Para ulama berbeda pendapat tentang apakah Al-Fatihah makkiyah ataukah madaniyah. Dalam hal ini, terdapat tiga pendapat. Pendapat pertama, sebagaimana yang dianut oleh Ibnu Abbas dan yang lainnya, mengatakan bahwa Al-Fatihah adalah surat makkiyah. Pendapat kedua, sebagaimana yang dianut oleh Abu Hurairah dan yang lainnya, mengatakan bahwa Al-Fatihah adalah surat madaniyah. Sedangkan pendapat ketiga mengatakan bahwa Al-Fatihah diturunkan dua kali, pertama di Mekkah dan selanjutnya di Madinah. Ibnu Katsir lebih menguatkan pendapat pertama, yakni yang mengatakan bahwa Al-Fatihah adalah surat makkiyah, yakni surat yang turun di Makkah sebelum peristiwa hijrah, dan bukan surat madaniyah.
Surat Al-Fatihah adalah surat Al-Qur’an yang paling sering dibaca oleh setiap muslim, yakni dalam setiap rakaat shalatnya setiap hari. Bahkan surat ini adalah surat yang wajib dibaca pada setiap rakaat sholat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits muttafaq ‘alaih (riwayat Bukhori dan Muslim) : “Sholat yang tidak dibaca Al Fatihah didalamnya adalah tidak sah”. Hal ini tentu menunjukkan bahwa surat ini benar-benar istimewa, melebihi surat-surat yang lainnya.
Keistimewaan Al-Fatihah juga bisa dilihat dari banyaknya nama-nama yang begitu istimewa, yang diberikan kepadanya. Setidak-tidaknya, ada tiga belas nama yang diberikan kepada surat ini, sebagian besarnya berdasarkan hadits-hadits Nabi dan beberapa diantaranya diberikan oleh sahabat Nabi. Surat ini disebut 1) Al-Fatihah, yang berarti : Pembukaan, dan juga 2) Fatihatul Kitab, yang berarti : Pembukaan Kitab (Al-Qur’an), karena surat ini adalah surat pertama yang ada dalam mushhaf Al-Qur’an. Surat ini disebut juga dengan 3) Ummul Qur’an, yang berarti : Induk Al-Qur’an, 4) Ummul Kitab, yang berarti : Induk Kitab (Al-Qur’an), dan juga 5) Al-Qur’anul ‘Azhim, karena ia mengandung secara global tujuan-tujuan pokok dan inti dari kandungan Al Qur’an seluruhnya.
Terkadang, surat ini disebut juga dengan 6) Surat Al-Hamd, karena dimulai dengan kata Al-Hamd. Begitu vitalnya surat ini dalam shalat, karena memang shalat tidak sah tanpa dibacanya surat ini, disebut pula surat ini sebagai 7) Surat Ash-Shalat. Sebutan lain yang juga populer untuk surat ini adalah 8) As-Sab’ul Matsani, yang berarti : Tujuh Ayat yang Diulang-ulang, karena surat ini terdiri dari tujuh ayat yang dibaca berulang kali, yakni dalam setiap rakaat shalat.
Berdasarkan hadits-hadits yang menyatakan bahwa surat ini telah digunakan oleh para sahabat untuk meruqyah dan berhasil dengan izin Allah, surat inipun dinamakan dengan 9) Ar-Ruqyah, dan bahkan 10) Asy-Syifaa’ yang berarti kesembuhan itu sendiri. Juga, surat ini disebut sebagai 11) Al-Waaqiyah, yang berarti : Penjaga.
Adapun diantara nama yang diberikan oleh sahabat Nabi kepada surat ini adalah 12) Al-Kaafiyah, yang artinya : Yang Mencukupi. Nama ini diberikan oleh Imam Al-Baghawi karena surat ini dianggap bisa menggantikan yang lainnya tetapi tidak sebaliknya. Ibnu Abbas menyebut surat ini sebagai 13) Asas Al-Qur’an, yang berarti : Pondasi Al-Qur’an.
Berbagai keistimewaan Al-Fatihah juga banyak dinyatakan dalam hadits-hadits nabi, diantaranya adalah riwayat-riwayat berikut ini.
Didalam masjid, Rasulullah suatu ketika bersabda kepada Abu Sa’id,”Sungguh aku akan mengajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid”. Ketika Nabi hendak keluar masjid akan tetapi belum mengatakan apapun, Abu Sa’id mengingatkan,”Bukankah engkau akan mengajari aku, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab,”Ya, (surat itu adalah) Al-hamdulillahirabbil ‘alamin (dst, yakni QS Al-Fatihah). Ia adalah Tujuh Ayat yang Diulang-ulang (As-Sab’ul Matsani) dan Al-Qur’an Yang Agung (Al-Qur’an Al-‘Azhim) yang diberikan kepadaku (oleh Allah)” (HR Al-Bukhari).
Dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata,”Ketika Nabi sedang bersama Jibril, tiba-tiba beliau mendengar suara bergemuruh dari langit sehingga beliau mendongakkan kepalanya. Jibril berkata,’Sesungguhnya itu adalah langit yang dibuka padahal sebelumnya belum pernah dibuka sama sekali’. Maka muncullah seorang malaikat yang kemudian datang kepada Nabi dan berkata,’Bergembiralah dengan dua cahaya yang tidak pernah diberikan kepada seorang nabi pun kecuali engkau, yaitu Fatihatul Kitab dan ayat-ayat penutup Surat Al-Baqarah. Tidaklah engkau mengucapkan huruf-hurufnya kecuali pasti diberi (dikabulkan)” (HR Muslim, Nasa-i, dan lain-lain).
Dalam hadits qudsi (riwayat Muslim, Ahmad, Abu Daud dan lain-lain), Allah berfirman (yang artinya), “Aku bagi Al-Fatihah antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dipintanya”. Maka jika seseorang membaca : Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, maka Allah berfirman, ”Hamba-Ku telah memuji-Ku”. Jika ia membaca : Ar-rahmanir rahim, maka Allah berfirman,”Hamba-Ku telah menyanjung-Ku”. Apabila ia membaca : Maliki yaumid din, maka Allah berfirman,”Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku”. Dan apabila ia membaca : Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, maka Allah pun berfirman,”Ini adalah bagian pertengahan antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dipintanya”. Lalu jika ia membaca : Ihdinash shirathal mustaqim, shirathal ladzina an’amta ’alaihim, ghairil maghdhubi ’alaihim wa ladh dhaalliin, maka Allah berfirman,”Ini bagian hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang ia pinta.”