Agar Terhindar dari Bencana

  • Sumo

Saat terjadi bencana yang merusak dan memporak-porandakan sebuah daerah. Mata jangan terpana hanya pada buruk akibat terjadinya bencana. Perasaan jangan terkurung oleh kepedihan, penderitaan para korban bencana. Akalpun tidak boeh dangkal menyimpulkan penyebab terjadinya bencana hanya pada gejala-gejala alam. Semestinya akal jangan sekali-kali mencekal sebuah pernyataan nurani, pernyataan iman dari hati: “Kenapa gajala-gejala alam itu terjadi?”

Bila pertanyaan ini terjawab maka inilah pelajaran yang amat berharga yang telah Allah tunjukkan dalam firman-Nya: “ Sungguh benar-benar  pada kisah-kisah mereka terdapat pelajaran bagi orang-orang yang punya akal”. (QS. Yusuf 111). Allah sendiri telah pastikan  mengapa terjadi bencana pada ayat sebelumnya: “ Dan tidak dapat  ditolak siksaan Kami terhadap orang-orang yang berdosa”. (QS.Yusuf 110. Allah bahkan mempertegas pada ayat-Nya yang lain: “ Sungguh benar-benar Kami telah binasakan ummat-ummat sebelum kamu tatkala mereka derbuat kezaliman”. (QS. Yunus 13 ). Sangat jelas ternyata bencana yang terjadi disebabkan oleh pelanggaran dan dosa penduduk negeri tersebut.

Lantas bagaimanakah sikap seorang Mukmin terhadap bencana yang sedang menimpa suatu daerah? Bagaimanakah perasaan seorang Muslim yang sholeh ketika bencana terjadi?  Meskipun tidak langsung melanda daerahnya, apakah ia merasa tenang?  Karena ia yakin secara pribadi termasuk orang yang baik, patuh kepada Allah bahkan ia layak diberi gelar takwa. Tidak! Ia tidak merasa aman meskipun  manusia seluruh dunia mengakuai kesholehannya. Sebab ia bisa saja terkena imbas dari azab yang Allah turunkan pada orang-orang zalim yang ada di sekitarnya. Sebagaaimana firman Allah: “ Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya”. (QS. Al-Anfal 25)

Yang terpenting kita  harus secara kontinyu melakukan upaya penyelamatan dari bencana dengan memperbanyak Istighfar, Inaabah dan Ishlah:

Memperbanyak Istighfar

Begitulah Allah menuntun dan menuntut hamba-Nya yang ingin selamat dari bencana . “Dan Allah tidak mengazab mereka sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka (masih) beristighfar”. (QS. Al-Anfal 33)

Tentunya istighfar itu bukan hanya sekedar ucapan yang terlontar . Tapi istighfar merupakan satu bentuk ikrar bahwa ia sadar atas perbuatan yang melanggar. Dengan istighfar  ia termotivasi untuk berubah untuk berlaku benar. Oleh karena itu ia senantiasa mengharapkan sinar hidayah Allah sehingga jalan hidupnya tidak akan lagi salah jalan, kesasar. Ibnu Katsir ketika membahas ayat ini dalam tafsirnya menukil hadits Rasulullah saw. “ Seorang hamba aman dari azab Allah selama ia beristighfar kepada Allah azza wa jalla”. (HR. Ahmad)

Melakukan Inaabah

Inabah adalah semangat untuk selalau bertaubat dan taat kepada Allah. Ia senantiasa berusaha kembali kepada Allah untuk meraih ridla-Nya. Semangat ini harus terus menerus memompa jiwa sebelum semuanya jadi terlambat karena kedahuluan datangnya bencana. Firman Allah swt: “ Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum daang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu, sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya”. (QS.Az-Zumar 54-55)

Melakukan Ishlah

Kezaliman, pelanggaran dan dosa boleh jadi karena manusia memperturutkan hawa nafsunya. Atau mereka terbelenggu oleh kebodohannya. Atau adanya adanya sikap suka menonton berbagai kebodohan dan kezaliman yang berlangsung. Jika ini yang mewarnai pola kehidupan masyarakat. hendaknya setiap Muslim tidak hanya sibuk mensolehkan diri sendiri tanpa peduli terhadap sesamanya yang melakukan perbuatan dosa dan kesalahan. Allah swt menjamin keselamatan orang-orang Mukmin yang ikut aktif menjalankan dakwah dalam rangka memperbaiki masyarakat. Allah swt berfirman “ Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedangkan penduduknya  orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (QS. Hud: 117). (sj)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses