Hasil musyawarah yang luar biasa, demi tujuan yang luar biasa dan dihasilkan oleh forum orang-orang yang luar biasa pula, dialah penetapan awal tahun Islam; Tahun Hijriyah, dimasa Khalifah Umar bin Khattab ra. Dengan pertimbangan hijrahnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat demi terbebasnya dari kedzaliman. Pengorbanan harta, keluarga, tenaga bahkan jiwa menjadi taruhan dalam menuju titik kebebasan dan kemenangan dakwah Islam
Hijrah merupakan lompatan besar yang tidak pernah terlintas oleh para tirani yang terikat dan terjerat nafsu tamak akan harta, tahta, wanita dan segalanya. Dialah lompatan pembebasan dari rendah dan sempitnya dunia, menuju tinggi dan luasnya akhirat. Dari rendah dan hinanya penghambaan manusia atas manusia, menuju tinggi dan mulianya penghambaan manusia kepada Allah Penguasa Alam Semesta. Sekaligus dari bercerai berainya berbagai kepercayaan/ isme menuju bersatupadunya hati dibawah naungan Islam.
Hal tersebut yang menggetarkan Rustum, Jenderal Persia dalam Perang Qadisiah tahun 636 M/ 15 H yang tahu misi pasukan Muslim dari Sang Panglima Sa’ad bin Abi Waqash, dari Komandan Mughirah bin Syu’bah, dan dari prajurit tempur Rib’i bin Amir. Rustum tergerak hatinya untuk masuk Islam karena hal tersebut, tapi terhalang karena gengsi dengan pasukan yang dipimpinnya, walaupun terucap, “Kalau misi perang telah terpatri dalam hati mulai dari panglima, komandan dan prajurit maka tidak ada kekuatan yang bisa menghalangi, dan kalau sudah seperti itu maka apa yang ada di bawah bumi lebih baik daripada apa yang ada di atas bumi.”
Hijrah adalah lompatan pembebasan dari rasa takut dan sedih, pesimis dan malas, pengecut dan tamak, hutang dan dominasi pihak lain. Yang membutuhkan keyakinan dan pengorbanan, kemauan dan kemampuan, keberanian dan kesungguhan.
Sejatinya hidup identik dengan ujian dan masalah, eksistensi hidup kita terletak pada kemampuan mensikapi masalah, adaptasi dengan tekanan/tantangan dan kematangan cara pandang terhadap dinamika kehidupan.
Dunia terpana dan ternganga dari “Effect Gaza”, entitas minoritas Palestina yang berjuang demi kebebasan dan keyakinannya, dihancurkan dan dibantai (;Genozide) oleh Zionis Israel dan tirani hegemoni yang sombong mengaku sebagai pengaman dunia, penjaga hak azasi manusia dan negara adidaya. Mata dunia terbuka menyaksikan kekejaman demi kerakusan, kehancuran demi ketakutan, dan pengkhianatan demi kebohongan. Tapi sebagian hati manusia terketuk dari kuatnya hati karena iman, keberanian karena membela hak dan kesungguhan atas janji kemenangan dunia dan akhirat.
Seiring bergulirnya waktu, saatnya kita melakukan “lompatan pembebasan” dari lingkup pribadi, keluarga, masyarakat bahkan dunia. Selayak elang yang terbang perkasa merdeka di angkasa, bukan seperti katak dalam tempurung apalagi seperti “katak rebus”. (H.Suratno Ketua IKADI Kab. Madiun)