Saat turun wahyu pertama kepada baginda Rasulullah shalallahu alaihi wassallam, sebagaimana yang tercantum dalan Al Quran Surat Al-‘Alaq: 1-5, yang merupakan simbol dari pengangkatan beliau sebagai Nabi benar-benar dirasakan berat oleh beliau. Begitu selesai prosesi turunnya ayat tersebut, Beliau segera pulang dan menemui istrinya bunda Khadijah seraya berkata: “aku khawatir terhadap diriku”. Bunda Khadijah dengan lembut dan bijak menenangkan beliau seraya berkata: “ Sekali-kali tidak, bergembiralah engkau! Demi Allah sekali-kali Allah tidak akan menghinakanmu. Engkau adalah seorang yang suka menyambung kekeluargaan, jujur dalam berbicara, mengemban beban berat orang lain, mengusahakan dan membantu orang yang tidak punya, menjamu tamu dan menolong korban akibat membela kebenaran”.
Apa yang disampaikan oleh bunda Khadijah adalah kesaksian yang nyata terhadap akhlaq baginda Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Kesaksian istri sebagai orang yang paling dekat adalah cerminan diri yang paling obyektif. Karenanya jangan terlalu bergembira manakala kesaksian kebaikan itu datang dari orang-orang yang jauh sementara hampa dari orang-orang dekatnya. Kehangatan dalam rumah kenabian di atas menunjukkan kemuliaan sang suami dan ketulusan serta kesetiaan istri yang tidak lapuk dan lekang dengan berjalannya waktu. Bukankah saat itu pernikahan Nabi dengan bunda Khdijah sudah berumur 15 tahun? Subhanallah!
Pernahkan kita sadari bahwa ucapan bunda Khadijah kepada suaminya yang berawalan kata “sekali-kali tidak” itu terdapat dan menjadi pembuka pada ayat ke 6 dari surat Al-‘Alaq? Subhanaallah, itulah ucapan mulia dari seorang istri terhadap suami yang menuai penghargaan tinggi dari Allah SWT. Yang seakan Allah mengabadikan ucapan bunda Khadijah dalam firmannya. Semoga rumah kenabian itu bisa kita wujudkan dalam rumah tangga kita. (Mudzhar Beek)