Baginda Rasuullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda (yang artinya): Ketika seorang nabi diantara nabi-nabi terdahulu shalawatullahi wa salamuhu ‘alaihim berangkat ke medan perang, beliau bersabda kepada kaumnya: Janganlah ikut denganku (dalam jihad ini) seorang laki-laki yang baru menikahi seorang perempuan, dimana ia ingin bermalam dengan istrinya itu, namun belum sempat melakukannya. Dan (jangan ikut denganku) seorang laki-laki yang sedang membangun rumah, tapi belum sempat memasang atapnya. Begitu pula (jangan ikut berangkat jihad) seorang laki-laki yang tengah menunggui kambing atau unta buntingnya yang akan melahirkan… (Al-hadits – HR. Muttafaq ‘alaih).
Jika ditanyakan mengapa sang nabi ‘alaihissalam dalam hadits shahih diatas, sampai me-wanti-wanti dan melarang sebagian kaumnya dengan tiga kondisi tersebut agar tidak ikut perang bersamanya, maka insyaallah cukup jelas jawabannya. Ya, karena seperti tiga keadaan yang dicontohkan itu, meskipun mungkin dianggap faktor biasa dan remeh, tetap berpotensi mengganggu pikiran, memecah konsentrasi dan mengurangi fokus seorang mujahid di medan laga. Dan itu tidak dibenarkan dan tidak ditolerir dalam jihad, perjuangan dan peperangan!
Sebab dalam jihad perang secara khusus dan jihad dakwah secara umum, mutlak dituntut adanya keyakinan kuat akan kebenaran jalan yang ditempuh dan totalitas penuh dalam upaya keras untuk menjemput rahmat kemenangan. Maka faktor apapun, baik internal maupun eksternal, yang bisa mengganggu atau mengurangi totalitas para mujahidin dan du’at harus dijauhkan dan dihilangkan! Karena itu semua akan mengganggu, menghambat atau menghadang jalan kemenangan yang di-gadang-gadang!
Maka, mari fokuskan pikiran, jangan sampai terpecah. Satukan hati, jangan sampai terbelah. Eratkan ikatan wala’ ukhuwah khasshah wa ‘ammah (khusus dan umum), jangan sampai mengendur apalagi terlepas atau terputus. Bulatkan tekad, jangan sampai tersendat atau tersekat. Kobarkan terus semangat ruh jihad, jangan sampai redup apalagi padam. Istiqamahkan orientasi dakwah, jangan sampai melenceng, berubah atau berbelok arah. Enyahkan segala syubhat, keraguan, dan kegamangan yang merupakan faktor-faktor kontra keyakinan syarat kemenangan. Totalkan mujahadah dalam mengemban amanah jihad dan dakwah. Serta mari songsong datangnya busyra (kabar gembira) kemenangan berbarakah insyaallah, dengan iman, taqwa, istiqamah, istighfar, syukur, sabar, tawakkal dan raja’ (pengharapan/optimism) yang sekuat-kuatnya kepada kemaha luasan rahmat-Nya!
Allahu akbar walillahilhamd!
H. Ahmad Mudzoffar Jufri, MA