Pada bagian terakhir dari QS Al-Muthaffifin ini, Allah menjelaskan tentang: catatan amal bagi orang-orang yang beriman ditempatkan di ‘Illiyin, beberapa kenikmatan serta kemulian yang akan diperoleh dari Allah Azza wa Jalla, serta sikap orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman.
Setelah disebutkan pada bagian kedua surah ini tentang catatan amal bagi para pendosa dan orang-orang kafir yang ditempatkan pada bagian bawah bumi ini, maka pada bagian terakhir dari surah ini Allah-pun menyebutkan tentang catatan amal hamba-hambanya yang beriman dan taat pada perintahnya sebagaimana firman-Nya berikut ini:
كَلَّا إِنَّ كِتَابَ الْأَبْرَارِ لَفِي عِلِّيِّينَ – وَمَا أَدْرَاكَ مَا عِلِّيُّونَ – كِتَابٌ مَرْقُومٌ – يَشْهَدُهُ الْمُقَرَّبُونَ
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang berbakti itu (tersimpan) dalam ‘Illiyyin. Tahukah kamu apakah ‘Illiyyin itu? (Yaitu) kitab yang bertulis, yang disaksikan oleh malaikat-malaikat yang didekatkan (kepada Allah)”.
Bara’ bin Azib berkata, Nabi saw bersabda, ”Illiyun terletak di langit yang ketujuh dibawah Arsy.”
‘Illiyun merupakan catatan amal bagi “al-abrar” yaitu hamba Allah yang beriman yang selalu mengerjakan amal kebajikan serta menjauhkan diri dari perbuatan buruk dan mungkar; baik dari golongan malaikat maupun manusia: para nabi, para rasul, para syuhada’, shiddiqin serta shalihin.
Orang-orang beriman tentunya sangat menginginkan menjadi bagian dari “al-abrar” sehingga mereka selalu berdoa, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): ‘Berimanlah kamu kepada Tuhan-mu’, maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti.” (QS. Ali Imran: 193)
Oleh karena itu, ada beberapa kiat-kiat yang harus dipenuhi, diantaranya adalah (1) selalu mengingat perjanjian dengan Allah (mu’ahadah), (2) selalu merasakan pengawasan Allah (muraqabah), (3) selalu mengintrospeksi diri (muhasabah), (4) membiasakan memberi sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan (mu’aqabah), dan (5) bersungguh-sungguh dalam beramal (mujahadah).
Tidak ada kebahagian dan kenikmatan hakiki kecuali kenikmatan akhirat. Demikianlah Allah akan memuliakan “al-abrar” dengan nikmat surga seperti firman Allah berikut ini:
إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ – عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ – تَعْرِفُ فِي وُجُوهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيمِ – يُسْقَوْنَ مِنْ رَحِيقٍ مَخْتُومٍ – خِتَامُهُ مِسْكٌ وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ – وَمِزَاجُهُ مِنْ تَسْنِيمٍ – عَيْنًا يَشْرَبُ بِهَا الْمُقَرَّبُونَ
“Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni’matan yang besar (surga), mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam keni’matan yang besar (surga). Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya), laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim, (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah”.
Ayat yang serupa dengan ayat diatas adalah firman Allah saw dalam QS Al-Insan: “(Yaitu) mata air (dalam surga) yang darinya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.” (QS. Al-Insan: 5-6)
Demikianlah Allah memuliakan orang-orang mukmin yang taat. Oleh karena itu, hendaklah setiap insan yang beriman kepada Allah berlomba-lomba untuk meraih kemuliaan tersebut. Peliharalah lima hal sebelum datangnya lima : (1) mudamu sebelum datangnya masa tua, (2) sehatmu sebelum datangnya sakit, (3) kayamu sebelum datangnya kefakiran, (4) waktu luangmu sebelum datangnya sempit, dan (5) hidupmu sebelum datangnya kematian.” (HR. Al-Hakim dari hadits Ibnu Abbas)
Rasulullah saw adalah nabi penebar rahmat Allah (nabiyurrahmah) dan sangat perhatian (harish) terhadap orang-orang yang beriman. Sekecil apapun suatu perkara, beliau selalu berbagi kepada ummatnya agar mereka selamat dari siksa Allah sebagaimana Allah gambarkan pada ayat berikut ini: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 128)
Kemudian pada penggal terakhir surah ini, Allah menjelaskan bagaimana sikap orang-orang kafir terhadap orang-orang beriman dan bagaimana pula sikap orang-orang beriman terhadap orang-orang kafir pada hari kiamat.
إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا يَضْحَكُونَ – وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ – وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلَى أَهْلِهِمُ انْقَلَبُوا فَكِهِينَ – وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَؤُلَاءِ لَضَالُّونَ – وَمَا أُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ – فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim sebagai penilai bagi orang-orang mukmin.”
Itulah sikap mereka terhadap orang-orang beriman, suka mengejek, menertawakan bahkan mengatakan bahwa orang-orang beriman tersebut adalah orang-orang sesat. Padahal mereka diciptakan Allah bukan untuk menilai dan menuduh orang lain begini dan begitu. Allah ciptakan mereka hanya untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya seperti termaktub dalam dirman-Nya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56) Dan firman Allah: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)
Bahkan ketika berhasil mengejek orang-orang beriman mereka bersuka ria. Mereka tidak tahu bahwa Allah tidak akan pernah membiarkan mereka. Bukan hanya itu saja yang mereka alami. Bahkan keadaan menjadi terbalik, orang-orang berimanlah yang akan menertawakan mereka sebagaimana Allah menjelaskan pada akhir surah ini.
فَالْيَوْمَ الَّذِينَ آمَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ – عَلَى الْأَرَائِكِ يَنْظُرُونَ – هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”