Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha (yang artinya): “Hendaklah kamu bersikap lemah lembut, karena sikap lemah lembut itu tidak ada pada sesuatu, kecuali akan membuatnya indah, dan tidak hilang dari sesuatu, kecuali akan membuatnya jelek” (HR. Muslim). Sifat lemah lembut dan halus adalah salah satu sifat dan akhlaq yang sangat menonjol pada diri pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Banyak sekali contoh dan teladan puncak tentang sifat dan akhlaq mulia ini di dalam sirah beliau.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ”Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” (QS. Ali ’Imraan [3]: 159).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ”Pergilah kamu berdua (ditujukan Nabi Musa dan Nabi Harun ’alaihimas-salaam) kepada Fir’aun, sesungguhnyua dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat dan takut” (QS. Thaahaa [20]: 43-44).
Sifat Lembut dan Halus Dalam Hati
Penuh cinta, kasih sayang dan belas kasihan terhadap sesama orang mukmin. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ”Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. At-Taubah [9]: 128). Sensitif dan peka terhadap segala sesuatu yang didapat dan dialami oleh orang lain, baik maupun buruk, yang akan melahirkan sikap simpati dan empati. Selalu mengedepankan sifat dan rasa husnudz-dzan (berbaik sangka) terhadap orang lain yang berbeda sekalipun.
Sifat Lembut dan Halus Dalam Lesan dan Perkataan
Benar dan proporsional dalam kata-kata, tidak salah, tidak berlebih-lebihan, dan tidak berbohong atau berdusta. Tidak suka berkata kasar. Tidak suka mencela dan mencaci. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda (yang artinya): ”Bukanlah seorang mukmin itu orang yang suka mencela, bukan orang yang suka mencaci, bukan orang yang suka berkata kotor dan dan bukan orang yang suka berkata jorok” (HR. Ahmad, Al-Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, At-Tirmidzi, Al-Hakim dan lain-lain).
Tidak suka berkata kotor, jorok dan cabul. Tidak suka berkata dengan kata-kata yang menyinggung perasaan atau menyakitkan hati orang lain.Suka merendahkan dan melunakkan suara, serta tidak meninggikan atau mengeraskannya kecuali jika tepaksa atau benar-benar perlu. Allah Ta’ala berfirman, menceritakan nasehat Luqman kepada puteranya, (yang artinya): ”Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai” (QS. Luqmaan [31]: 19). Dan Selalu berhati-hati dalam setiap kata yang diucapkan dan tidak mudah berkomentar dalam segala hal kecuali setelah melalui pemikiran, pertimbangan dan perhitungan yang matang.
Sifat Lembut dan Halus Dalam Prilaku, Tindakan dan Sikap
Selalu berprilaku dan bersikap tawadhu’, sehingga jauh dari sifat-sifat tercela berupa ghurur, ’ujub apalagi takabbur yang merupakan kebalikan dan lawannya. Dan di antara nasehat Luqman yang lain adalah yang diceritakan oleh Allah dalam firman-Nya (yang artinya): ”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari menusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqmaan [31]: 18).
Bersikap dan berprilaku yang serba mudah dan memudahkan serta menyenangkan.Berlapang dada dan bersikap ihsan dengan suka memaafkan orang yang berbuat salah, dan bahkan membalas kejahatan dengan kebajikan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya): ”Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolak dan balaslah (kejahatan) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia” (QS. Fushshilat [41]: 34). Kemudian Menyikapi dan memperlakukan orang lain serta memberikan hak kepadanya, masing-masing sesuai dengan kadar hak, kedudukan dan tingkatannya. (AMJ)