Pertempuran antara al haq dan al bathil adalah suatu fenomena yang terjadi semenjak adanya manusia. Bahkan sejak Allah menciptakan manusia dan memerintahkan para malaikat serta Iblis untuk sujud kepada Adam, tetapi Iblis menolaknya mentah-mentah perintah itu. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah yang 34 yang artinya “Maka bersujudlah semua malaikat itu, kecuali Iblis yang membangkang dan berbuat kesombongan, karena is termasuk orang-orang kafir”. Iblis sebagai lambang kebatilan menyatakan diri melawan perintah (al haq) yang diperintahkan Allah subhanahu wta’ala. Semenjak itu pulalah Iblis menyimpan dendam permusuhan kepada anak cucu Adam karena Allah memuliakan manusia di atas makhluk yang lain dengan ilmu dan akalnya. Iblis bersumpah kepada Allah untuk membalas dendam kepada manusia yang berbuat kebenaran (al haq) dengan upayanya membawa manusia ke dalam kejahatan. Kecuali hanya sebagian manusia saja yang selamat yaitu orang-orang yang ikhlas dalam mendukung yang benar (al haq). Dia berkata dengan geramnya: “Niscaya benar-benar aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil” (QS Al Isra : 62). Pertarungan abadi terjadi antara mereka yang mendapat petunjuk dari Allah dengan kelompok-kelompok yang disesatkan oleh Iblis.
Pertarungan ini disebabkan karena Iblis secara intensif memfitnah manusia dengan berbagai macam sarana dan fasilitas. Namun demikian pembawa al haq dengan penuh kesabaran dan ketabahan selalu berjalan di atas nilai Islam. Pertarungan di antara al haq dan al bathil yang dibawa oleh orang beriman dan Iblis kemudian mengambil wujud dan aktivitas yang bermacam-macam. Di antara strategi yang sering dilancarkan oleh pendukung kebatilan adalah melemparkan syubhat (keragu-raguan) dan kebohongan untuk mengotori kesucian para pendukung al haq. Dengan demikian, sebagian besar umat akan lari dari seruan pendukung al haq dan mereka membenarkan hasutan dari pendukung kebatilan. Hal ini merupakan satu bentuk peperangan yang dihadapi Rasulullah pada awal bermulanya dakwah yaitu perang opini dan fitnah yang dilancarkan oleh Abu Lahab.
Al Qalbi berkata kepada Abu Lahab yang membuntutinya dan berkata, “Jangan kalian terima ajakannya”. Abu Lahab menghampiri mereka dan mereka berkata, “Apakah kamu mengenal orang ini?” “Ya ia dari keluarga kami. Tentang apanya yang kalian tanyakan?” Tanya Abu Lahab kemudian. “Tentang ajakannya itu”, jawab mereka. “Dia mengaku sebagai utusan Allah”. Kemudian Abu Lahab menyeru, “Janganlah sekali-kali kalian mengikuti perkatannnya karena dia orang gila, seluruh perkataannya adalah igauan semata”. Mereka menjawab, “Kami telah mengetahui hal itu ketika disebutkan perihal kuda”. Pendukung kebatilan di zaman Nabi shalallahu alaihi wasalam menuduh Rasulullah dan pengikutnya sebagai orang gila, tukang sihir dan dukun.
Di zaman Nabi saw pendukung kebatilan berkehend memerangi Rasulullah saw walaupun mereka mengakui Rasul sebagai orang yang jujur dan terpercaya. Pada dasarnya kebenaran yang dibawa oleh Nabi saw diakui oleh hati nuraninya. Terbukti dengan masih percayanya orang kafir Quraisy kepada Nabi saw. Ketika menjelang hijrah Rasul, mereka masih menitipkan barangbarangnya kepada Nabi dan Rasulullah memegang amanah itu dengan memberikan pesan kepada sahabat Ali ra. Permusuhan dan pendustaan para pendukung kebatilan sebenarnya bukanlah atas dasar kebencian mereka pada pribadi Rasulullah saw melainkan untuk menjaga kedudukannya dengan segala atributnya. Mereka takut kehilangan status yang selama ini mereka sandang.