Suami Sering Chatting Dengan Wanita Lain

  • Sumo

Ada yang bertanya: “Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarakatuh. Saya sudah menikah dengan suami hampir 10 tahun dan sudah dikaruniai 2 anak. Pada saat kekurangan harta suami saya sering meminta saya untuk mencari pekerjaan tapi begitu saya dapat pekejaan dia bilang tidak usah bekerja nanti anak bagaimana. saya bingung ustadz harus bagaimana karena omongannya sering beda sesuai keadaan tidak bisa dipegang. Pada saat hamil anak pertama karena kekurangan diam-diam dia sering SMS ke perempuan lain. Saya bilang ke suami saya ikhlas melepaskan jika memang menyukainya saya ingin suami saya tidak berbuat dosa ustadz, dia bilang tidak mau cerai dari saya sampai kapanpun tidak melepaskn saya tapi hal itu sering terjadi ustadz.

Sampai sekarangpun masih sering terjadi dengan perempuan yang berbeda lagi padahal suami sering ikut kajian dan mendrngar kajian. Dia juga sering kasar sering membentak saya hanya diam dan menagis saja. Saya sakit hati sampai rasa cinta saya hilang ustadz karena dia lebih senang chating dengan temanya lawan jenis dari pada memperhatikan anak-anaknya. Dia masih menafkahi saya. Hapenya dikunci dengan pasword agar saya tidak bisa membuka. Saya harus bagaimana ustadz. Saya sudah tidak sanggup lagi

Jawaban ustadz:

Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Pertama, tetap bersabar dan bermuhasabah (introspeksi diri) seraya terus berdoa dan tak henti berikhtiar mencari solusi-solusi yang tepat.

Kedua, tidak bosan dan tidak lelah dalam upaya mengingatkan serta menyadarkan suami atas keteledoran dan kesalahannya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, tentu dengan jalan yang sehikmah mungkin, dan yang tidak justru kontra produktif.

Ketiga, meminta tolong kepada orang yang diharapkan mampu membantu memberikan solusi, atau yang disegani dan didengar nasehat serta masukannya oleh suami. Dan yang terbaik bila yang bersangkutan berasal dari lingkup keluarga suami.

Keempat, bila hal-hal diatas dinilai tidak lagi efektif untuk menyelesaikan masalah, maka alternatif langkah terakhir adalah berpisah. Tapi ini harus benar-benar sebagai pilihan langkah paling akhir, setelah langkah-langkah lainnya benar-benar dijalani secara optimal dan maksimal.

Sekian, semoga manfaat.– Ahmad Mudzoffar Jufri, MA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.