Selamat Hari Guru

  • Sumo

Mas Guru, itulah julukan untuk sosok muda yang tampil berwibawa dan pandai mengajari teman-temannya di sekolah. Yang kemudian hari berprofesi sebagai seorang Guru HIS (Hollandsch Inlandsche School) Muhammadiyah, setingkat SD di Cilacap. Dialah Panglima Besar Jenderal Sudirman, semenjak uda sangat tertarik dengan dunia Pendidikan. Sampai tiba masanya Belanda membuat onar dan kedzaliman di daerahnya, hingga berkobarlah semangat pembelaan dan perjuangan membela kemerdekaan. Maka beliau pimpin teman-temannya untuk angkat senjata melawan kedzaliman penjajah Belanda.

Sampai ditunjuk sebagai pemimpin pasukan hingga lahirlah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI). Melihat latar belakangnya bukan dari militer, keberadaan Sudirman diragukan kemampuannya oleh banyak orang, terutama yang berpengalaman dalam dunia kemiliteran, termasuk Presiden Sukarno.

Sampai peristiwa di Ambarawa yang menggemparkan, dimana pasukan Sekutu diboncengi NICA ingkar janji dan ingin menguasai Indonesia kembali dan berhasil dipukul mundur oleh pasukan yang dipimpin oleh Sudirman, yang dikenal dengan Palagan Ambarawa yang untuk mengenangnya dijadikan sebagai Hari Infanteri tiap tanggal 15 Desember.

Setelah itu beliau melakukan perlawanan taktik gerilya dengan rute lebih dari 1.009 kilometer dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, walaupun dengan kondisi ditandu karena sakit Tuberculosis (TBC) dengan tetap melakukan kebiasaan yang menyebabkan banyak keajaiban/ karamah dalam gerilyanya, antara lain menjaga shalat 5 waktu , shalat tahajud dan menjaga wudhu (dawamul wudhu’)

Perlawanan spektakular yang beliau tunjukkan kepada dunia adalah Serangan Umum 1 Maret untuk menguasai kembali Yogyakarta dari Belanda, sehingga di Sidang PBB, LN Palar selaku Diplomat kita menyampaikan kepada dunia bahwa Indonesia masih berdiri tegak, sehingga tertolaklah klaim Belanda akan kekuasaannya di Indonesia. Dalam usia 34 tahun Sang Guru dan Sang Panglima Besar Jenderal Sudirman wafat meninggalkan sejarah yang gemilang.

 “ Anak-anakku, Tentara Indonesia, kamu bukanlah serdadu sewaan, tetapi prajurit yang berideologi, yang sanggup berjuang dan menempuh maut untuk keluhuran tanah airmu. Percaya dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara yang didirikan di atas timbunan runtuhan ribuan jiwa, harta benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia, siapapun juga.” (Wasiat Panglima Besar Jenderal Sudirman).

Untukmu Guruku

Guru, Ustadz, Kyai, Mubaligh, Murabbi, Da’i……..apapun sebutannya hakikat akan melekat abadi dalam proses kehidupan manusia. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mampu, dari mampu menjadi mau. Ya, yang ada adalah bekas murid, tapi tidak ada bekas guru karena ilmunya, kepeduliannya dan suri teladannya yang membentuk pribadi kita semua. Saatnya kita menyambung estafet kemuliaan dan kemanfaatan guru kita dengan melanjutkan proses pewarisan ilmu dan kebaikannya. Dan itulah kontribusi dan investasi amal yang nanti kita persembahkan kepada para guru kita kelak di akhirat sebagai reuni dan penyampaian hadiah terindah kepada para guru kita. Sungkem kagem Sang Guru, Matur nuwun. Madiun, 25 Nopember 2025 (H. Suratno/Ketua IKADI Kab. Madiun)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses