan dikaruniai kewibawaan dan kesumringahan, 7) pelakunya akan mendapatkan kecintaan Allah, 8- pelakunya akan senantiasa berada dalam pengawasan Allah, sebagaimana firman-Nya ”Ingatlah Aku maka Aku akan mengingatmu.” Betapa banyaknya manfaat dzikir!
Rasulullah sendiri, dalam hadits-hadits beliau, banyak menerangkan tentang berbagai manfaat dzikir yang tiada terkira. Salah satu contohnya adalah sabda beliau dalam hadits Abu Hurairah ra yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam Ash-Shahih. Rasulullah bersabda,”Jika seseorang membaca ’Laa ilaha illallahu wahdahu, laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ’ala kulli syai-in qadiir’ pada suatu hari sebanyak seratus kali, maka ia bagaikan telah memerdekakan sepuluh budak, akan dicatat untuknya seratus kebaikan, akan dihapus darinya seratus kesalahan, ia akan terbebas dari gangguan syetan pada hari itu sampai dengan sore hari, dan tidak ada yang lebih utama dari yang ia baca kecuali orang yang membaca lebih banyak darinya.”
Contoh yang lainnya adalah sabda Rasulullah dalam hadits Jabir ra yang diriwayatkan oleh Imam At-Turmudzi dan beliau katakan sebagai hadits hasan shahih. Rasulullah bersabda,”Bahkan seseorang yang membaca ’Subhanallah wa bihamdihi’ saja akan ditanamkan untuknya satu pohon kurma di Surga.” Kalau seseorang sudah punya pohon kurma di Surga insyaallah ia pun akan diberi tiket masuk Surga untuk menikmati pohonnya tersebut. Jika tidak begitu, lalu untuk siapa pohon kurmanya? Subhanallah, dzikir yang amat singkat pun ternyata memiliki keutamaan dan manfaat yang sangat besar!
Abdullah bin Mas’ud ra, salah seorang sahabat Nabi, berkata,”Aku lebih menyukai bertasbih kepada Allah dengan memuji-muji-Nya daripada berinfak beberapa dinar di jalan Allah.” Inilah pengakuan seorang Abdullah bin Mas’ud yang bahkan dikenal suka berderma dan berinfak di jalan Allah.
Hasan Al-Bashri, salah seorang tabi’in, pernah menerima keluh kesah dari seseorang. Orang itu berkata,”Aku mengeluhkan kerasnya hatiku.” Maka Hasan Al-Bashri pun berkata,”Lembutkanlah ia dengan dzikir.” Mengenai cerita ini, Maqhul berkomentar, ”Dzikrullah adalah obat, sedangkan dzikrunnas (banyak memperbincangkan dan menyebut-nyebut manusia seperti ghibah, namimah, dan sebagainya) adalah penyakit.”
Sebagai bagian akhir tulisan ini, saya ingin menyebutkan sabda Rasulullah mengenai betapa pentingnya dzikir itu. Beliau bersabda,”Perumpamaan orang yang berdzikir dan orang yang tidak berdzikir adalah seperti orang hidup dan orang mati.” (HR Bukhari dari Abu Musa Al-Asy’ari). Dalam kesempatan yang lain, seseorang bertanya kepada beliau,”Wahai Rasulullah, pintu-pintu kebaikan itu banyak. Aku tidak mampu melakukan semuanya. Karena itu sampaikanlah untukku apa saja yang engkau suka asal tidak banyak-banyak karena aku khawatir akan lupa dan tidak bisa ajeg.” Beliau menjawab.”Hendaknya lidahmu senantiasa basah dengan dzikrullah.” (HR At-Turmudzi dari Abdullah bin Busyrun).