Hidup identik dengan gerak, berubah, tumbuh dan kembang. Tumbuh, bergerak secara kualitas, vertikal performa, “batangnya menjulang ke langit”, membongkar kendala-kendala psikologis, sehingga terjadi pencerahan jiwa, Hablun minna Allah. Berkembang, bergerak secara kuantitas, horizontal performa, “akarnya menancap dan merambat ke bumi”, membongkar kendala-kendala sosiologis, sehingga terjalin rasa kebersamaan dan tolong menolong Hablun minna Naas.Tumbuh dan kembang adalah proses yang harus seimbang dan terus menerus, tidak boleh timpang di satu sisinya. Tumbuh dan kembang harus muncul dan menetas dari diri kita sendiri selaku sang empunya perubahan. Bagaikan telur yang menetas, maka makhluk yang di dalam cangkang telurlah yang harus berproses membongkar kerasnya cangkang, menguatkan tubuhnya sampai bisa hidup bebas mandiri. Bila ditetaskan dari luar dengan dibantu untuk memecahkan cangkang, maka makhluk yang keluar hanya akan menjadi makhluk lemah tidak berdaya yang akan segera mati menghadapi dunia luar.
Oleh karena itu semangat untuk tumbuh dan kembang adalah jawaban dari setiap problem manusia, seberat dan serumit apapun masalah kita akan ada solusi ketika ada semangat tersebut. Mari kita belajar dari petani kurma, dimana biji kurma ditanam di tanah yang dalam, kemudian ditutup dengan batu yang besar. Dengan tujuan biji kurma akan menguatkan akarnya terlebih dulu baru kemudian membongkar batu besar yang menghalangi tumbuhnya pohon. Maka ketika batang pohon tumbuh di atas tanah, tumbuhnya dengan kekuatan dan kekokohan yang luar biasa, mampu menahan kencangnya badai gurun dan terik panasnya matahari. Dan semua dari pohon kurma bermanfaat, mulai dari buah, batang, daun dan pelepahnya.
Terus apa gunanya diklat, seminar, penataran, sekolah dan sederet kegiatan peningkatan potensi. Tetap berguna, tetapi sebatas penghangat seperti induk mengerangi telur atau alat penetas telur. Fokusnya tetap kembali ke diri kita pribadi, maukah kita untuk terus tumbuh dan kembang hingga mampu eksis dalam belantara kehidupan ini. Untuk tetap terjaganya semangat tersebut, carilah perangkat-perangkat yang bisa menghangatkan “cangkang” kita sehingga memudahkan menetasnya potensi kita masing-masing. Hadirilah seminar-seminar peningkatan potensi, bacalah buku-buku motivasi dan majelis-majelis ilmu, semoga kita bisa menetaskan potensi terbaik kita dalam kehidupan ini. (Suratno, 2411202)