Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,”Apabila bulan Ramadhan telah tiba, pintu-pintu surga akan dibuka selebar-lebarnya, pintu-pintu neraka akan ditutup serapat-rapatnya, dan syetan-syetan akan dibelenggu seerat-eratnya.” Hadits ini menyatakan dengan jelas bahwa selama bulan Ramadhan, syetan-syetan dibelenggu. Kita semua pasti tahu bahwa syetan adalah makhluk penggoda manusia untuk melakukan berbagai dosa dan kemaksiatan. Nah, selama bulan Ramadhan mereka semua dibelenggu yang berarti mereka tidak lagi bisa menggoda kita. Pertanyaannya, jika syetan sudah dibelenggu dan tidak bisa lagi menggoda kita, lalu mengapa kita masih mendapati orang yang melakukan dosa dan kemaksiatan di bulan Ramadhan?Inilah saat untuk bercermin. Seandainya kita di bulan Ramadhan ini masih saja melakukan perbuatan dosa, berarti siapa lagi kalau bukan diri kita sendiri yang berinisiatif untuk melakukan dosa tersebut. Berarti nafsu kita sudah menjadi sedemikian buruk sehingga syetan tidak lagi perlu mengajak dan menggoda kita untuk berbuat dosa. Karena tanpa digodapun kita sudah berbuat dosa dengan sendirinya? Atau, jangan-jangan diri kita sudah menjadi ‘syetan’, sehingga tidak memerlukan lagi ‘bantuan’ syetan yang lain. Bukankah Allah sendiri mengatakan dalam Al-Qur’an bahwa sifat syetan itu bisa terdapat pada syetan (yang sebenarnya) maupun pada manusia? Jadi, marilah kita raba dan kita evaluasi nafsu dan diri kita masing-masing.
Jika kita di bulan Ramadhan ini masih merasakan adanya dorongan-dorongan dan bisikan-bisikan nafsu untuk berbuat buruk, maka sekaranglah saatnya untuk melakukan terapi pada nafsu kita. Mumpung sedang tidak ada intervensi dari syetan yang pekerjaannya senantiasa menggoda kita. Kita terapi nafsu dan jiwa kita sehingga meningkat derajatnya dari nafsu yang senantiasa mengajak pada keburukan (nafs ammarah bis suu’) menjadi nafsu yang tenang dalam kebaikan (nafs muthma-innah). Jika kita berhasil melakukan perubahan diri seperti ini, maka kita akan keluar dari bulan Ramadhan dengan penuh kesuksesan. Syetan yang selama sebulan penuh berpisah dari kita akan kaget dan kecele karena melihat tampilan kita sudah jauh berubah dari tampilan kita sebelum Ramadhan. Sebelum Ramadhan barangkali syetan mendapati kita sebagai pribadi yang mudah dipengaruhi, akan tetapi usai Ramadhan ia akan kaget karena mendapati kita sebagai pribadi yang sulit atau bahkan tidak bisa dipengaruhi dan diajak kepada keburukan.
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berbagai keutamaan dan keistimewaan. Didalamnya bahkan ada satu malam yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan. Sebagai orang beriman, semestinya kita benar-benar mengistimewakan bulan yang istimewa ini. Caranya tentu saja dengan memanfaatkan setiap detik yang ada didalamnya dengan amalan-amalan terbaik. Seberapa serius dan optimal kita memanfaatkan Ramadhan merupakan ukuran dan indikator keimanan kita. Jika keimanan kita kuat maka kita akan menyambut seruan Allah untuk berpuasa di bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya, dan mengisinya dengan berbagai amalan yang utama. Begitu pula sebaliknya. Jika kita ogah-ogahan dalam beribadah di bulan Ramadhan ini, maka seperti itu pulalah kadar keimanan kita. Pendek kata, Ramadhan adalah cermin bagi diri kita, dimana kita bisa melihat dengan jelas bagaimana nafsu dan keimanan kita. Wallahu a’lam bish shawab.