Takut Mati

  • Sumo

Perasaan takut akan kematian itu bisa terjadi pada siapa saja, Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, yang artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,” (Q.S. Al Baqarah : 155).

Rasa takut akan kematian bisa menjadi kebaikan dan juga bisa berupa hal yang menjadikan seseorang menjadi terpuruk. mestinya rasa takut mati adalah peringatan agar manusia selalu mengingat Allah.

Apabila perasaan takut kepada kematian mampu menjadi pendorong untuk lebih baik dan menjadi pemacu untuk menjauhkan diri dari kemaksiatan hal itu adalah kebaikan, yang justru akan menjadi lebih baik kalau kita sering dan banyak mengingat mati, Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya : “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan”, yaitu kematian”. (HR. Tirmidzi).

Namun takut mati akan menjadi sangat buruk apabila menyebabkan kita pada sikap tidak mau peduli, tidak ada semangat hidup hingga membuat putus asa, takut mati seperti ini harus disembuhkan dengan cara memupuk kesadaran bahwa mati itu adalah perkara yang pasti terjadi, baik cepat ataupun lambat yang datangnya tidak bisa kita duga, Sebaiknya kita tidak perlu menjadikan perasaan takut mati dan membuat pikiran menjadi terpuruk, sebab mati pasti akan kita alami. Yang harus kita takuti, adalah bagimana jika Allah sampai tidak mencintai kita.

Yang wajib untuk kita yakini itu adalah, bahwa setiap kita pasti akan mati dan semua kita tidak tahun kapan datangnya kematian tersebut, dalam surah Al Ankabut Allah Subhaanahu wata’ala berfirman, yang artinya; “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. Al ‘Ankabut : 57). Namun yang menjadi pertanyaan adalah; sudahkah siap bekal dunia atau pertanggung jawaban atas semua amal dunia kita?

Bersyukurlah jika kita masih teringat akan kematian, karena kematian itu adalah pasti, Menyikapi kematian adalah dengan semakin mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wata’ala, takutlah mati dan jadikan tenang. Seorang hamba Allah harus selalu mengingat bahwa ia sedang berjalan menuju kematian, bahwa ia sedang menunggu kematian. Sungguh indah ungkapan Ali bin Abi Thalib,

”Sesungguhnya kematian terus mendekati kita dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.”

Agar takut akan kematian itu tidak menjadi bencana dan justru akan menjadi nikmat, maka pastikan kita berusaha untuk menjadi orang yang bertaqwa, yaitu yang senantiasa berupaya mendekat kepada Allah, dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya

Semua makhluk yang bernyawa akan hidup sampai batas waktu yang telah ditentukan, Allah menjelaskan di dalam Al-Quran sebagai petunjuk untuk manusia terhadap kematian dalam ayat berikut ini: Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al Jumu’ah : 8)

Di antara hikmah dari mengingat-ingat kematian adalah:

  1. Mendorong diri untuk selalu bersiap menghadapi kematian sebelum tiba waktunya
  2. Tidak menjadi manusia yang cinta dunia, terlalu cinta dunia adalah sebab utama kegelisahan manusia
  3. Menjauhkan diri dari angan-angan dunia yang berlebihan
  4. Selalu beramal untuk akhirat dengan terus berusaha menjadi manusia yang baik dan taqwa
  5. Meringankan seorang hamba dalam menghadapi ujian dunia
  6. Mencegah ketamakan terhadap nikmat duniawi
  7. Mendorong untuk bertaubat dan muhasabah dari kesalahan di masa lalu
  8. Memberi semangat untuk mendalami agama dan lebih terjaga dari hawa nafsu
  9. Melembutkan hati, mempunyai sikap rendah hati (tawadhu’), tidak sombong, dan berlaku zalim
  10. Menumbuhkan rasa toleransi, mudah memaafkan kesalahan dan kelemahan orang lain

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.