Aqidah Islam berlandaskan keimanan adanya surga dan neraka. Yaitu keimanan pada kenimatan surga dan keimanan akan azab neraka. Kenikmatan surga dan azab neraka tidak hanya bersifat indrawi belaka. Ada kaidah pokok yang menjamin keberadaan surga dan neraka, yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadis diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Allah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang shalih sesuatu yang tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Jika kalian menginginkannya, bacalah ayat Alquran (As Sajdah: 17): Seseorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yakni (bermacam-macam nikmat) yang dapat menyedapkan pandangan.” (H.R Bukhari).
Sabda Nabi Muhammad diatas berkenaan dengan surga. Ini berkebalikan pemahamannya dengan neraka. Dengan kata lain, Allah telah menjanjikan untuk hamba-hamba-Nya yang kafir sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Allah berfirman: …Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. ( Al Hadiid :13 ). Jadi kenikmatan di akhirat tidak sama dengan kenikmatan dunia. Azab akhirat tidak sama dengan azab dunia. Sifat-sifatnya berbeda, meskipun sebutannya sama. Tidak ada sesuatu pun disurga yang sama dengan apa yang ada di dunia. Hanya namanya saja yang sama. Begitu pula halnya dengan neraka.
Kita tidak menjelaskan perihal kenikmatan tertinggi di dalam surga sebagaimana di gambarkan oleh akidah Islam. Demikian juga, kita tidak menjelaskan ihwal azab paling menakutkan di neraka. Buah-buahan, bidadari bermata jeli, daging buruan, dan segala macam kenikmatan di dalam surga berada di luar jangkauan pemkiran kita. Demikian pula halnya dengan neraka Jahim yang membakar kulit, melumatkan perut, dan mendidihkan otak manusia semuanya berada di luar jangkauan pemikiran kita.
Kita berbicara tentang Allah. Orang-orang yang beribadah kepada Allah karena takut pada api neraka-Nya mirip seorang budak yang takut kepada tuannya. Mereka yang beribadah kepada Allah karena menginginkan surga-Nya mirip seorang budak yang menginginkan harta kekayaan tuannya. Ketakutan dan keinginan tidak menjadi masalah selama keduanya berorientasi kepada Allah. Namun, di atas keinginan dan ketakutan itu, ada sebuah puncak yang tidak akan pernah bisa kita capai.
Puncak dari segalanya dan akar dari kehidupan orang-orang yang menempuh perjalanan menuju Tuhannya adalah Allah Yang Mahasuci, Mahaagung, Mahamulia, Yang Menutup dir-Nya dari penghuni neraka karena kemurkaan-Nya kepada mereka, dan membuka cahaya hijab-Nya yang suci agar para penghuni surga bisa melihat-Nya. Tentang para penghuni neraka, Allah berfirman: “Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka” ( Al Muthaffifin : 15) dan tentang para penghuni surga, Allah berfirman: “Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri, Kepada Tuhannyalah mereka melihat” ( Al Qiyaamah : 22-23)
Pada waktu itu, neraka akan menampakkan wujud hakikinya dan mulailah azab bagi orang-orang yang tertutup dari Allah. Begitu pula, surga memperlihatkan wujud hakikinya dan mulailah kenikmatan bagi orang-orang yang diperkenankan melihat Allah. Neraka dan Surga tidak terlihat, dan tampaklah hakikat yang sangat besar. Yang ada hanyalah neraka yang jauh dari Allah dan, di samping itu, kenikmatan melihat wajah-Nya.